Anda di halaman 1dari 7

PERCOBAAN II

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMODIFIKASI DOSIS OBAT


Tujuan
Setelah menyelesaikan eksperimen ini mahasiswa :
1. Mengenal dan mengamati berbagai faktor yang memodifikasi dosis obat
2. Dapat mengajukan hal-hal yang melandasi pengaruh faktor-faktor ini
3. Dapat merumuskan pendekatan-pendekatan teoritis maupun praktis untuk
mengkoreksi dan atau memanfatkan pengaruh faktor-faktor ini
Pendahuluan
Berbagai faktor berpengaruh pada efek obat yang diberikan. Dalam eksperimen “
cara-cara Pemberian Obat “, telah ditelah faktor ini pada efek obat. Kalau dikatakan bahwa
berbagai faktor mempengaruhi dosis obat, maka hal ini hendaknya dilihat dalam kaitan
pengaruh faktor ini terhadap efek obat, sehingga dengan demikian dosis obat perlu
disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek obat dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok besar, yaitu faktor-faktor lingkungan luar tubuh penerima obat, yang telah
dibahas tersendiri, dan faktor-faktor internal pada penerima obat. Kedua faktor ini pada
dasarnya kait mengait. Faktor-faktor lingkungan luar tubuh penerima obat, dapat
membawakan perubahan-perubahan fundamental dalam diri penerima obat yang kemudian
memiliki perubahan-perubahan sementara yang reversibel. Kedua-duanya dengan
sendirinya dapat turut mempengaruhi efek obat.
Diantara faktor-faktor pada penerima obat yang dapat mempengaruhi efek obat
ialah usianya : status fungsional dan struktural dari penerima obat; kelaminnya; bobot
tubuh dan luas permukaab tubuhnya; suasana kejiwaan penerima obat; kondisi mikroflora
saluran pencernaannya. Beberapa perincian lebih lanjut mengenai status fungsional dan
struktural dari penerima obat, ialah kondisi patologis dari penerima obat yang dapat
memodifikasi fungsi dan atau struktur sel, jaringan, organ maupun sistem tubuhnya; dan
faktor-faktor genetiknya.
Umumnya, pada faktor-faktor atau ciri-ciri superfisial yang sama antara penerima
obat (misalnya usia; kelamin; bobot badan dan luas permukaan badan; ras) pada pemberi
obat, dalam dosis sama, menggunakan rute pemberian yang sama masih dapat diamati
efek-efek farmakologi yang kuantitatif berbeda, juga meskipun status fungsional dan
struktural penerima obat adalah sama. Maka diambil kesimpulan bahwa yang menyebabkan

Penuntun Praktikum Farmakologi I 2020


PS. Farmasi FMIPA Universitas Sriwijaya
1
perbedaan-perbedaan ini adalah variasi biologik antara penerima obat. Sebagai makhluk
hidup yang dinamis, selalu ada perbedaan-perbedaan sesaat atau tetap antara sesamanya,
karena pengalaman-pengalaman yang berbeda maupun yang ditanggapi secara berbeda.
Dalam eksperimen ini hanya akan ditelaah pengaruh beberapa faktor, variasi
biologik, kelamin, toleransi yang diperoleh dan antagonisme pada efek obat. Orang
dikatakan memperoleh toleransi terhadap suatu obat, jika setelah pemberian obat tersebut
secara berulang efeknya makin berkurang atau jika pada pemberian-pemberian selanjutnya
diperlukan dosis yang lebih besar untuk mencapai intensitas efek seperti pada awal
pemberian obat. Landasan terjadi toleransi ini mungkin karena adaptasi lingkungan biologis
disekitar tempat kerja obat terhadap efeknya. Kemungkinan lain ialah bahwa obat tersebut
mampu mengimbas sintesa enzim-enzim tertentu yang membiotransformasinya menjadi
senyawa-senyawa yang tidak efektif secara farmakologi.
Kelamin dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan kuantitatif dalam efek
farmakologi obat-obat. Perbedaan-perbedaan yang adakalanya fundamental dalam pola
fisiologi dan biokimiawi anatara jenis jantan dan betina, menyebabkan hal ini.
Pemberian obat-obat kepada seseorang dalam kurun waktu dimana pengaruh
masing-masing obat belum berlalu, dapat mengakibatkan antagonisme yang mungkin
parsial, mungkin pula sempurna terhadap efek salah satu obat. Landasan antagonisme ini
mungkin farmakologik, jika kedua obat tersebut bekerja dengan efek farmakologi yang
saling bertentangan. Landasan ini mungkin pula bersifat biokimiawi, jika kedua obat
berkompetisi untuk sistem enzim yang sama, dan mungkin pula bersifat fisikikimia, kimia,
atau fisika.
Variasi Biologik
Bahan dan alat untuk eksperimen
Hewan percobaan : Tikus putih jantan tiga ekor; usia dua bulan; bobot badan sekitar 150g
sampai 155g
Obat yang diberikan : Pentotal natrium
Dosis obat : 35mg/kg bobot tubuh
Kepekatan larutan obat : 3,5 %
Rute pemberian obat : Intraperitoneal
Alat yang digunakan : Seperti pada rute pemberian intraperitoneal

Prosedur :

Penuntun Praktikum Farmakologi I 2020


PS. Farmasi FMIPA Universitas Sriwijaya
2
Seperti pada rute pemberian intraperitoneal, setelah masing-masing tikus diamati selama 10
menit untuk menilai kelakuan normalnya
Pengamatan :
1. Setelah penyuntikan obat, masing-masing tikus ditempatkan dalam kandang terpisah
dan diamati efeknya selama 45 menit
2. Sesuai dengan efek yang dapat diamati, masing-masing tikus dikelompokkan sebagai
berikut :
- Sangat resisten : Rupanya tidak ada efek
- Resisten : Tikus tidak tidur, tetapi mengalami ataxia
- Efek sesuai dengan efek yang diduga : tikus tidur, tetapi tegak, kalau diberi rangsang
nyeri
- Peka : Tidur, tidak tegak meskipun diberi rangsangan nyeri
- Sangat peka : Mati
Tuangkan hasil pengelompokan ini dalam bentuk tabel, yang memuat apa yang dikerjakan
serta hasil eksperimen.
Pembahasan dan Kesimpulan
Bahas selengkap mungkin mengenai eksperimen ini dan kemukakan pula kesimpulan-
kesimpulan dan komentar-komentar Saudara
Pertanyaan-pertanyaan
1. Dari pengamatan Saudara, apakah hasil-hasil eksperimen yang saudara amati
menunjukkan adanya indikator-indikator lain untuk menyatakan bahwa ada variasi
biologik ini. Jelaskan Jawaban saudara.
2. Bagaimanakah dalam praktek pengobatan variasi biologik ini turut diperhatikan
Toleransi yang diperoleh
Bahan dan alat untuk eksperimen
Hewan percobaan : Tikus putih jantan; untuk obat dua ekor; untuk blanko satu ekor
Obat-obat yang digunakan : Fenilbutazon; fenobarbital natrium; amital natrium atau pentotal
natrium
Pembawa untuk obat : Minyak jagung; air suling
Dosis yang digunakan : Fenilbutazon 7 mg/200g bobot tubuh setiap kali pemberian, dalam
minyak jagung 0,25ml; fenobarbital natrium 75mg/kg bobot
tubuh; amital natrium 100mg/kg bobot tubuh atau pentotal
natrium 35mg/kg bobot tubuh

Penuntun Praktikum Farmakologi I 2020


PS. Farmasi FMIPA Universitas Sriwijaya
3
Kepekatan larutan obat : Fenobarbital natrium 3,75%, amital natrium 5%, pentotal natrium 35%
Rute pemberian obat : Intraperitoneal
Alat yang digunakan : Seperti pada rute pemberian intraperitoneal
Prosedur :
- Tikus pertama disuntik dua kali sehari dengan fenilbutazon selama tujuh hari.
- Tikus kedua disuntik dengan fenobarbital natrium sehari sekali selama tujuh hari
- Tikus ketiga tidak di berikan apa.
- Pada hari kedelapan, yaitu 18 jam sampai 20 jam setelah penyuntikan intraperitoneal
terakhir,
semua tikus di suntik dengan amital natrium atau pentotal natrium.
Pengamatan
Tuangkan pengamatan saudara dalam bentuk tabel sehingga jelas apa yang dikerjakan dan
hasil-hasil eksperimen. Gunakan righting reffex untuk menilai ada atau tidak ada tolerasi.
Pembahasan
Bahas selengkap mungkin ekspeimen ini, hasil-hasil serta kesimpulan dan komentar-
komentar saudara.
Pertanyaan-pertanyaan
1. Kemukakan tiga contoh obat yang menimbulkan toleransi untuk pemberian
berulangnya.
2. Berikan mekanisme untuk terjadi toleransi bagi masing-masingnya
3. Jenis toleransi apalagi yang dikenal dan bagaimana mekanismenya. Sebutkanjuga
contoh-contoh
4. Bagaimana implikasi klinik dari toleransi yang diperoleh
Variasi kelamin
Bahan dan alat untuk eksperimen :
Hewan percobaan : Mencit putih jantan dan betina, masing- masing tiga ekor, usia
dua bulan; bobot tubuh sekitar 80 gr
Obat yang digunakan dan dosisnya : Amital natrium 80mg/kg bobot tubuh
Kepekatan larutan obat : 4%
Rute pemberian obat : Intraperitoneal
Alat yang digunakan seperti pada rute pemberian intraperitoneal; bejana kaca untuk pengamatan
Prosedur :

Penuntun Praktikum Farmakologi I 2020


PS. Farmasi FMIPA Universitas Sriwijaya
4
Sebelum disuntik, masing-masing mencit diamati selama 10 menit kelakuan normalnya.
Setelah obat disuntik, masing-masing mencit ditempatkan kembali ke dalam bejana-bejana
kaca untuk pengamatan.
Pengamatan
1. Untuk tiap mencit dicatat saat pemberian obat; saat muncul berbagai efek; tipe efek-
efek yang muncul; lamanya berlangsung efek
2. Buatkan tabel dari hasil-hasil eksperimen, sehingga jelas apa yang dikerjakan dan
hasil-hasilnya
Pembahasan dan kesimpulan
Bahas selengkap mungkin eksperimen ini, hasil-hasilnya serta kesimpulan-kesimpulan dan
komentar-komentar saudara
Pertanyaan-pertanyaan
1. Kalau dalam eksperimen ini digunakan tiopental natrium sebagai pengganti amital
natrium apakah akan diperoleh waktu induksi dan jangka waktu kerja obat yang
setaraf? Kalau memang akan ada perbedaan, kemukakan landasan-landasannya !
2. Bahas implikasi klinik dari perbedaan kelamin
3. Berikan satu contoh dimana sampai 2 mempunyai penerapan praktis
Antagonisme Obat
Bahan dan Alat untuk Eksperimen
Hewan percobaan : Tikus jantan tiga ekor, usia dua bulan; bobot tubuh sekitar 150 gram
sampai 160 gram
Obat yang digunakan : Kobalt (II) Klorida; Ca-EDTA
Dosis obat : Kobalt (II) Klorida 40 mg/kg bobot tubuh, Ca-EDTA 500 mg/Kg bobot
tubuh
Kepekatan larutan obat : Kobalt (II) Klorida 4%; Ca-EDTA 25% (campuran stoikiometrik dari Na-
EDTA dan Ca-Cl2)
Rute pemberian obat : Intraperitoneal
Alat yang digunakan : seperti pada rute pemberian intraperitoneal; bejana kaca untuk
pengamatan

Prosedur

Penuntun Praktikum Farmakologi I 2020


PS. Farmasi FMIPA Universitas Sriwijaya
5
- Sebelum masing-masing tikus disuntik dengan Kobalt (II) Klorida dosis sama, masing-
masing diamati selama 10 menit untuk mengenali kelakuan normalnya
- Perhatikan secara khusus warna daun telinga, laju dan sifat pernafasan serta ada
atau tidak tremor
- Setelah masing-masing disuntik dengan kobalt (II) Klorida, tempatkan masing-masing
dalam bejana pengamatan dari kaca
Tikus I disuntik Ca-EDTA baru Kobalt (II) Klorida; Tikus II dan tikus III langsung disuntik Kobalt
(II) Klorida
Pengamatan
1. Catat waktu pemberian kobalt (II) Klorida kepada masing-masing tikus
2. Amati tiap-tiap tikus secara teliti. Catat gejala-gejala keracunan yang muncul, seperti
merah daun telinga karena vasodilitasi, hiperpnaea, tremor, dan lain-lain serta saat
muncul gejala-gejala keracunan yang muncul, seperti merah daun telinga karena
vasodilatasi, hiperpneae, tremor, dan lain-lain serta saat muncul gejala
3. Segera setelah muncul gejala keracunan pertama kalinya, kepada salah satu tikus, yaitu
tikus II atau tikus III, disuntik Ca-EDTA
4. Ikuti dengan teliti proses-proses keracunan selanjutnya, dan catat apa yang terjadi
5. Jika ada tikus yang mati, korbankan ketiganya dengan eter, guntingkan kulit tikus secara
midsagital sepanjang abdomen dan torax. Gunting pula kulit secara lateral pada bagian
anterior dan posterior dari torehan sagital sehingga otot pada bagian abdomen dan torax
dipamerkan secara hati-hati agar tidak rusak organ-rgan dan struktur-struktur dibawah
otot, melalui guntingan modsagital dan lateral ke dalam otot, organ-organ dan struktur-
struktur di dalam rongga abdomen dan torax dipamerkan
6. Amati perbedaan-perbedaan yang mungkin ada pada masing-masing tikus dan catat
perbedaan-perbedaan tersebut
7. Tabelkan gejala-gejala yang muncul pada tiap tikus setelah penyuntikan Kobalt (II) Klorida
dan setelah penyuntikan Ca-EDTA serta saat muncul gejala

Pembahasan dan Kesimpulan

Penuntun Praktikum Farmakologi I 2020


PS. Farmasi FMIPA Universitas Sriwijaya
6
Bahas secara lengkap hasil-hasil eksperimen, kesimpulan-kesimpulan dan komentar-
komentar saudara
Pertanyaan-pertanyaan
1. Apa yang merupakan landasan untuk gejala-gejala yang diamati

2. Bagaimana mekanisme antagonisme obat dalam eksperimen ini.


Apakah merupakan antagonisme langsung?Terangkan!

3. Uraikan secara terperinci pendapat Saudara apakah Ca-EDTA ini dapat pula dipakai
pada keracunan Arsen atau Timbal

4. Apakah setaraf pengaruh fisiologis dari Na-EDTA dan Ca-Na EDTA, terutama bila
dipakai secara kronis terutama untuk menangani keracunan logam berat. Jelaskan
jawaban Saudara

5. Kemukakan masing-masing satu contoh untik tipe antagonisme lain yang disebutkan
dalam eksperimen ini dan landasan-landasan terjadi antagonisme

6. Apakah semua antagonisme mempunyai implikasi klinik seperti ditemukan dalam


eksperimen ini ? Jelaskan jawaban saudara

Penuntun Praktikum Farmakologi I 2020


PS. Farmasi FMIPA Universitas Sriwijaya
7

Anda mungkin juga menyukai