Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN SELULITIS ABSES INGUINAL


DI RSUP SURAKARTA
Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah (KMB II)
Pembimbing Klinik : Nina Adiana, AMK
Dosen Pembimbing : Sugiyarto, S.ST., Ners., M.Kes

Disusun Oleh :
Izathul Lutfah (P27220020069)

PROGRAM D-III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2022
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Menurut Depkes RI (2008) penyakit kulit dan penyakit subkutan menempati
urutan kedua dengan jumlah kasus 501.280 kasus atau 3,16 % setelah penyakit infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) dalam kategori 10 besar penyakit di Indonesia. Selulitis
adalah salah satu penyakit kulit yang merupakan inflamasi akut, menyebar, dan piogenik
pada jaringan dermis yang lebih rendah dan jaringan subkutan terkait (Kurniawan :
2015). Selulitis berasal dari kata ”cellule” yaitu susunan tingkat sel, dan kata “itis” yaitu
peradangan, yang berarti adanya peradangan yang ternyata pada suatu tingkatan sel.
Pengertian lain dari selulitis adalah suatu kelainan kulit berupa infiltrat yang difus di
daerah subkutan dengan tanda – tanda radang akut (Saraswasta : 2015). Selulitis
merupakan infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam dengan karakteristik peradangan
supuratif sampai di jaringan subkutis, mengenai pembuluh limfe permukaan, plak
eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas (Anggraini dkk : 2018).
Selulitis biasa terjadi apabila sebelumnya terdapat gangguan yang menyebabkan
kulit terbuka, seperti luka, terbakar, gigitan serangga atau luka operasi. Selulitis dapat
terjadi di seluruh bagian tubuh, namun bagian tersering terkena selulitis adalah kulit di
wajah dan kaki. Bisa hanya menyerang kulit bagian atas, tapi bila tidak diobati dan
infeksi semakin berat dapat menyebar ke pembuluh darah dan kelenjar getah bening
(Chanafi : 2020).
Penyakit kulit ini menyebabkan kemerahan atau peradangan pada ekstremitas,
wajah, kulit bengkak, licin disertai nyeri yang terasa panas. Gejala lain yaitu demam,
tidak enak badan, terjadi kekakuan. Selulitis merupakan penyakit serius sampai harus
dilakukan pembedahan tetapi bisa dicegah jika pasien menderita selulitis ringan dengan
mengurangi manifestasi klinis yang muncul.

B. Etiologi
Penyakit Selulitis disebabkan oleh menurut (Emilia : 2018):
1. Infeksi bakteri dan jamur :
a. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
b. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
c. Infeksi dari jamur, tapi Infeksi yang diakibatkan jamur termasuk jarang
Aeromonas Hydrophila.
d. S. Pneumoniae (Pneumococcus)
2. Penyebab lain :
a. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
b. Kulit kering
c. Eksim
d. Kulit yang terbakar atau melepuh
e. Diabetes Mellitus
f. Obesitas
g. Pembekakan yang kronis pada kaki
h. Penyalahgunaan obat terlarang
i. Daya tahan tubuh menurun
j. Malnutrisi
k. Gagal ginjal
l. Cacar air

C. Patofisiologi
Pada kasus selulitis, bakteri patogen yang sampai lapisan luar akan timbul infeksi di
permukaan kulit atau akan timbul peradangan. Penyakit infeksi ini sering berjangkit pada
orang gemuk, kasus malnutrisi yang terjadi baik pada orang tua dan pada orang dengan
diabetes melitus yang pengobatannya tidak adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada
kulit dan sistem vena serta limfatik pada ekstremitas atas dan bawah ditemukan
kemerahan hangat, nyeri tekan, demam dan bakteri.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh streptokokus grup A,
streptokokus lain atau staphilokokus aereus. Kecuali jika luka yang terkait berkembang
bakterimia dan etiologi microbial sulit ditentukan. Untuk abses lokalisata yang
mempunyai gejala sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan.
Meskipun etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang disebabkan
oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih kompleks. Bau busuk dan
pewarnaan gram pus menunjukkan adanya organisme campuran.
D. Pathway

E. Klasifikasi
Klasifikasi selulitis menurut (Muharti : 2018) yaitu :
1. Selulitis sirkumskripta serous akut
Selulitis yang terbatas pada daerah tertentu yaitu satu atau dua spasia fasial, yang
tidak jelas batasnya. Infeksi bakteri mengandung serous, konsistensinya sangat
lunak dan spongius. Penamaannya berdasarkan ruang anatomi atau spasia yang
terlibat.
2. Selulitis sirkumskripta supurartif akut
Prosesnya hampir sama dengan selulitis sirkumskripta serous akut, hanya infeksi
bakteri tersebut juga mengandung suppurasi yang purulen. Penamaan berdasarkan
spasia yang dikenainya. Jika terbentuk eksudat yang purulen, mengindikasikan
tubuh bertendensi membatasi penyebaran infeksi dan mekanisme resistensi lokal
tubuh dalam mengontrol infeksi.
3. Selulitis difus akut
a. Dibagi lagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1) Ludwig’s Angina
2) Selulitis yang berasal dari inframylohyoid
3) Selulitis Senator’s Difus Peripharingeal
4) Selulitis Fasialis Difus
5) Fascitis Necrotizing dan gambaran atypical lainnya
4. Selulitis Kronis
Selulitis kronis adalah suatu proses infeksi yang berjalan lambat karena terbatasnya
virulensi bakteri yang berasal dari fokus gigi. Biasanya terjadi pada pasien dengan
selulitis sirkumskripta yang tidak mendapatkan perawatan yang adekuat atau tanpa
drainase.
5. Selulitis difus yang sering dijumpai
Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwig’s .
Angina Ludwig’s merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual,
submental dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia
pharingeal. Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali bilateral, tetapi bila hanya
mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

F. Manifestasi Klinis
Menurut (Emilia : 2018) selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang
terlokalisasi, kulit tampak merah, nyeri tekan, dan teraba hangat. Ruam muncul secara
tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas, kerusakan kronis pada sistem vena dan limfatik
pada kedua ekstermitas. Gejala yang lainnya adalah:
1. Demam
2. Menggigil
3. Sakit kepala
4. Nyeri otot
5. Tidak enak badan
Sedangkan manifestasi klinis menurut (Chanafi : 2020) yaitu :
1. Kemerahan dan ruam ruam
2. Peradangan
3. Kulit merah dan bengkak
4. Nyeri tekan
5. Demam
6. Infeksi jamur disela-sela jari kaki
7. Nyeri otot

G. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang tepat dapat mencegah penyebaran infeksi ke darah dan organ
lainnya. Diberikan penicillin atau obat sejenis penicillin (misalnya cloxacillin). Jika
infeksinya ringan, diberikan sediaan per-oral (ditelan). Pemberian antibiotik seperti
oksasilin atau nafsilin, pemberian analgesik, dan antipiretik. Posisi dan immobilisasi
ekstermitas yang berkaitan dengan kompres lembap hangat (Emilia : 2018). Menurut
(Chanafi : 2020) penatalaksanaannya keperawatannya yaitu :
1. Melakukan rawat luka.
2. Mengkaji apakah muncul rasa nyeri.
3. Posisi imobilisasi ekstremitas.
4. Berkolaborasi :
a. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium untuk mengecek apakah terjadi
infeksi.
b. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga.
c. Dilakukan insisi drainase/debridemen bila luka terbentuk abses.
d. Pemberian antibiotika
Penatalaksanaan keperawatan menurut (Saraswasta : 2015) yaitu :
1. Untuk mengurangi edema dan nyeri : direkomendasikan untuk elevasi/
meninggikan dan mengistirahatkan ekstremitas yang mengalami keluhan.
2. Perlu dipertimbangkan hospitalisasi untuk monitoring ketat dan pemberian
antibiotik intravena pada kasus yang berat, pada bayi, pasien usia lanjut, dan pasien
dengan imunokompromis.
3. Pada kondisi yang sangat parah dengan nekrosis luas disertai supurasi, perlu
dipertimbangkan dilakukan debridement insisi dan drainase secara bedah.
4. Memberikan edukasi kepada penderita yaitu diberikan informasi mengenai
perawatan kulit dan higiene kulit yang benar, misalnya mandi teratur, minimal 2
kali sehari, jika terdapat luka hindari kontaminasi dengan kotoran.
Sedangkan untuk pencegahan selulitis menurut (Anggraini dkk : 2018) yaitu :
1. Jika memiliki luka :
a. Bersihkan luka setiap hari dengan sabun dan air
b. Oleskan antibiotik
c. Tutupi luka dengan perban
d. Sering-sering mengganti perban
e. Perhatikan jika ada tanda-tanda infeksi
2. Jika kulit masih normal :
a. Lembabkan kulit secara teratur
b. Potong kuku jari tangan dan kaki secara hati-hati
c. Lindungi tangan dan kaki
d. Rawat secara tepat infeksi kulit pada bagian superficial

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus selulitis menurut (Chanafi : 2020) yaitu :
1. Lokal nanah dengan pembentukan abses dan nekrosis kulit (cellulitis gangren)
kadang dapat diamati.
2. Myonecrosis, fasciitis, carpal tunnel syndrome akut (dalam selulitis ekstremitas
atas), dan osteomyelitis dapat terjadi.
3. Thrombophlebitis dapat mengembangkan, terutama di bagian bawah kaki.
4. Bakteremia dengan pembenihan situs yang jauh dapat menyulitkan selulitis.
5. Demam scarlet rumit selulitis streptokokus telah diamati tapi jarang.
6. Bakteri-dan-terkait efek racun dapat mengakibatkan shock dan kegagalan organ
multisistem.
Menurut (Nuryahtama : 2015) yaitu :
1. Sepsis : terjadi peradangan seluruh tubuh akibat infeksi
2. Abses lokal : pengumpulan nanah akibat infeksi
3. Limfangitis : infeksi pembuluh limfa
4. Amputasi : prosedur pemotongan sebagian atau seluruh anggota gerak
Sedangkan komplikasi selulitis menurut (Emilia : 2018) :
1. Bakterimia
2. Nanah atau lokal abses
3. Lymphangitis
4. Tromboplebitis
5. Kematian jaringan (Ganggrene)
I. Pemeriksaan Penunjang
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk melakukan
diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan melakukan pemeriksaan
lab. Pemeriksaan penunjang pada kasus selulitis menurut (Chanafi : 2018) yaitu :
1. Complete Blood Count : menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
2. BUN Level
3. Creatinine Level
4. Culture Darah
5. Cultur pus pada luk selulitis
6. CT (Computed Tomography) : Baik Plain-film Radiography maupun CT dapat
digunakan saat tata kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
7. MRI (Magnetic Resonance Imaging) : mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing
fascitiis, dan infeksi selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada
subkutaneus.
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas diri klien : nama, nomor RM, jenis kelamin, tanggal lahir, alamat, agama,
suku, penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan sekarang : biasanya klien mengalami luka berwarna merah, terasa
lembut, bengkak, hangat, terasa nyeri, kulit menegang dan mengilap.
3. Riwayat kesehatan dahulu : pernahkah sebelumnya mengidap penyakit seperti ini,
adakah alergi yang dimiliki dan riwayat pemakaian obat.
4. Riwayat kesehatan keluarga : biasanya dikeluarga pasien terdapat riwayat mengidap
penyakit selulitis atau penyekit kulit lainnya.
5. Riwayat sosial :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : mengenai respon pasien terhadap
penyakit yang dialami, biasanya pasien akan tampak gelisah.
b. Pola aktivitas dan latihan : tentang kegiatan sehari hari yang dilakukan apakah
dapat mandiri selama sakit seperti biasanya atau dengan bantuan orang lain.
c. Pola istirahat tidur : adakah gangguan pola tidur selama sakit pada pasien.
d. Pola nutrisi : mengkaji apakah kebutuhan nutrisi tercukupi dengan baik.
e. Pola eliminasi : mengkaji apakah pola BAB dan BAK mengalami masalah.
f. Pola koping stress : mengkaji keterbukaan pasien dan keluarga.
g. Pola seksual reproduksi : mengkaji apakah pasien mengalami gangguan
reproduksi.
h. Pola kepercayaan : tentang kepercayaan atau ibadah kepada Tuhan YME.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien : tingkat kesadaran (CM), BB dan TB (normal).
b. Tanda-Tanda Vital
1) TD : Biasanya menurun (< 120/80mmHg)
2) Nadi : Biasanya menurun (<90x/ menit)
3) RR : Biasanya normal (18-24 x/ menit)
4) Suhu : Biasanya meningkat (>37.5 °C)
c. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
Inspeksi : Bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi : Adanya massa, benjolan ataupun lesi
2) Mata
Inspeksi : Sklera, conjungtiva, iris, kornea serta reflek pupil dan tanda-tanda
iritasi
3) Telinga
Inspeksi : daun telinga, liang telinga, membran tympani, adanya serumen
serta pendarahan
4) Hidung
Inspeksi : Lihat kesimetrisan, membran mukosa, tes penciuman serta alergi
terhadap sesuatu
5) Mulut
Inspeksi : Kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil
6) Leher
Inspeksi : Kesimetrisan leher, pembesaran kelenjar tyroid dan JVP
Palpasi : Arteri carotis, vena jugularis, kelenjar tyroid, adanya massa atau
benjolan
7) Thorax / Paru
Inspeksi : Bentuk thorax, pola nafas dan otot bantu nafas
Palpasi : Vocal remitus
Perkusi : Batas paru kanan dan kiri
Auskutasi : Suara nafas
8) Kardiovaskuler
Inspeksi : Ictus cordis
Palpasi : Ictus cordis
Perkusi : Batas jantung kanan dan kiri
Auskultasi : Batas jantung I dan II
9) Abdomen
Inspeksi : Asites atau tidak
Palpasi : Adanya massa atau nyeri tekan
Perkusi : Tympani Auskultasi : Bising usus
10) Kulit
Inspeksi : Warna kulit, turgor kulit, adanya jaringan parut atau lesi dan
CRT. Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu
daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak,
dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas. Pada kulit yang terinfeksi
bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar
berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
11) Ekstremitas
Kaji nyeri, kekuatan dan tonus otot.
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Leukosit : menunjukkan leukositosis ringan
2) Laju endap darah : menunjukkan peningkatan ringan
3) Kultur : menunjukkan organisme penyebab

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang
dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medis, dan pemberi pelayanan kesehatan yang
lain. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
2. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (0142)
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D. 0130)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring (D. 0056)
5. Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi (D. 0129)

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
Tujuan : tingkat nyeri menurun (L.08066)
Kriteria hasil :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Sikap protektif menurun
c. Meringis menurun
d. Gelisah menurun
e. Kesulitan tidur menurun
f. Anoreksia menurun
g. Frekuensi nadi membaik
h. Pola napas membaik
i. Tekanan darah membaik
j. Pola tidur membaik
k. Fungsi berkemih membaik
l. Pola tidur membaik
Intervensi : Manajemen nyeri (I. 08238)
b. Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
c. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis
Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
e. Kolaborasi
Kolaborasi analgetik, jika perlu

2. Risiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (0142)


Tujuan : tingkat infeksi menurun (L. 14137)
Kriteria hasil :
a. Nafsu makan meningkat
b. Demam menurun
c. Kemerahan menurun
d. Nyeri menurun
Intervensi : pencegahan infeksi (I. 14539)
a. Observasi
Monitor tanda dan gelaja infeksi
b. Terapeutik
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
c. Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D. 0130)


Tujuan : Termoregulasi membaik (L. 14134)
Kriteria Hasil :
a. Menggigil menurun
b. Kulit merah menurun
c. Suhu tubuh membaik
d. Tekanan darah membaik
Intervensi : Manajemen Hipertermia (I. 15506)
a. Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia (mis. dehidrasi atau terpapar lingkungan
panas)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urine
b. Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Lakukan pendinginan eksternal (mis, kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Berikan oksigen, jika perlu
c. Edukasi
Anjurkan tirah baring
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring (D. 0056)


Tujuan : Toleransi aktivitas meningkat (L.05047)
Kriteria hasil :
a. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
b. Kecepatan berjalan meningkat
c. Jarak berjalan meningkat
d. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
e. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
f. Keluhan lelah menurun
g. Dispnea saat aktivitas menurun
h. Dispnea setelah aktivitas menurun
i. Tekanan darah membaik
Intervensi : Manajemen energi (I. 05178)
a. Observasi
Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
b. Terapeutik
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
c. Edukasi
Anjurkan tirah baring
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan

5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer (D. 0129)


Tujuan : Integritas kulit dan jaringan meningkat (L.14125)
Kriteria hasil :
a. Elastisitas meningkat
b. Kerusakan jaringan menurun
c. Kerusakan lapisan kulit menurun
d. Nyeri menurun
e. Kemerahan menurun
f. Hematoma menurun
g. Pigmentasi abnormal menurun
h. Suhu kulit membaik
Intervensi : perawatan luka (I.14564)
a. Observasi
Monitor karakteristik luka
Monitor tanda tanda infeksi
b. Terapeutik
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih non toksik, sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahakankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
Berikan suplemen vitamin dan mineral
c. Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
d. Kolaborasi
Kolaborasi prosedur debridement
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan
perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun
dalam rencana keperawatan. Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan
pengetahuan intelektual, kemampuan komunikasi dan teknis keperawatan, penemuan
perubahan pada pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan
perubahan sistem tubuh, pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi
pesan tim medis serta mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan pasien.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang terencana mengenai kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan
pasien dan tenaga kesehatan lain. Penilaian dalam keperawatan bertujuan untuk
mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini dkk. 2018. “Asuhan Keperawatan kepada Klien dengan Selulitis”. Makalah Sistem
Integumen. Padang : STIKES Alifah Nur Ikhlas Padang (Online, diakses 12 April
2022).

Emilia Lola Tri. 2018. “Analisis Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Post Debridement
dan Selulitis Pedis dengan Intervensi Inovasi Hand Massage menggunakan
Minyak Essensial Lavender Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri di Ruang Icu
Rsud Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018”. Karya Ilmiah Akhir Ners.
Kalimantan Timur : Program Studi Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
Kalimantan Timur (Online, diakses 12 April 2022).

Imam Chanafi. 2020. “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan Post
OP Selulitis Pedis”. LP. Blitar : STIKES Patria Husada Blitar (Online, diakses 12
April 2022).

Kurniawan Dicky Endrian. 2015. “Aplikasi Model Konservasi Levine dalam Asuhan
Keperawatan Pasien Selulitis”. Seminar Nasional dan Workshop Publikasi
Ilmiah. Malang : Jurusan Keperawatan Universitas Jember (online, diakses 11
April 2022).

Nuryahuthama Dhita Nugraha. 2015. “Asuhan keperawatan pada Ny M dengan Selulitis


Pedis Distra di Ruang Melati RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta”.
Laporan Studi Kasus. Yogyakarta : Akademi Perawat Karya bakti Husada bantul
Yogyakarta (Online, diakses 12 April 2022).

Saraswasta I Wayan Gede. 2015. “Laporan Pendahuluan Selulitis”. LP. Malang : Jurusan
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (online, diakses
12 April 2022).
Sri Muharti. 2018. “Asuhan Keperawatan pada Tn J dengan Selulitis pedis di Ruang Dahlia
RSUD Kota Yogyakarta”. Skripsi Thesis. Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta (Online, diakses 11 April 2022).

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik”, Edisi 1. Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI. 2018.”Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan”, Edisi 1. Jakarta Selatan.

Tim Pokja SLKI. 2018. “Standar luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan”, Edisi 1. Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai