Anda di halaman 1dari 18

7

LAPORAN PRAKTIKUM
RESEPTIR DAN FARMASI VETERINER
ACARA I : PENIMBANGAN DAN PENGENALAN PRODUK
OBAT

disusun oleh :
Nama : Daisynta Prima Aninditya
NIM : 16/398175/KH/08946
Kelompok : A3
Asisten : Alfian Yusak Muzaki, S.K.H

DEPARTEMEN FARMAKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mengetahui jenis-jenis timbangan/neraca serta bagian-bagian timbangan


gram
2. Mengetahui golongan obat menurut undang-undang
3. Mengetahui cara kerja penimbangan menggunakan Timbangan Gram
4. Memahami nama generik, nama dagang, dan nama paten yang
kemungkinan tersedia dalam berbagai macam bentuk sediaan obat
5. Mengenali berbagai macam bentuk sediaan obat di perdagangan pasaran
dengan berbagai spesifikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jenis-jenis Timbangan/ Neraca

Secara garis besar, timbangan obat dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Timbangan Kasar
Daya beban 250 – 1000 g dan kepekaannya 200 mg. (Tim
MGMP KORWIL Pati, 2013)

Gambar 1. Timbangan Kasar (Timbangan Gram)


(Tim MGMP KORWIL Pati, 2013)

2. Timbangan Halus (Timbangan miligram)

Daya beban 10 mg – 50 g dan kepekaannya 5 mg. (Tim MGMP


KORWIL Pati, 2013)
Gambar 2. Timbangan Halus (Timbangan Miligram)
(Tim MGMP KORWIL Pati, 2013)
3. Timbangan Elektrik
Timbangan elektrik/digital beroperasi sesuai dengan prinsip
kompensasi dari gaya elektromagnetik yang berlaku untuk
perpindahan atau torsi. Kombinasi keduanya komponen mekanis dan
sistem membaca otomatis memberikan pengukuran berat pada tingkat
akurasi yang ditentukan tergantung modelnya. Timbangan ini sangat
mudah dilakukan karena bersifat otomatis dan tidak perlu dikalibrasi
secara manual. (Bonham, et al, 2014)

Gambar 3. Timbangan Elektrik


(Anonim, 2017)

B. Bagian-bagian Timbangan Gram


Gambar 4. Ilustrasi Timbangan Gram
(Tim MGMP KORWIL Pati, 2013)
Keterangan:
1. Papan landasan timbangan
2. Pengatur tegak berdirinya timbangan
3. Indikator tegaknya timbangan
4. Jarum penunjuk
5. Skala
6. Kunci timbangan
7. Pisau tengah
8. Pisau tangan
9. Lengan timbangan
10. Pengatur keseimbangan
11. Pinggan dan piring timbangan (Anonim, 2010)

C. Golongan Obat Menurut Undang-undang

Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan


ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat
bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika, dan
narkotika.
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada
masyarakat tanpa resep dokter, tidak
termasuk dalam daftar narkotika,
psikotropika, obat keras, dan obat bebas
terbatas, dan sudah terdaftar di Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Obat bebas
disebut juga obat OTC (Over The Counter).
(Rahayuda, 2016)
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang
sebenarnya termasuk obat keras tetapi
masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa
resep dokter, dan disertaidengan tanda
peringatan. Gambar 4 menunjukkan tanda
khusus pada kemasan sedangkan etiket obat
bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan
garis tepi berwarna hitam. Contoh obat jenis ini adalah CTM, Antimo,
Noza.
3. Obat Keras dan Obat Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat
dibeli di apotek dengan resep dokter. Logo
menunjukkan tanda khusus pada kemasan dan
etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam.
Obat psikotropika adalah obat keras baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh obat jenis
ini adalah Asam Mefenamat, Diazepam, Phenobarbital, Antibiotik
(Amoksilin, Klorampenikol), Obat Hipertensi (Hidroklortiazid,
Kaptopril).
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan. Logo
narkotika dapat dilihat pada Gambar 6. Contoh obat jenis ini adaah
Morfin dan Petidin.
5. Jamu
Jamu adalah ramuan atau obat alami yang digunakan dalam
pengobatan untuk menjaga kesehatan, khasiatnya berdasarkan
warisan turun temurun. Pihak BPOM telah
mengeluarkan standar untuk produksi obat
tradisional yang dikenal dengan Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
(CPOTB). Contoh obat jenis ini adalah Tolak
Angin, Pil Binari, Curmaxan dan Diacinn.
6. Obat Herbal Terstandar
Obat Herbal Terstandar adalah sediaan
obat herbal berbahan baku alami, bahan
bakunya telah ada pembuktian keamanan dan
khasiatnya secara alamiah dengan uji
praklinik. Contoh obat jenis ini adalah
Fitolac dan Kiranti Sehat.
7. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alami yang dapat
disetarakan dengan obat modern karena
proses pembuatannya yang telah terstandar
serta telah ditunjang dengan bukti ilmiah
sampai dengan uji klinik pada manusia
dengan criteria memenuhi syarat ilmiah.
Contoh obat jenis ini adalah Nodiar,
Rheumaneer, Stimuno, Tensigard, X-Gra.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

i. Penimbangan

No. Gambar Keterangan


Timbangan miligram (halus)
Digunakan untuk menimbang
1. bahan obat, dengan:
Daya beban : 25 mg - 50 g
Kepekaan : 5 mg
Anak timbangan
Untuk menimbang berat
2. sejumlah bahan yang dibutuhkan.

Glukosa
Sebagai bobot bahan.
3.

Menimbang 2g Glukosa
Pertama meletakkan anak
timbangan 2g kemudian
4.
meletakkan glukosa di pinggan
kanan hingga skala menunjukkan
angka 0
Ceftriaxone
Antibiotik spektrum luas, obat
5. injeksi
Cefixime
Antibiotik semisintetik golongan
6. sefalosporin, bersifat bakterisid.

ii. Pengenalan produk obat

Nama Obat Macam-macam Obat yang Tersedia di Pasaran

Cefixime Anfix Cefacef Cefarox Cefsoan Septik Fixam

Komposisi dan Tiap kapsul mengandung cefixime trihydrate 112 mg setara dengan
Kemasan cefixime 100 mg, 5 ml suspens mengandung cefiximine trihydrate 112
setara dengan cefixime 100 mg

Khasiat/fungsi Fungsi: mengobati infeksi bakteri


dan indikasi,
Indikasi: mengobati infeksi bakteri yang disebabkan oleh strains
kontraindikasi,
mikroorganisme yang peka terhadap:
efek samping
1. Infeksi kemih tanpa komplikasi oleh Eschericia coli dan Proteus
mirabilis

2. Otitis media disebabkan Haemophilus influenza, Moraxella


catarrhalis, dan Streptococcus pyogenes

3. Faringitis dan Tonsilitis oleh Streptococcus pyogenes

4. Bronkitis akut oleh Streptococcus pneumoniae, Haemophilus


influenza

Kontraindikasi: Pasien yang hipersensitif terhadap obat ini atau


terhadap golongan sephalosporin lainnya
Efek Samping:

1. Gastrointestinal: colitis serius yang ditandai dengan adanya


darah dalam tinja, nyeri abdomen, diare, anoreksia, mual

2. System saraf: sakit kepala, gugup, insomnia, mengantuk

3. Reaksi Hipersensitif: erupsi kulit, urtikaria, drug fever, pruritus

4. Renal dan Ganitouri: peningkatan BUN sementara dan


konsentrasi kreatiinin serum

5. Pernapasan: Jarang terjadi PIE yang ditandai oleh demam,


batuk, sesak napas

Dosis dan 1. Dewasa dan anak-anak BB > 30 kg: 50-100 mg, 2 kali sehari.
jadwal Infeksi berat dapat dinaikan sampai 200 mg, 2 kali sehari
pemberian tergantung BB dan kondisi pasien

2. Penderita gagal ginjal: Dewasa dengan klirens kreatinin antara


21 dan 60 ml/menit dosisnya 75% dari dosis standar (300 mg)

3. Anak-anak BB <30 diberi suspensi pada bayi 1,5-3 mg/kg BB


diberikan 2 kali sehari

Cara Dikonsumsi peroral (bentuk tablet, kapsul, dan sirup)


Pemakaian

Sifat, Keuntungan:
keuntungan
1. Tidak ditemukan metabolit aktif antibakteri pada serum atau
dan kerugian
urin manusia
produk
2. Dikonsumsi lewat oral sehingga tidak langsung berefek negatif

3. Mudah ditelan
Kerugian:

1. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan pertumbuhan


organisme yang tidak sensitif

2. Tidak bisa dikonsumsi oleh ibu menyusui

3. Tidak bisa diberikan pada pasien dengan riwayat hipersensitif


antibiotik golongan sefalosporin lainnya

4. Karena sediaan padat maka akan mengalami proses


metabolisme dulu sehingga efek obat tidak langsung

Golongan obat Obat Keras


berdasarkan
undang-undang

Nama Obat Macam-macam Obat yang Tersedia di Pasaran

Ceftriaxone Rixone Futaxon Bioxon Cefriex Cefsir Trijec

Komposisi dan Tiap vial mengandung Ceftriaxone disodium setara dengan


Kemasan Ceftriaxone 1 g

Kemasan: box isi 2 vial @ 1 g, dan isi 1 vial @ 1 g

Khasiat/fungsi dan Fungsi: mengobati infeksi bakteri


indikasi,
Indikasi: mengobati infeksi yang disebabkan oleh pathogen
kontraindikasi, efek
yang sensitif terhadap Ceftriaxone, seperti: infeksi saluran
samping
napas, infeksi THT, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis,
infeksi tulang, sendiri, dan jaringan lunak, dan pasien
gangguan imunitas

Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap sefalosporin serta


pada pasien yang hipersenstif terhadap penisilin,
kemungkinan terjadi reaksi alergi silang harus
diperhitungkan

Efek Samping:

1. Gastrointesinal: feses encer/diare, mual muntah,


stomatitis, dan glostitis

2. Kulit: pruritus, dermatitis alergika, udem, eksantem

3. Hematologi: pendarahan, trombositopenia,


leucopenia, granulositopenia, anemia hemolitik

4. Sakit kepala, pusing, reaksi anafilaktik, nyeri

Dosis dan jadwal 1. Dewasa/Anak-anak >12 tahun: 1-2 gram satu kali
pemberian sehari, pada infeksi berat atau kasus berat yang
disebabkan organism dosis bisa dinaikan

2. Bayi 14 hari: sekali sehari 20-50 mg/kg BB, tidak


boleh lebih dari 50 mg/kg BB

3. Bayi 15 hari-12 tahun: sekali sehari 10-80 mg/kg BB

4. Anak-anak dengan BB >50 kg dapat menggunakan


dosis dewasa

5. Intravena 50 mg/kg BB diberikan lewat infuse paling


sedikit 30 menit

Cara Pemakaian Melalui IV dan IM

- IV: 1 g obat dilarutkan dalam 10 ml aquabidest/aqua


pro injection, kemudian suntik IV selama 2-4 menit

- IM: 1 g dilarutkan dalam 3,5 ml larutan lidokain 1%


dan disuntikan intragluteal dalam-dalam. Larutan
lidokain tidak boleh disuntikan secara IV

Sifat, keuntungan dan Keuntungan:


kerugian produk
1. Efek kerja obat cepat karena diberikan lewat injeksi

2. Mudah dalam pemberian obat

Kerugian:

1. Pasien gangguan fungsi ginjal dan hati berat, kadar


plasma obat perlu dipantau

2. Tidak baik digunakan pada wanita hamil (trisemester


1)

3. Tidak diberikan pada neonatus (terutama premature)


yang mempunyai resiko pembentukan ensephalopati
bilirubin

Golongan obat Obat Keras


berdasarkan undang-
undang

IV. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami belajar tentang cara menimbang dengan
timbangan gram dan mempelajari nama generik, nama dagang, nama paten,
dan penggolongan obat bedasarkan undang undang. Penimbangan dan
pengenalan produk obat sangat penting untuk dipelajari dan dilakukan agar
kita dapat mengetahui alat yang digunakan untuk menimbang obat dan cara
menimbang obat serta mengenali suatu produk obat.
Pada saat praktikum, dilakukan penimbangan sediaan padat berupa
glukosa menggunakan satu jenis timbangan yaitu timbangan miligram atau
timbangan halus. Cara menimbang menggunakan timbangan miligram yaitu
posisi timbangan harus dalam keadaan horizontal. Saat menyetarakan
timbangan, kunci diputar ke kanan hingga jarum penunjuk berada di tengah
indikator timbangan. Kemudian, kunci diputar ke kiri agar timbangan terkunci
dan bagian pinggan dialasi kertas perkamen. Timbangan disetarakan kembali.
Selanjutnya, dilakukan penimbangan dengan meletakkan anak timbangan 1
gram (2 gram pada percobaan kedua) pada piring kiri dan serbuk glukosa pada
piring kanan menggunakan sudip hingga posisi piring kanan-kiri seimbang.
Proses peletakan anak timbangan dan bahan yang akan ditimbang
menggunakan tangan kiri. Jika timbangan sudah setara, kembalikan anak
timbangan dan sediaan siap dilipat dengan kertas perkamen (Harsojo, 2012).

Perlu diingat bahwa berat minimal yang boleh ditimbang pada


timbangan miligram adalah 5 mg, jika dibawah angka tersebut maka akan
menyebabkan hasil timbangan tidak tepat sehingga harus dilakukan
pengenceran.

Setelah praktikum tentang cara menimbang, kami lalu mempelajari


tentang penamaan obat dari nama generik, nama paten, dan merk dagang.
Kami juga mempelajari fungsi, dosis, perbedaan cara pengaplikasian, sifat,
dan kerugian dari obat tersebut. Obat yang kami diskusikan bersama adalah
ceftriaxon dan cefixime. Kedua obat merupakan obat yang dapat membunuh
infeksi bakteri.

Cefixime adalah obat dengan sediaan padat yang mengandung kapsul


cefixime trihydrate 112 mg setara dengan cefixime 100 mg, 5 ml suspens
mengandung cefiximine trihydrate 112 setara dengan cefixime 100 mg. Dosis
pemberiannya adalah Dewasa dan anak-anak BB > 30 kg: 50-100 mg, 2 kali
sehari. Infeksi berat dapat dinaikan sampai 200 mg, 2 kali sehari tergantung
BB dan kondisi pasien. Obat ini dapat membunuh infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Eschericia coli, Haemophilus influenza, Streptococcus pyogenes,
dan Streptococcus pneumoniae. Keuntungan obat ini adalah tidak ditemukan
metabolit aktif antibakteri pada serum atau urin manusia. Sedangkan
kekurangan obat ini tidak bisa diberikan pada ibu menyusui dan pasien dengan
riwayat hipersensitif sefalosporin. Obat Cefixime merupakan obat keras
dengan diperlukan resep dokter setiap pemberiannya.

Obat lainnya adalah Ceftriaxone. Ceftriaxone merupakan obat dengan


sediaan cair dan mengandung ceftriaxone 1 gram. Dosis pemberiannya adalah
dewasa/Anak-anak >12 tahun: 1-2 gram satu kali sehari, pada infeksi berat
atau kasus berat yang disebabkan organisme dosis bisa dinaikan. Obat ini juga
bisa diberikan secara intravena dosis 50 mg/kg BB diberikan lewat infus paling
sedikit 30 menit. Obat ini dapat membunuh infeksi seperti infeksi saluran
napas, infeksi THT, infeksi saluran kemih, sepsis, meningitis, infeksi tulang,
sendiri, dan jaringan lunak, dan pasien gangguan imunitas. Pemberian bisa
dilakukan dengan melalui IV dan IM yaitu IV: 1 g obat dilarutkan dalam 10
ml aquabidest/aqua pro injection, kemudian suntik IV selama 2-4 menit. Lewat
IM: 1 g dilarutkan dalam 3,5 ml larutan lidokain 1% dan disuntikan
intragluteal dalam-dalam. Larutan lidokain tidak boleh disuntikan secara IV.
Keuntungan produk ini yaitu diberikan lewat IV dan IM sehingga efek obat
segera. Sedangkan kerugiannya adalah tidak boleh diberikan pada ibu hamil
dan saat neonatus karena mempunyai resiko pembentukan ensephalopati
bilirubin. Ceftriaxone merupakan obat keras yang diperlukan resep dokter
setiap pemberiannya.
V. KESIMPULAN

1. Timbangan yang biasa digunakan untuk praktikum yaitu timbangan gram,


timbangan miligram, dan timbangan digital.

2. Syarat timbangan yang ideal ada 3 yaitu peka, tepat, dan kekal.

3. Bagian-bagian timbangan yaitu papan landasan timbangan, pengatur tegak


berdirinya timbangan, indikator tegaknya timbangan, jarum penunjuk,
skala, kunci timbangan, pisau tengah, pisau tangan, lengan timbangan,
pengatur keseimbangan, pinggan dan piring timbangan.

4. Hal yang diamati dalam pengenalan produk obat yaitu komposisi, kemasan,
khasiat/ fungsi, indikasi, kontraindikasi, efek samping, dosis, jadwal
pemberian, cara pemakaian, sifat, keuntungan, kerugian, dan golongan obat
berdasarkan undang-undang.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Dasar-Dasar Kefarmasian. Jakarta : Kementrian Pendidikan


dan Kebudayaan.
Anonim. 2016. Penggolongan Obat Berdasarkan Undang-Undang.
Basu, P. 2014. Biochemistry Laboratory Manual. Kolkata: Academic Publisher
Harsojo. 2012. Kajian Kalibrasi Timbangan Analit dengan Penjaminan Mutu
ISO 17025. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng. ISSN :
0853-0823.
Husen, Ria W., Yamlean, Paulina, V, W., Citraningtyas, Gayatri. 2015.
Formulasi dan Evaluasi Sirup Ekstrak Daun Sidaguri. Jurnal Ilmiah
Farmasi. Vol 4. No. 3.
Parikh, D.M. 2010. Handbook of Pharmaeutical Granulation Technology.
Philadhelpia: CRC Press
VII. LAMPIRAN

A. Borang
B. Salinan sampul buku dan salinan jurnal yang digunakan

Anda mungkin juga menyukai