OLEH
DRA. HANIFAH YUSUF, Apt, M.Kes 131 671 752 BAGIAN FARMAKOLOGI DAN TERAPETIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNSYIAH 2007
Penyakit Pada Saluran Nafas 1. Rhinitis Allergica Inflamasi pd mukosa hidung akibat keterpaparan allergen shg
timbul respon immunologi spesifik yg diperantarai oleh Ig E Rhinitis allergica ada 2 tipe: a. Musiman (seasonal, hay fever) Timbul akibat allergen yg spesifik (serbuk sari), wktnya dpt diprediksi (musim semi, musim bunga) dan biasanya bersifat akut b. Tahunan = Perennial, intermittent (sering), persistent (menetap) Timbul akibat allergen yg tdk spesifik, misalnya oleh tungau, serpihan kulit/bulu hewan, debu rumah, spora, jamur, asap, gas, bau2an, suhu, cuaca dll, biasanya gejalanya tidak begitu kelihatan dan bersifat kronis
Terapi (Pengobatan):
A. Terapi non farmakologi
1. Menghindari Allergen
Jamur dpt dicegah dg desinfektan dan kelembapan udara dl rumah upayakan < 40% OS yg allergi terhdp bulu hewan sebaiknya tdk memelihara hewan atau mencegah kontak dg hewan. Ruang dan alas tidur hrs bebas debu, tilam dan bantal diberi alas yg tdk tembus debu dan tdk menggunakan karpet. Sebaiknya ruangan meggnkn penyaring udara, ruang tidur dlm keadaan tertutup OS dg rhinitis allergi musiman, hindari keluar rumah dan bila perlu gunakan masker .
2. Antihistamine:
obat2 yg melawan histamine (mediator2 penyebab allergi)
3. Antitussive:
Obat2 yg meredakan atau mencegah batuk
4. Expectorants:
Obat2 yg mengencerkan & memicu pengeluaran dr mukus sal nafas
5. Bronchodilators:
Obat2 yg meningkatkan kaliber (diameter) otot polos saluran nafas
6. Antiinflammatory:
Obat2 yg memodulasi respon inflamasi
7. Antimuskarinik
Obat2 yg memodulasi kontraksi otot polos saluran nafas
8. Leucotrienes antagonist:
Obat2 yg menghambat degranulasi sel mast (menghambat pelepasan mediator) : Turunan Kromolin, Kortikosteroid
9. Lypooxygenase inhibitors:
Obat2 yg menghambat pembentukan Leucotriens
1. NIKETHAMIDE (CORAMINE)
Merupakan turunan piridin yg dibuat secara sintetik, mdh larut dl air dan sedikit larut dl minyak
Toksisitas:
Pd dosis tinggi nikethamide dpt menyebabkan konvulsi klonik yg diikuti dg penekanan pd SSP dan pusat pernafasan
Efek Samping:
Pruritus, cemas dan gangguan pd saluran cerna
Penggunaan klinik:
-Gagal nafas akut
-Dosis initial:
2 ml dari larutan 25% . Pemberian obat ini dpt diulangi 4 6 jam
jika diperlukan.
2. Ethamivan (Vandid)
Mrpkn derivat asam vanillat, masa kerjanya singkat (10 menit).
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja ethamivan dan efek toksis yg ditimbulkan sama spt nikethamide Dosis:
150 400 mg scr injeksi intravena atau infus tetes intravena dg kecepatan tetesan 20 mg per menit
3. Doxapram (Dopram)
Mrpkn analeptik non spesifik yg digunakan utk menstimulasi pernafasan
Diberikan scr infus intravena dg kecepatan tetesan 5 mg/menit dan selanjutnya dpt diturunkan menjadi 2 mg/menit Doxapram memiliki indeks terapetik lbh besar dr nikethamide atau ethamivan.
NASAL DECONGESTANT
Dekongestan topikal maupun sistemik mrpkn simpatomimetik yg aktif bkj pd adrenergik reseptor alfa-1 pd mukosa hidung dg efek vasokonstriksi shg mampu mengurangi pembengkakan dan memperbaiki ventilasi saluran nafas. Effikasi semakin baik bl dikombinasikan dg Antihistamin (AH1). Scr topikal digunakan lgsg baik dl bentuk sediaan tetes hidung maupun semprot yg bkj setempat tanpa efek sistemik.
Penggunaan dl wkt lama > 3-5 hari, biasanya dpt menimbulkan efek rebound (kekambuhan), keadaan ini dpt diatasi dg pemberian kortikosteroid dan perbaikan baru terlihat setelah bbrp hari - 1 mgg
Efek samping topikal nasal decongestan: burning (rasa spt terbakar), stinging (rasa spt tertusuk), sneezing (bersin2) dan keringnya mukosa hidung
Nasal decongestant sebaiknya digunakan bila sangat diperlukan, dlm dosis, frekwensi yg kecil dan dl wkt seminimal mungkin (3 5 hari) Sistemik decongestant sebaiknya dihindari pd penderita hipertensi, apalagi bl dignkan bersama MAO Inhibitor
Lama Kerja
> 4 jam
4 6 jam
> 12 jam
a.Ephedrine HCl:
Alkaloid dr herba Ephedra vulgaris (Ma-huang) atau yg dibuat scr sintetis
Mekanisme kerja:
Menjebabkan pelepasan NA/A pd ujung serabut saraf simpatetik dan mengaktifkan reseptor alfa dan beta adrenergik di paru dan memicu timbulnya bronchodilatasi serta Vasokonstriksi pd mukosa hidung
Penggunaan klinik:
Mengurangi nasal decongesti, midriasis, bronchitis, emphysema dan asthmabronchiale
Efek samping:
Tergtg pd dosis: dosis kecil berupa irritasi pd mukosa hidung, sdgkan pd dosis besar berupa hypertensi, cardiac arrythmia (terutama stlh pemberian scr parenteral), retensi urin dan menyebabkan stimulasi pd SSP dg gejala2 sbb:
Gejala2 :
Berupa nausea, vomitus, sweating, vertigo, tremor, nervous dan insomnia. Utk melawan efek pd SSP, sering dikombinasi dg barbiturat spt yg tdpt pd Franol
Farmakokinetik:
Ephedrin sgt mdh larut dan diabsorpsi scr komplit baik pd pemberian scr oral maupun parenteral. Lebih dr 40% diekressi melalui urine dl btk tdk berubah. Ephedrin dimetabolisme di hepar dg cara deaminasi dan konyugasi
Kontraindikasi:
Pd BPH, Hyperthyroidsm, hipertensi, gangguan jtg, glaucoma dan penderita yg sdg menggunakan MAO-Inhibitor (Isocarboxazid, phenelzine dan tranylcypromine krn akan meningkatkan TD), dmk juga pd penggunaan guanetidine akan mengantagonis efek antihipertensi
b. Pseudo ephedrin:
Tdpt dl sudafed, actifed, actigesic, allerfed, benadryl DMP, crofed, lapifed, librofed sirup Mrpkn alkaloid dr herba Ephedra vulgaris,atau dibuat scr sintetis Termasuk nasal decongestan yg paling baik, secara oral mula kerjanya lebih lama dari topikal, tapi lama kerjanya lebih panjang
Sediaan:
Dl btk kombinasi dg antihistamin, ekspektoran dan obat2 batuk
c. Phenylephrine HCl
Tdpt dl Andonex, Donexan-DX, Ikadryl DMP dan mrpkn agonis alfa1 adrenergik
Mekanisme kerja:
Vasokonstriksi pd mukosa hidung shg mengurangi oedem dan mengurangi kekentalan cairan hidung (nasal stuffiness)
Penggunaan klinik:
Nasal decongestant, midriasis
Efek samping:
Hypertensi, pd ibu hamil penggunaan yg srg dpt menimbulkan efek teratogenik, rebound nasal decongesti, pusing, tremor, nyeri kepala dan irregular heartbeat
Dosis:
Oral 20 mg/kali dan 60 mg/hari Sub kutan 5 mg/kali, 15 mg/hari, dosis maksimum 10 mg/kali Chewable tab 10 mg, 10 mg/ ml injeksi Nasal 0,125 1%
Dosis:
7,5 15 mg, 25 50 mg, tiap 3-4 jam
Kontra indikasi:
Tdk diberikan pd penderita yg sensitif thdp agonis adrenergik dg gejala2 insomnia, pusing, kelelahan, tremor dan cardiac arrythmia . Umumnya agonis adrenergik harus hati2 diberikan pd penderita DM, penyakit jtg, hyperthyroid, HT dan penderita yg sdg menggunakan antidepressan
ANTIHISTAMINE
Mekanisme Kerja:
Menghambat pelepasan dan aktivasi histamine atau mediator lainnya
Penggunaan Klinik:
Utk mencegah dan mengobati reaksi allergi spt pd rhinitis allergica, dan urticaria
Penggolongan antihistamine:
Berdasarkan struktur kimiawi:
2. Golongan Ethylendiamine -Antazoline HCl -Pyrilamine maleat -Tripelenamine HCl 25 mg/ tab, 100 mg/ tab SR -Mepyramine maleat dosis oral 25-50 mg/kali
3. Golongan Ethanolamine
-Carbinoxamine maleat -Clemastine fumarat
-Diphenylpyraline
-Dimenhydrinate (Dramamine): 50 mg/tab, 12,5 mg/ 5 ml
5. Golongan Piperazine
-Cyclizine HCl; 50 mg/tab -Hydroxyzine HCl 10 mg/ tab, 10 mg/5 ml susp -Meclizine HCl 12,5 50 mg/tab -Cetirizine HCl: 5 10 mg/tab, 5 mg/ 5 ml -Buclizine : 50 mg/tab
- Levocabastine HCl (Livostin) - Olopatadine (Patanol) Keduanya merupakan AH1 yg digunakan pd allergi conjungtivitis yg berhubungan dg Rhinitis allergica
9. Golongan lain
-Azatadine, Medhidroline napadisilat Azatadine = optimune: dosis 1 mg/tab
Berdasarkan selektifitas kerjanya: 1. Sedative antihistamine (generasi I, bkj sentral) AH ini tgtg pd kemampuannya melewati BBB dan kelarutannya dl lipid
2. Non sedative antihistamine (generasi II, bkj perifer) AH ini skr larut dl lipid dan tdk mempengaruhi SSP/SSO
Farmakokinetik:
Diabsorpsi dg baik pd sal cerna, konsentrasi puncak dl plasma dicapai setelah 2-3 jam dan respon farmakologi antara 4-6 jam, tetapi ada bbrp obat yg kerjanya lebih lama
Penggunaan klinik:
Pd common cold dan penyakit allergi
Efek samping:
Pd dosis terapi menyebabkan sedasi (mengantuk), dizziness, mulut kering, takhicardia dan tremor Efek sedasi sgt bermanfaat pd penderita sukar tidur krn gangguan pd saluran nafas
Interaksi Obat
-Mengurangi efek antikoagulan oral -Bersifat additif dg alkohol, opiat, sedatif hipnotif
Dewasa
4 mg/ tiap 6 jam
Anak-anak
6-12 thn 2 mg/ tiap 6 jam 2-5 thn 1 mg/ tiap 6 jam 6-12 thn, 8 mg/hari, malam < 6 thn tdk dianjurkan 6-12 thn. 0,67 mg/ tiap 12 jam 5 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
8-12 mg/hari, malam 1,34 mg/ tiap 8 jam 25-50 mg/tiap 8 jam
10 mg, 1 x sehari
6-12 thn, 10 mg, 1 x sehari 2-5 thn, 5 mg, 1 x sehari 6-12 thn, 30 mg, 2 x sehari
6 thn, 5 mg, 1 x sehari 6-11 bln, 0,25 mg/kg BB 6-12 thn, 30 mg tiap 4-6 jam 2-5 thn, 15 mg tiap 4-6 jam Tidak dianjurkan
60 mg, 2 x sehari
5-10 mg, 1 x sehari 60 mg/tiap 4-6 jam 120 mg/ tiap 12 jam
KORTIKOSTEROID
Berdasarkan cara penggunaannya dpt dibagi atas: 1.Nasal corticosteroid:
Kortikosteroid scr klinis effektif utk meredakan bersin2, hidung berair, gatal2 dan pembengkakan pd hidung.
Kortikosterioid dignkan pd rhinitis allergika musiman atau kronik utk menekan gejala yang timbul. Dianjurkan penggunaannya sbgi initial terapi bersamaan dg AH1, krn effikasi yg tinggi dicapai bl kombinasi ini digunakan untuk mencegah keterpaparan allergen
Mekanisme Kerja:
Mengurangi inflamsi dg memblok pelepasan mediator, menekan neutrofil khemotaksis, menyebabkan vasokonstriksi ringan dan menghambat kerja sel mast.
Efek samping:
Sneezing, stinging, headache, epistaxis dan infeksi oleh Candida albicans
12 thn, 1-2 kali hirup, 1 x sehari 6-12 thn 1 x hirup/lubang hidung (42 mcg) 2 x sehari
Budesonide
> 6 thn, 2 x semprot (64 mcg/lubang hidung pd pagi dan sore hari atau 4 x semprot /lubang hidung pd pagi hari (max 256 mcg)
Flunisolide
Dewasa: 2 x semprot (50 mcg)/lubang hidung, 2 x sehari (max 400 mcg) Anak2: 1 x semprot/lubang hidung 3 x sehari Dewasa; 2 x semprot (100 mcg)/lubang hidung, 1 x sehari, stlh bbrp hari 1 x /lubang hidung Anak2; > 4 thn 1 x semprot/lubang hidung; 1 x sehari (max 200 mcg/hari) 12 thn, 2 x semprot (110 mcg)/lubang hidung; 1 x sehari (max 440 mcg/hari 12 thn, 2 x semprot (100 mcg)/lubang hidung; 1 x sehari
Fluticasone
Treiamcinolone acetonide
Momethasone furoate
ANTITUSSIVE
Batuk:Mrpkn mekanisme fisiologis utk membersihkan dan melindungi saluran nafas dari sekret dan benda2 asing lainnya. Pencetus batuk: Infeksi, inflamasi pd sal nafas
Ada allergen
Ada sekret Kompressi pd sal nafas akibat tumour
Jenis batuk:
Batuk produktif : mengeluarkan dahak/sputum Batuk non produktif: tdk mengeluarkan dahak
Farmakoterapi batuk:
Batuk yg perlu diterapi adalah batuk yg tdk fisiologis lagi yg sgt melelahkan dan mengganggu tidur Batuk ringan biasanya akan hilang oleh peningkatan mekanisme pertahanan tubuh baik dg penggunaan antiseptik kerongkongan dll Sedangkan batuk sedang dan berat diperlukan pengobatan baik scr simptomatik maupun yg spesifik a.Terapi simptomatik = terapi utk menghilangkan gejala Dpt dilakukan dg pemberian antitussif, dan ekspektoransia b.Terapi spesifik = Terapi utk menghilangkan penyebabnya Dilakukan dg pemberian antimikroba pd keadaan infeksi paru/sal
C. Terapi dg antihistamin atau antiallergi bila disebabkan oleh allergen atau benda asing d. Penghentian merokok pd bronkhitis kronis e. Tindakan operasi pd kanker paru, polipektomi dll
Mekanisme kerja : Menekan SSP dan mempengaruhi pusat batuk (area postrema) di MO dg cara menurunkan sensitifitas pusat batuk dan peningkatan nilai ambang thdp brbgi rgsg shg kepekaan thdp reflex batuk berkurang. Dispg itu jg mengurangi sekresi sal nafas dgn mghambat kerja histamin Bbrp antitussif menyebabkan addiksi dan konstipasi, kerongkongan kering dan bersifat analgetik
Penggolongan antitussif
A. Bekerja secara Central (opiat dan non opiat) 1. Kelompok Opiat
Mrpkn antitussif yg berpotensi menimbulkan addiksi dan disalah gunakan, misalnya turunan opiat: codein, dionin, dicodid, pantopon, meperidin, pholcodine dan levorfanol.
a. Codein (Metil morfin) Mrpkn alkaloid fenantren yg diperoleh dari penorehan buah masak Papaver somniferum, dipasaran tersedia dl btk garam (codein sulfat, codein hidrokhlorida). Obat ini Jg sbgi obat standar dl penelitian obat2 batuk Kodein memiliki efek analgetik, sedasi ringan shg bermanfaat utk batuk yg disertai nyeri dan ansietas
Mekanisme Kerja:
-Menghambat pelepasan neuropeptida eksitatori dg mengaktifasi reseptor pd pusat batuk (area postrema di medulla oblongata) -Mengurangi sensitifitas terhadap agen penyebab batuk
-Potensi timbulnya ketergtgan relatif rendah jk dibdgkn dg morfin -Scr oral mengurangi sekresi bronkhus & menghambat aktifitas siliar Penggunaan klinik: Menekan batuk dan bersifat analgesic Farmakokinetik: Secara oral diabsorpsi dg baik, kadar tertinggi dl plasma dicapai 1-2 jam stlh pemberian dan lama kerjanya 4-6 jam. Diekressi mell urine scr komplit setelah 24 jam.
Efek samping: Nausea, vomiting, pusing, kerongkongan kering, sputum kental, sedasi dan anoreksia, sedangkan pd dosis tinggi menyebabkan gelisah, hipotensi ortostatik, vertigo, nyeri abdomen dan konstipasi. Pd dosis besar dapat menimbulkan depressi pd saluran nafas Antagonis pd keracunan Opiat: Dengan pemberian Nalokson
Sediaan: Codein Tablet 10, 15 dan 20 mg Codipront capsul Dosis: Anak 1 1,5 mg/kg BB/ hari dibg dalam 3 4 dosis Dewasa: 10 30 mg setiap 6 8 jam b. Dionin HCL Sediaan: Tablet 100 mg
c. Dicodid = Paracodin
b. Noscapin
Mrpkn alkaloid turunan benzil isoquinolin dr opium yg tdk menimbulkan addiksi dan analgesia. Potensi antitussif sama dg kodein Sediaan: Tablet dan sirup Dosis: Dewasa 15 30 mg 3 kali sehari Efek samping: Gangg GIT, depressi Sal nafas (dosis > 90 mg) c. Carbetapentan d. Caramifen e. Chlofendanol f. Pholcodine g. Clobutinol h. Isoaminil i. Pentoksiverin
j. Propoksifen (btk levo dan dekstro) Mrpkn antitussif non analgesik, efikasi sama dg dektrometorfan Dosis: 50 100 mg secara oral k. Butamirat l. Okseladin m. Oksolamin n. Pipazetat Antitussif diatas bersifat non analgesic, non addiktif dan tdk mendepressi saluran nafas.
2. Lidokain, Lignocain, Tetracain, Cocain Bkj lgsg pd sal nafas bgn atas, dg efek anaetesi lokal, mengurangi irritasi lokal, mengurangi spasme otot polos saluran nafas Obat2 ini effektif utk batuk akibat kanker paru-paru
EXPECTORANTS
Obat2 yg mengencerkan dan memicu ejeksi (pengeluaran) mukus dari saluran nafas Tujuannya: - Utk mengurangi sumbatan oleh sekret bronkhus yg kental Mekanisme Kerja: - Menurunkan viskositas sputum dg memecahkan rantai mukoprotein, mukopolisacharida & ikatan sulfida pd sputum shg mdh dikeluarkan (mukolitik) - Meningkatkan aktifitas siliar sal nafas shg sputum cepat dikeluarkan (mukokinetik)
Penggolongan Ekspektoransia: 1. Turunan garam:Natrium,Kalium&Ammonium(Sitrat, Khlorida, Iodida) 2. Sirup, Tingtur Ipecacuanhae 3. Ekstrak: OBH (Succus Liquiritiae) 4. Minyak atsiri: OBP, OBH 5. Kreosot 6. Gliseril guayakolat 7. Ambroksol, Bromheksin 8. Turunan Systein: asetyl systein, Carbosystein, Erdosystein
1. Garam Natrium, Kalium, Ammonium (Sitrat, Khlorida, Iodida) Bkj dg cara menurunkan viskositas dan meningkatkan aktifitas siliar saluran nafas utk mengeluarkan sputum. Biasanya digunakan dl btk kombinasi dg antitussif, antihistamin dll Natrium sitrat Natrium Iodida
Kalium sitrat
Kalium Iodida Ammonium Khlorida Efek samping: Gangguan GIT, anorexia, vomitus dan nyeri epigastric
5. Kreosot
6. Gliseril guayakolat
Bkj dg meningkatkan aktifitas mukosiliar
7. Ambroksol, Bromheksin
Mrpkn obat semi sintetis (Visicine) dari tumbuhan Adhatoda vasica , bkj sbgi mukolitik dan sering digunakan pd bronkhitis kronik
Dosis: 8 16 mg/ setiap 6-8 jam Efek samping: Gangguan GIT 8. Turunan Systein: Acetyl systein, Carbosystein, Erdosystein (Anti protease)
Bkj dg cara menurunkan viskositas sekret sal nafas dan memutuskan rantai sulfida pd mukoprotein sputum, jg bersifat sbgi antioksidan
Btk sediaan: Sirup, inhalasi srg digunakan pd cystic fibrosis Efek samping: gangg GIT, reaksi allergi, stomatitis & bronkhospasme
Asetil sistein dan Karbosistein jg dpt digunakan utk terapi keracunan asetaminofen/ panadol dg dosis 10 g/hari secara oral.
Tanda-tanda klinis:
Batuk berulangkali, spasme sal nafas, sesak nafas dan mengi
Mediator Asthma:
Leucotriens Histamin Prostaglandin Neutrophyl Chemotactic Factors (NCF), Eosinophyl Platelet Activating Factors (PAF) dan Bradykinin Activators
Perubahan Fisiologik -Meningkatnya sensitifitas trakhea dan bronkhus thdp bbgi stimuli
-Kontraksi otot polos sal nafas -Penebalan mukosa sal nafas -Infiltrasi sel: Neutrofil, Eosinofil, Sel mast, basofil, limfosit dr ddg bronkhus
Perubahan Immunologik
-Peningkatan produksi IgE dan IgG
-Pembentukan Antibodi IgE dan IgG yg spesifik dl darah
Tujuan Pengobatan:
Menghindari faktor pencetus Mencegah dan mengobati Mengupayakan fungsi paru tetap normal Mengupayakan penderita dapat beraktifitas normal
Diagnosis Asthma:
Diagnosis ditegakkan berdsrkan tanda2 penyakit, keluhan penderita, bl perlu dg pemeriksaan faal paru dan bukan karena penyakit cardiovaskuler
Derajat Hiperaktifitas Saluran Nafas - Dpt ditentukan dg uji provokasi menggunakan metakholin, histamine atau asetilkholin diberikan secara inhalasi yg diukur dg alat spirometri - Diukur dari penurunan volume ekspirasi yg kuat dl 1 detik (FEV-1), yg disebabkan oleh pemberian histamin, asetilkholin atau metakolin dl dosis bertingkat
Tingkat Inflamasi - Dpt ditentukan berdasarkan infiltrasi sel mast, eusinofil, neutrofil, basofil dan limfosit dl jml banyak di dl sputum Tingkat Keparahan Penyakit dapat ditentukan berdasarkan : Lama serangan (selama berapa jam, hari atau minggu) Terganggu tidaknya aktifitas kerja Jumlah kunjungan ke UGD, RS rawat inap atau rawat jalan Jenis obat yang digunakan Normal tidaknya fungsi paru
b. Asthma sedang
Pemberian oral agonis b2-adrenergik msg2 atau kombinasi dg methyl xanthin Dpt ditambahkan dg kortikosteroid oral (prednison 50 mg/ hari selama 3-4 hari Kmd turunkan dosis pd hari ke 5 -7.
c. Asthma berat
- Berikan oral agonis b2-adrenergik dan methyl xanthin - Tmbh kortikosteroid 80 mg/hr slm 7-15 hari, lalu turunkan dosisnya
Pengobatan Penyakit Asthma Bronchiale 1. Terapi Jangka Pendek (Short Term Therapy) dengan cara: Merelaksasi otot polos sal nafas dg menggunakan bronchodilator agonis adrenergik, methyl xanthines dan antagonist muscarinic Mekanisme kerja Agonis adrenergik
Methyl xanthin
Antagonis muskarik
2. Terapi Jangka Panjang (Long Term Therapy) dg cara: - Memodulasi respon inflamasi dg antiinflamasi - Menghambat degranulasi sel mast - Menghambat pembentukan leucotriens
BRONCHODILATOR
(Non-selective adrenergic) 1. Adrenaline (Epinefrin) mengaktifasi reseptor alfa & beta adrenergik Mekanisme kerja non selective dan selective adrenergic: Menstimulasi enzim Adenilat siklase shg menyebabkan peningkatan kadar C-AMP pd otot polos dan memicu tjdnya bronchodilatasi/ bronchorelaxasi Berperan pd penghambatan pelepasan mediator dan meningkatkan aktifitas siliar
Dosis :
Adrenalin 1% dl ampul 1ml (dibagi 2-3 dosis dg interval pemberian 15-30 menit) Dewasa 0,3-1 ml SC; 0,2 1 ml IM; anak2 0,1-0,2 ml SC atau 0,2-0,5 ml IM Inhalasi 1% dg dosis 320 mcg/semprotan dan mula kerja 15 menit kmd, lama kerja 1-1,5 jam
Dosis:
Inhalasi: 80-131 mg/1x hirup bronchodilatasi brlgsg 2 jam Tablet sublingual 10-15 mg
3. Isoeutarine (Bronchosol)
Penggunaan klinik: Asthma bronchiale Bentuk Sediaan Obat
Inhalasi, IV, Obat tetes hidung 1%, sublingual tablet 640 mg
4. Ephedrin HCl Mrpkn agonis adrenergik yg menstimulasi SSP, shg dl terapi sering dikombinasi dg sedativ atau antihistamin Mekanisme Kerja
Menstimulasi ujung saraf simpatetik shg melepaskan adrenalin
Lama kerja: 6-8 jam Dosis: Oral, tablet 3-4 kali sehari 25 mg, injeksi 5. Khlorprenalin
Sublingual tablet 20-30 mg/ setiap 3-4 jam
Kontra Indikasi
Penderita hamil tua
Efek samping
Hipertensi, Arrythmia dan Tremor
Dosis
90 mg/hirup; dewasa 2-4mg/kali, anak-anak 0,5 1 mg/kali
Dosis
200 mcg/hirupan (MDI); dewasa 2,5-5 mg/tablet, injeksi SC 0,25 mg 1-4 kali/hr
Dosis:
0,65 mg/hirup; 0,5-5% tetes hidung; tablet 10-20 mg 3-4 kali sehari
Dosis
12 mg/hirup
5. Clenbuterol inhalasi
Dosis:
MDI 21 mcg/hirup, 2-4 kali sehari
9. Tretoquinol (inolin) 10. Fenoterol 11. Karbuterol 12. Ritodrin 13. Kuinterenol 14. Soterenol 15. Prokaterol 16. Indoramin 17. Timoksamin 18. Fentolamin
Lama Kerja
4 6 jam
Penggunaan
Short acting agonis adrenergik digunakan bila perlu
Terbutalin
Rimetrol
Clenbuterol Pirbuterol Reproterol Bambuterol
Salmeterol
12 14 jam
Long acting agonis adrenergik digunakan sbgi terapi tambahan bila asthma tdk dpt dikontrol secara adekuat oleh glucocorticosteroid, digunakan 2 x sehari
Tretoquinol
Penggunaan klinik
Asthma
Efek samping
Stimulasi SSP (insomnia, waspada), stimulasi kerja jtg (kronotropik/inotropik +, arrythmia), diuresis dan gangguan sal cerna (anorexia, nausea dan vomitus)
Interaksi Obat
1. Theophylline
Efek utama adalah bronkhodilatasi otot polos perifer Btk Sediaan obat: Tablet retard 200 dan 400 mg
Dosis:
Dewasa : Oral tablet 200 600 mg/ hari, srg dikombinasi dg efedrin. Utk asthma akut yg berat diberikan bersama infus glukosa 5% scr IV 240 480 mg
Catatan
Obat ini memiliki indeks terapetik yg sempit, shg pd kelebihan dosis baik krn pemakaian jangka pjg hrs dlkkn pemantauan kdr obat, bl tdk akan timbul gejala toksis berupa mual, muntah, kejang2, arrythmia dan kematian
Half life theophylline meningkat pd penyakit hepar, gagal jtg dan infeksi virus Half life theophylline menurun pd perokok dan peminum alkohol
Interaksi Obat Konsentrasi plasma teofilin menurun oleh obat2 yg dpt meningkatkan jml enzim Cytochrom P-450, misalnya: rifampisin, fenobarbital, fenitoin dan carbamazepin Konsentrasi plasma teofilin meningkat oleh obat2 yg dpt menghambat kerja enzim Cytochrom P-450 seperti oral kontrasepsi, eritromisin, siprofloksasin, flukonazol, simetidin, Calsium channel blockers 2. Euphyllin
3. Aminophylline
Mrpkn garam kompleks teofilin dan etilen diamin yg lbh effektif Bentuk Sediaan Obat
Tablet SR 225 mg, Injeksi 250 mg/10 ml; 250-500 mg/suppositoria
Dosis
Secara IV aminofilin hrs diencerkan dan disuntikkan secara pelan2, dosis 250-500 mg atau 5-6 mg/kg BB/tiap 6-8 jam. Biasanya diberikan pd asthma akut yg tdk menunjukkan perbaikan stlh pemberian adrenalin injeksi
4. Dyphylline
5. Pentoxiphylline 6. Eutaphylline
ANTAGONIS MUSKARINIK
Antagonis muskarinik effektif melawan bronkhokonstriksi dan bronkhospasme, baik yg disebabkan oleh asetilkholin, metakholin, betanakol, antikholinesterase, histamin, bradikinin, atau PG F2-alfa.
1.Atropin Sulfas
Mekanisme Kerja
Mghmbt aktifitas enzim Guanil Siklase shg tdk tjd perubahan GTP mjd C-GMP, Menghambat aktifasi reseptor M2 dan M3 Mengaktifasi kerja mukosiliar dan menurunkan sekresi mukus sal nafas
Penggunaan klinik
Asthma dan emfisema (utk meningkatkan effikasi agonis beta-2 adrenergik)
Efek samping
Takhikardia
Dosis
18-20 mcg/hirup MDI, 0,02% tetes hidung, 21-42 mcg/semprotan hidung
6. Oxytropium Bromida
Mula kerja obat 3-5 menit stlh inhalasi, lama kerja obat 4-6 jam Dosis: 0,1 mg/ inhalasi Ipratropium/ oksitropium srg dikombinasi dg agonis beta2 adrenergik shg effikasinya lbh baik
Penggunaan klinik
Mengurangi inflamasi sal nafas pd asthma berat, asthma kronik dan sebagai
life saving pd asthma akut yg berat (status asthmaticus) yg tdk menunjukkan respon dg bronkhodilator
Efek samping
Pd inhalasi berupa Candidiasis oropharyngeal, dysphonia, batuk dpt dicegah dg menggunakan spacer atau cuci mulut dg larutan antiseptik Pd oral mrpkn antagonis Kalsium shg pd penggunaan kronis dpt menyebabkan terganggunya pertumbuhan tulang, osteoporosis, katarak, intoleransi glukosa, cushing syndrome, memperburuk hipertensi
-Oral dan IV
- Prednison (20- 50 mg/hari atau 1 mg/kg BB/hari) pd asthma berat - Metyl prednisolon (30 120 mg/ setiap 6 jam, IV) - Hidrokortison - Dexamethasone
Bentuk Sediaan Obat Inhalasi 800 mcg/hirupan MDI, Tetes atau semprot hidung Efek samping Irritasi pd sal nafas bgn atas, urticaria, batuk dan mulut kering
2. Nedocromyl
Lebih effektif dari Cromolyn Dosis: 1,75 mg/ml
ANTAGONIS LEUCOTRIEN (Anti LTC4, LTD4, LTB4) 1. Zafirlukast (Accolate) Penggunaan klinik
Mencegah kekambuhan asthma yg dipicu oleh Aspirin, exercise dll Memiliki efek additif dg agonis beta 2 adrenergik Dosis Oral :20 mg/tablet 2. Pranlukast 3. Cinalukast 4. Montelukast Dosis: Dewasa 10 mg/ tablet kunyah; umur 6-14 thn 5 mg; 2-5 thn 4 mg/hari
PENGHAMBAT LYPOOXYGENASE
1. Zieleuton (Zyflo) Dosis : 600 mg/ tablet
Terbatasnya aliran udara pd sal nafas brlgsg scr bertahap, progresif kdg2 permanen dan sering dikaitkan dg adanya inflamasi yg abnormal pd paru. Perbaikan biasanya setelah beberapa bulan pengobatan ( > 3 bln).
Yg termasuk pd COPD adalah bronkhitis kronis dan emphysema
Bronkhitis kronis : Peny sal nafas dg ciri hipersekresi mukus, batuk kronis minimal 3 bln/thn, umumnya tjd slm 2 thn berturut2.
Emphysema
: Mrpkn kelainan anatomi paru yg ditandai dg pelebaran rongga udara di bgn distal bronkhiolus terminal, yg disertai kerusakan ddg alveoli paru yg bersifat permanen
Patofisiologi COPD:
Akibat terpapar asap rokok, gas, allergen dan infeksi yg memicu aktifasi sel2 inflamasi, neutrofil, limfosit CD8+ dll, shg melepaskan mediator TNF, IL-8, LTB4.
Baik sel inflamasi maupun mediator akan merusak struktur dan fungsi sal nafas secr luas termsk pembuluh darah paru dan parenkhim paru Akibat stress oksidatif dan tdk adanya keseimbangan sistem pertahanan paru. Adanya peningkatan jlh oksidan akan merusak protein/lipid, sel/ jar dspg itu jg dpt memicu inflamasi yg luas
Pd COPD berat adanya hipertensi pulmonary akan menimbulkan gagal jtg (Cor-pulmonale)
Tanda-tanda:
Hiperaktifitas bronkhus dan obstruksi sal nafas
Pemahaman yg baik ttg mekanisme obstruksi sal nafas sgt membantu penilaian perkembangan penyakit dan memilih tindakan yg tepat dalam penatalaksanaan peny tsb. Umumnya mekanisme obstruksi sal nafas akibat: 1. Hipersekresi mukus dan penebalan kelenjar mukus sub mukosa (reversibel) 1. Inflamsi pd sal nafas akibat infiltrasi dan akumulasi sel2 inflamasi, hipertrofi dan hiperplasia pd kelenjar mukus 3. Adanya infeksi ditandai dg adanya mukus yg purulent (eksaserbasi akut) 3. Adanya spasme sal nafas 4. Dilatasi rongga paru
Penatalaksanaan COPD
1. Edukasi
2. Pemberian obat2an 3. Terapi oksigen
Farmakoterapi COPD (PPOK) 1. Bronkhodilator: Diberikan scr tunggal/kombinasi tgtg pd derajat keparahan penyakit
Btk sediaan parenteral drip (bolus) & inhalasi dignkn pd keadaan akut berat Btk nebulizer biasanya digunakan utk mengatasi eksaserbasi akut Pd derajat keparahan ringan dan utk efek stabilisasi dianjurkan btk sediaan lepas lambat (Slow Realesaed) atau btk sediaan jangka panjang (Long acting) Bronkhodilator yg sering digunakan adalah agonis adrenergik, agonis beta2 adrenergik dan turunan methyl xanthin baik secara tunggal maupun kombinasi Turunan methyl xanthin srg dignkn utk terapi jgk panjang (btk lepas lambat,SR)
Catatan 1. Penggunaan turunan methyl xanthin jangka pjg diperlukan pemantauan kadar obat dl darah
2. Antimuskarinik
Sering digunakan pd tingkat keparahan sedang dan berat. Kombinasi dgn agonis beta2 adrenergik bersifat sinergis krn akan meningkatkan efek bronkhodilatasi dan jg dpt mengurangi sekresi mukus sal nafas
4. Antibiotika
Bbrp bakteri dan virus yg plg srg menginfeksi sal nafas adalah: - Pseudomonas sp, Staphylococcus sp, Pneumococcus sp, Haemophyllus influenza - Antibiotika yg digunakan adalah: Amoksisilin, turunan makrolida, kombinasi amoksisilin dg asam klavulanat, turunan sefalosforin, turunan kuinolon dan turunan aminoglikosida
5. Expectorant/ mucolitic) Diberikan utk mempercepat perbaikan klinis 6. Antitussif Penggunaan antitussif hrs menjadi pertimbangan pd keadaan hipersekresi mukus
yg viscous dan purulent
7. Anti Protease
Dignkn utk mengurangi tjdnya eksaserbasi akut Dpt digunakan turunan sistein: Asetil sistein, Karbosistein dan Erdosistein
8. Antioksidan
Dignkn utk memperbaiki kualitas hidup dan mencegah tjdnya eksaserbasi akut
9. Vaksinasi
Hanya dianjurkan pd penyebab influenza dan pneumonia Utk mengurangi eksaserbasi akut
Pengobatan
-Symptomatic dan supportive Utk meredakan letargi, malaise & demam: Acetaminofen, aspirin, ibuprofen Pasien dianjurkan istirahat dan banyak minum utk mengurangi kekentalan
2. Bronchitis chronic
Penyebab:
- Haemophilus influenzae, Haemophilus parainfluenzae, Streptococcus
Pengobatan:
- Ekspektoransia : utk mengencerkan &membuang sputum dr sal nafas (Turunan sistein, Gliseril guayakolat, Natrium sitrat) - Oral/ aerosol bronchodilator (beta2 adrenergik agonis)
Antibiotik:
- Utk menentukan Antibiotik yg tepat sasaran sebaiknya dikultur
sputum - Biasanya dignkn Ampisilin, Amoksisilin, Amoksisilin-Asam clavulanat (4 x sehari) pd eksaserbasi Bronchitis chronic
3. Pneumonia
Penyebab:
Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, C pneumoniae, Legionella, Staphylococcus aureus
Interval Dosis / Hr
4 x sehari Idem 2 x sehari Idem 1 x sehari 4 x sehari 3 x sehari 2 x sehari 1 x sehari idem 4 x sehari 2 x sehari idem 2 x sehari
Penyebab
Pneumococcus, M pneumoniae Pneumococcuc, K pneumoniae, Staphyloc aureus, H influenzae Pneumococcus, H influenzae, M catarrhalis
Antibiotika
Erythromicin, Clarithromycin, Azithromycin Piperacillin, tazobactam,cefuroxime, ceftriaxone, cefotaxime, imipenem, cilastatin, meropenem Amoksisilin, Tetrasiklin, Doksisiklin, TMPSMZ, cefuroxime, amoxicillin-clavulanat, erythromicin, clarithromycin, azithromycin, ciprofloxacin, levofloxacin, gatifloxacin Ticarcillin-clavulanat, piperacillintazobactam + AB aminoglikosid, carbepenem, fluoroquinolon PNC, clindamycin, ticarcillin-clavulanat, piperacillin-tazobactam + AB aminoglikosid
Brokhitis kronis
Alkoholism
Nosocomial pneumonia
Penyebab
Streptococcus group B, H influenzae, Eschecia coli, Staphylococcus aureus, Listeria, CMV, RSV, Adenovirus Chlamydia, Ureaplasma, CMV, Pneumocystis carinii (afebrile pneumonia syndrome) Pneumococcus, S aureus Pneumococcus, H influenzae, RSV, Adenovirus, H parainfluenzae Pneumococcus, Mycoplasma pneumoniae, Adenovirus
Antibiotika
Ampisillin-sulbactam, cephalosforin, carbepenem, Ribavirin utk penyebab RSV (Respiratory Syncytial Virus) AB Makrolida, TMZ-SMZ, Ribavirin utk RSV
1- 3 bulan
36 bulan
> 6 bulan
Nama Obat
Clarithromycin Erythromycin Azithromycin
Dewasa/dosis harian
0,5 1 12 500 mg x 1 hari, kmd 250 mg/hari selama 4 hari 12 0,25 0,3 26 0,75 1 12 4-8 12 26 2- 4 0,4 g
Tetracyclin PNC
Tetracyclin HCl Oxytetracyclin Ampicillin Amoxicillin/Amoxicillin-clavulanat Piperacillin-tazobactam Ampicillin-sulbactam Ceftriaxone Ceftazidime Cefepime Gatifloxacin (digunakan hanya pd keadaan emergensi krn dpt menyebabkan kerusakan tlg rawan) Levofloxacin Ciprofloxacin
10 15
0,5 0,75
- Acetaminofen atau NSAIDs spt Ibuprofen dpt dignkn utk mengurangi rasa
nyeri, malaise dan demam pd otitis media akut. - Pemberian nasal decongestan, AH1, topical/sistemik kortikosteroid dan
Antibiotika tahap II
Amoksisilin-clavulanat dosis tinggi (A 80-90 mg/kg BB/hr- C 6,4 mg/kgBB/hr)
Cefuroxime suspensi 30 mg/kgBB/hr 2 x sehari (maks 1 g/hr) Cefuroxime tablet 250 mg 2 x sehari Ceftriaxone IM 50 mg/kg/hr selama 3 hari Clindamycin utk penyebab S pneumoniae dan tdk effektif utk H influenzae dan M catarrhalis Tymphanocentesis
Catatan :
Terapi:
-Dg antibiotika, khusus utk Streptococcus group A stlh test laboratorium. -Biasanya digunakan turunan Penicillin -Utk meredakan demam dan nyeri dpt digunakan Acetamionofen atau Ibuprofen (NSAIDs) -Jk OS allergi thdp PNC dpt dignkn makrolide antibiotic (Erythromycin), cephalosforin generasi I (Cephalexin)
Penicillin V-K
250 mg 3 - 4x sehari atau 500 mg 2 x sehari 1,2 juta IU scr IM Tidak dianjurkan 500 mg 3 x sehari 20-40 mg/kg BB/hr dibagi 2-4 x sehari (maks 1 g/hr) 1 g/hari sibagi 2-4 x sehari 40 mg/kg BB/hari dibagi 2-4 x sehari (maks 1 g/hr)
50 mg/kg BB/hr dibagi dl 3 dosis 0,6 juta IU utk BB< 27 kg atau 50.000 IU/kg bb 1,2 juta IU (benzathine 0,9 juta IU, Procain 0,3 juta IU 40 50 mg/kg/day dibagi dl 3 dosis sama dg dosis dewasa
Penicillin Benzathine PNC-G Procaine and benzathine mixture Amoxicillin Erythromycin estolate Erythromycin stearat Erythromycin ethyl succinate
10 hari 10 hari
Antibiotika
Clindamycin Amoxicillinclavulanat Penicillin benzathine
Dosis Dewasa
600 mg/hari dibg 2-4 dosis 500 mg 2 x sehari 1,2 jutaIU, IM (single dose)
Dosis Anak-anak
20 mg/kg BB/hr dibagi dl 3 dosis (maks 1,8 g/hr) 40 mg/kg BB/hr dibagi dl 3 dosis 0,6 juta IU, IM utk BB < 27 kg atau 50.000 IU/kg
SINUSITIS
Sinusitis: Keadaan infeksi dan inflamasi pd mukosa sinus paranasal Penyebab: - Virus: Haemophyllus influenzae - Bakteri: Streptococcus pneumoniae
- Fungi
- Bakteri gram Terapi:
-Topical nasal decongestant : phenyl ephrin, Oxymethazoline (peng dibatasi, rebound)
-Oral nasal decongestant , ekspektoransia (guaifenesin) -AH1 tdk boleh dignkn pd sinusitis bakterial akut krn efek antikholinergiknya -Amoksisilin mrpkn the first line therapy utk sinusitis bacterial acute -Lama pengobatan 7-14 hari
Dosis Dewasa
Dosis rendah 500 mg, 3 x shri Dosis tinggi 1 g, 3 x sehari 500 / 125 mg, 3x sehari 250-500 mg, 2 x sehari 250-500 mg,3 x sehari 200-400 mg 2 x sehari 600 mg/hr atau dibg dl 2 dosis 200 mg 2 x sehari 250-500 mg, 2 x sehari 160/800 mg 2 x sehari 150-450 mg 3-4 kali sehari
Dosis Anak-anak
Dosis rendah 40-50 mg/kg BB/hr dibgi dl 3 dosis Dosis tinggi 80-100mg/kg BB/hr dibgi dl 3 dosis 40-50 mg/kg BB/hr dibgi dl 3 dosis 15 mg/kg BB/hari dibagi dl 2 dosis 20 mg/kg BB/hari dibagi dl 3 dosis 8 mg/kg BB/hari utk sekali atau dibagi 2 dosis 14 mg/kg BB/hr utk 1x atau dibagi 2 dosis 10 mg/kg BB/hr dibagi dl 2 dosis (max 400 mg/hr 15-30 mg/kgBB/hr, dibagi dl 2 dosis 6-8mg/kg BB/hr TMZ, 30-40 mg/kg BB/hr SMZ dibgi dl 2 dosis 30-40 mg/kg BB/hr dibagi dl 3 dosis
Clarithromycin Azythromycin
15 mg/kg BB/hr dibagi dl 2 dosis 10 mg/kg BB hari I, kmd 5 mg/kg BB/hr selama 4 hr