Anda di halaman 1dari 8

Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu.

Kelenjar ini
merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan
mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan
merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya pengaruh hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang
dikontrol oleh hormon biasanya merupakan perubahan yang memerlukan waktu panjang. Contohnya
pertumbuhan dan pemasakan seksual.
1. Kelenjar Endokrin dan Hormon yang Dihasilkan
Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar
adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan testis.
a. Hipofisis
Kelenjar ini terletak pada dasar otak besar dan menghasilkan
bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya.
Oleh karena itu kelenjar hipofisis disebut master gland. Kelenjar
hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian anterior, bagian
tengah, dan bagian posterior
1. Hipofisis bagian anterior
Hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis bagian anterior dan
fungsinya dapat dilihat pada Tabel 11.4.
2. Hipofisis bagian tengah
Menghasilkan hormon perangsang melanosit atau Melanosit
Stimulating Hormon MSH). Apabila hormon ini banyak dihasilkan
maka menyebabkan kulit menjadi hitam.

Gbr. Kelenjar-kelenjar endokrin


dalam tubuh manusia
b. Tiroid (Kelenjar Gondok)
Tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kembar dan di antara keduanya dapat daerah yang
menggenting. Kelenjar ini terdapat di bawah jakun di depan trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon
tiroksin yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu tubuh.
Tiroksin mengandung banyak iodium. Kekurangan iodium dalam makanan dalam waktu panjang
mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk
tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan
kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme, yaitu kelainan fisik dan
mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot. Kekurangan iodium yang masih ringan dapat
diperbaiki dengan menambahkan garam iodium di dalam makanan.
Produksi tiroksin yang berlebihan menyebabkan penyakit eksoftalmik tiroid (Morbus Basedowi) dengan
gejala sebagai berikut; kecepatan metabolisme meningkat, denyut nadi bertambah, gelisah, gugup, dan
merasa demam. Gejala lain yang nampak adalah bola mata menonjol keluar (eksoftalmus) dan kelenjar
tiroid membesar.
c. Paratiroid l Kelenjar Anak Gondok
Paratiroid menempel pada kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan parathormon yang berfungsi mengatur
kandungan fosfor dan kalsium dalam darah. Kekurangan hormon ini menyebabkan tetani dengan gejala:
kadar kapur dalam darah menurun, kejang di tangan dan kaki, jari-jari tangan membengkok ke arah
pangkal, gelisah, sukar tidur, dan kesemutan.
Tumor paratiroid menyebabkan kadar parathormon terlalu banyak di dalam darah. Hal ini mengakibatkan
terambilnya fosfor dan kalsium dalam tulang, sehingga urin banyak mengandung kapur dan fosfor. Pada
orang yang terserang penyakit ini tulang mudah sekali patah. Penyakit ini disebut von Recklinghousen.
d. Kelenjar Adrenal l Suprarenal l Anak Ginjal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar
suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula).
Hormon dan pengaruh hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal dapat dilihat pada Tabel.

Kerusakan pada bagian korteks mengakibatkan penyakit Addison dengan gejala sebagai berikut: timbul
kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntahmuntah, terasa sakit di dalam tubuh. Dalam keadaan
ketakutan atau dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin meningkat sehingga denyut jantung meningkat
dan memompa darah lebih banyak. Gejala lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus, melebarnya pupil
mata, kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri.
e. Pankreas
Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau Langerhans berfungsi sebagai
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon ini berfungsi mengatur konsentrasi glukosa
dalam darah. Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel hati dan selanjutnya akan dirombak menjadi glikogen
untuk disimpan. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit diabetes. Selain menghasilkan
insulin, pankreas juga menghasilkan hormon glukagon yang bekerja antagonis dengan hormon insulin.
Hormon dan Fungsi Hormon yang Dihasilkan Kelenjar Adrenal
f. Ovarium
Ovarium merupakan organ reproduksi wanita. Selain menghasilkan sel telur, ovarium juga menghasilkan
hormon. Ada dua macam hormon yang dihasilkan ovarium yaitu sebagai berikut.
1. Estrogen
Hormon ini dihasilkan oleh Folikel Graaf. Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH. Fungsi estrogen
ialah menimbulkan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita. Tanda-tanda kelamin
sekunder adalah ciri-ciri yang dapat membedakan wanita dengan Aria tanpa melihat kelaminnya.
Contohnya, perkembangan pinggul dan payudara pada wanita dan kulit menjadi bertambah halus.
2. Progesteron
Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum. Pembentukannya dirangsang oleh LH dan berfungsi
menyiapkan dinding uterus agar dapat menerima telur yang sudah dibuahi.
Plasenta membentuk estrogen dan progesteron selama kehamilan guna mencegah pembentukan FSH dan
LH. Dengan demikian, kedua hormon ini dapat mempertahankan kehamilan.
g. Testis
Seperti halnya ovarium, testis adalah organ reproduksi khusus pada pria. Selain menghasilkan sperma,
testis berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen, yaitu testosteron.
Testosteron berfungsi menimbulkan dan memelihara kelangsungan tanda-tanda kelamin sekunder. Misalnya
suaranya membesar, mempunyai kumis, dan jakun.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu
sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla
adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan
atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Organ-organ yang berperan dalam sistem endokrin adalah :
1. Hipotalamus
2. Kelenjar hipofisis
3. Kelenjar tiroid
4. Kelenjar paratiroid
5. Pankreas
6. Kelenjar adrenal
7. Gonad (testis dan ovarium)
Struktur Sistem Endokrin :
Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh, sepertikulit,
atau organ internal, seperti lapisan traktusintestinal.Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas(kelenjar
eksokrin dan endokrin), payudara, dankelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin
melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah .
Fungsi Sistem Endokrin :

Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang,
menstimulasi urutan perkembangan, mengkoordinasi sistem reproduktif, memelihara lingkungan internal
optimal.
Karakteristik Sistem Endokrin :
Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah contoh
hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari. Pola sekresi hormonal
pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan
puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel
dan tergantung pada kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar
kalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik, yang memungkinkan tubuh untuk dipertahankan
dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas selular.Hormon tidak mengawali
perubahan biokimia, hormon hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang
melakukan fungsi spesifik.
Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar
sering merangsang pelepasan hormon dari kelenjar lainnya. Hormon secara konstan di reactivated oleh
hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
Fisiologi Hormon secara umum :
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin.Kelenjar endokrin merupakan sekelompok
susunan sel yang mempunyai susunan mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan selsel, lempengan atau gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh
kapiler. Kelenjar endokrin mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh
darah. Sekresinya disebuthormon. Hormon yaitu penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel
khusus ke dalam aliran darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells)
tempat terjadinya efek hormon.
Struktur dasar hormon secara kimiawi :
Derivat asam amino : dikeluarkan oleh sel kelenjar buntu yang berasal dari jaringan nervus medulla
suprarenal dan neurohipofise, contoh epinefrin dan norepinefrin.
Petide /derivat peptide : dibuat oleh kelenjar buntuyang berasal dari jaringan alat pencernaan.
Steroid : dibuat oleh kelenjar buntu yang berasal darimesotelium, contoh hormon testes, ovarium dan
kortekssuprarenal.
Asam lemak : merupakan biosintesis dari dua FA, contohhormon prostaglandin.
Klasifikasi hormon :
Hormon perkembangan : hormon yangmemegang peranan di dalam perkembangandan pertumbuhan.
Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.
Hormon metabolisme : proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacammacam hormon,
contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin.
Hormon tropik : dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni kelenjar hipofise
sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH).
Hormon pengatur metabolisme air dan mineral : kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur
metabolisme kalsium dan fosfor.
Peran Hipotalamus & Kelenjar Hipofise :
Aktivitas endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang
menghubungkan sistem persarafan dengan sistem endokrin. Dalam berespons terhadap input dari area lain
dalam otak dan dari hormon dalam dalam darah, neuron dalam hipotalamus mensekresi beberapa hormon
realising dan inhibiting. Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi
hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang bagian posterior
dikontrol melalui kerja saraf.
Hormon yang disekresi dari setiap kelenjarendokrin dan kerja dari masing-masing hormon.Setiap
hormon yang mempengaruhi organ danjaringan terletak jauh dari tempat kelenjarinduknya. Misalnya
oksitosin, yang dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofise, menyebabkan kontraksi uterus. Hormon
hipofise yang mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon tropik. Kelenjar yang dipengaruhi
oleh hormon disebut kelenjar target.
Sistem umpan balik :
Kadar hormon dalam darah juga dikontrol oleh umpan balik negatif manakala kadar hormon telah
mencukupi untuk menghasilkan efek yang dimaksudkan, kenaikan kadar hormon lebih jauh dicegah oleh

umpan balik negatif. Peningkatan kadar hormon mengurangiperubahan awal yang memicu
pelepasanhormon. Misalnyapeningkatan sekresi ACTH dari kelenjar pituitari anterior merangsang
peningkatan pelepasan kortisol dari korteks adrenal, menyebabkan penurunan pelepasan ACTH lebih
banyak. Kadar substansi dalam darah selain hormon juga memicu pelepasan hormon dan dikontrol melalui
sistem umpan balik. Pelepasan insulin dari pulau Langerhans di pankreas didorong oleh kadar glukosa
darah.
Aktivasi Sel-Sel Target :
Manakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi cara sel berfungsi dengan satu
atau dua metoda : Pertama melalui penggunaan mediator intraselular dan, kedua yaitu mengaktifkan gengen di dalam sel. Salah satu mediator intraselular adalah cyclic adenosine monophosphate (cAMP), yang
berikatan dengan permukaan dalam dari membran sel. Ketika hormon melekat pada sel, kerja sel
akanmengalami sedikit perubahan. Misalnya, ketika hormon pankreatik glukagon berikatan dengan sel-sel
hepar, kenaikan kadar AMP meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa. Jika hormon
mengaktifkan sel dengan berinteraksi dengan gen, gen akan mensitesa mesenger RNA (mRNA) dan pada
akhirnya protein (misalnya enzim, steroid). Substansi inimempengaruhi reaksi dan proses selular.
Patofisiologi hormon secara umum :
Hormon berperan mengatur dan mengontrol fungsi organ. Pelepasannya bergantung pada
perangsangan atau penghambatan melalui faktor yang spesifik. Hormon dapat bekerja di dalam sel yang
menghasilkan hormone itu sendiri (autokrin), mempengaruhi sel sekirtar (parakrin), atau mencapai sel
target di organ lain melalui darah (endokrin).
Di sel target, hormon berikatan dengan reseptor dan memperlihatkan pengaruhnya melaui berbagai
mekanisme transduksi sinyal selular. Hal inibiasanya melalui penurunan faktor perangsangan dan
pengaruhnya menyebabkan berkurangnya pelepasan hormon tertentu, berarti terdapat siklus pengaturan
dengan umpan balik negatif. Pada beberapa kasus, terdapat umpan balik positif (jangka yang terbatas),
berarti hormon menyebabkan peningkatan aktifitas perangsangan sehingga meningkatkan pelepasannya.
Istilah pengontrolan digunakan bila pelepasan hormon dipengaruhi secara bebas dari efek hormonalnya.
Beberapa rangsangan pengontrolan dan pengaturan yang bebas dapat bekerja pada kelenjar penghasil
hormon.
Berkurangnya pengaruh hormon dapat disebabkan oleh gangguan sintesis dan penyimpanan
hormon. Penyebab lain adalah gangguan transport di dalam sel yang mensintesis atau gangguan pelepasan.
Defisiensi hormon dapat juga terjadi jika kelenjar hormon tidak cukup dirangsang untuk memenuhi
kebutuhan tubuh, atau jika sel penghasil hormon tidak cukup sensitive dalam bereaksi terhadap rangsangan,
atau jika sel panghasil hormon jumlahnya tidak cukup (hipoplasia, aplasia).
Berbagai penyebab yang mungkin adalah penginaktifan hormon yang terlalu cepat atau kecepatan
pemecahannya meningkat. Pada hormon yang berikatan dengan protein plasma, lama kerja hormon
bergantung pada perbandingan hormon yang berikatan. Dalam bentuk terikat, hormon tidak dapat
menunjukkan efeknya, pada sisi lain, hormon akan keluar dengan dipecah atau dieksresi melalui ginjal.
Beberapa hormon mula-mula harus diubah menjadi bentuk efektif di tempat kerjanya. Namun, jika
pengubahan ini tidak mungkin dilakukan, misalnya defek enzim, hormon tidak akan berpengaruh. Kerja
hormon dapat juga tidak terjadi karena target organ tidak berespons (misal, akibat kerusakan pada reseptor
hormone atau kegagalan transmisi intra sel) atau ketidakmampuan fungsional dari sel atau organ target .
Penyebab meningkatnya pengaruh hormon meliputi, yang pertama peningkatan pelepasan
hormon. Hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh rangsangan tunggal yang berlebihan. Peningkatan
sensitivitas, atau terlau banyak jumlah sel penghasil hormon (hyperplasia, adenoma). Kelebihan hormon
dapat juga disebabkan oleh pembentukan hormon pada sel tumor yang tidak berdiferensiasi diluar kelenjar
hormonnya (pembentukan hormon ektopoik).
Peningkatan kerja hormon juga diduga terjadi jika hormone dipecah atau diinaktifkan terlalu
lambat, missal pada gangguan inaktivasi organ (ginjal atau hati). Pemecahan dapat diperlambat dengan
meningkatnya hormon ke protein plasma, tetapi bagian yang terikat dengan protein.
Pembahasan Hormon :
1. Kelenjar Hipofise
Suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak yang memegang peranan penting dalam sekresi
hormon dari semua organ-organ endokrin. Kelenjar hipofise terdiri dari 2 lobus yaitu : lobus anterior
(adenohipofisis) dan lobus posterior (neurohipofisis)

1. Lobus anterior ( adenohipofise ) = menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali
produksi dari semua organ endokrin yang lain. Contoh hormon antara lain:
hormon somatrotopik = mengendalikan pertumbuhan tubuh
hormon tirotropik = mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroksin
hormon ACTH ( adrenokortikotropik ) = menegndalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan
kortisol yang berasal dari korteks kelenjar suprarenal
2. Lobus posterior ( neurohipofise ), lobus ini mengeluarkan 2 jenis hormon antara lain:
hormon ADH (anti diuretik hormone) = mengatur jumlah air yang keluar melalui ginjal membuat
kontraksi otot polos. ADH disebut juga sebagai hormon pituitrin.
hormon oksitosin = merangsang dan menguatkan kontraksi uterus sewaktu melahirkan dan
mengeluarkan air susu sewaktu menyusui. Terletak di dasar tengkorak, di dalam fosa hipofise
tulang spenoid.
Fisiologi Hormon antidiuretik (ADH)
Hormon antidiuretik ((ADH) adiuretin, vasopresin) dibentuk di nucleus supraoptikus dan
paraventrikular hipotalamus, dan ditransport ke lobus posterior kelenjar hipofisis melalui akson neuron
penghasil hormon. ADH melalui reseptor V2 dan cAMP menyebabkan penggabungan kanal air ke dalam
membran lumen sehingga meningkatkan reabsorsi air pada tubulus distal dan duktus koligentes ginjal.
ADH juga merangsang absorsi Na+ dan urea di tubulus. Konsentrasi ADH yang tinggi juga menyebabkan
vasokonstriksi (melalui reseptor V1 dan IP3).
Rangsangan untuk pelepasan ADH adalah hiperosmolaritas ekstrasel (atau penyusutan sel) dan
penurunan pengisian di kedua atrium, serta muntah, nyeri, stress, dan gairah (seksual). Sekresi ADH
selanjutnya dirangsang oleh angiotensin II, dopamine, dan beberapa obat atau toksin (misal nikotin, morfin,
barbiturat). Peningkatan perenggangan atrium serta asam aminobutirat- (GABA), alkohol, dan pajanan
terhadap dingin menimbulkan efek penghambatan.
Patofisiologi Hormon antidiuretik
Kelebihan ADH
Sering kali terjadi akibat penigkatan pembentukan ADH di hipotalamus, missal, karena stress. Selain itu,
ADH dapat dibentuk secara ektopik pada tumor (terutama small cell carsinoma bronchus) atau penyakit
paru. Hal ini menyebabkan penurunan eksresi air (oligouria). Konsentrasi komponen urin yang sukar larut
dalam jumlah yang bermakna dapat menyebabkan pembentukan batu urin (urolitiasis). Pada waktu yang
bersamaan terjadi penurunan osmolaritas ekstrasel (hiperhidrasi hipotonik) sehingga terjadi pembengkakan
sel. Hal ini terutama berbahaya jika menyebabkan edema serebri.
Defisiensi ADH
Terjadi jika pelepasan ADH berkurang, seperti pada diabetes insipidus sentralis yang diturunkan secara
genetic, pada kerusakan neuron, missal oleh penyakit autoimun, atau trauma kelenjar hipofisis lainnya.
Penyebab eksogen lainnya termasuk alkohol atau pajanan terhadap dingin. Di sisi lain, ADH mungkin
gagal mempengaruhi ginjal, bahkan jika jumlah yang dieksresikan normal, misal pada kerusakan kanal air,
atau jika kemampuan pemekatan ginjla terganggu, seperti pad defisiensi K +, kelebihan Ca2+, atau inflamasi
medilla ginjal. Penurunan pelepasan ADH atau efek yang timbul akibat pengeluaran urin yang kurangpekat
dalam jumlah besar dan dehidrasi hipertonik menyebabkan penyusutan sel. Pasien akan dipaksa
mengkompensasi kehilangan air melalui ginjal dengan meminum banyak air (polidipsia). Jika osmoreseptor
dihipotalamus rusak, defisiensi ADH akan disertai dengan hipodipsia dan dehidrasi hipertonik akan
menjadi sangat nyata.
2. Fisiologi hormon Tiroid
Di berbagai jaringan, hormon tiroid (T3, T4) akan meningkatkan sintesis enzim, aktivitas Na +/K+ATPase dan penggunaan oksigen sehingga menyebabkan peningkatan metabolisme basal dan peningkatan
suhu tubuh. Dengan merangsang glikogenolisis dan glukoneogenesis, hormon tiroid menyebabkan
peningkatan konsentrasi glukosa darah, sedangkan pada sisi lain juga meningkatkan glikolisis. Hormon ini
merangsang lipolisis, pemecahan VLDL dan LDL, serta eksresi asam empedu di dalam empedu. Hormon
tiroid merangsang pelepasan eritropoetin dan eritrpoesis, dengan meningkatkan pemakaian oksigen.
Hormon tiroid mensensitisasi organ target terhadap katekolamin sehingga meningkatkan kontraktilitas
jantung dan frekwensi denyut jantung. Selain itu, hormon ini meningkatkan motilitas usus dan merangsang
proses transport di usus dan ginjal. Hormon ini meningkatkan perkembangan fisik (misal pertumbuhan
tinggi) dan perkembangan mental (terutama intelektual). T 3 dan T4 merangsang restrukturisasi tulang dan
otot, efek katabolik terutama mendominasi dan meningkatkan eksitablitas neuromuskular. T 3 dan T4

terutama bekerja melaluipeningkatan ekspresi gen, yang berlangsung selama beberapa hari. Di luar hal ini,
kerjanya yang lama disebabkan oleh lamanya waktu paruh di dalam darah (T 3 : 1 hari dan T4 : 7 hari ).
Patofisiologi hormon Tiroid
Hipertiroidisme
Pada hipertiroidisme, metabolisme dan produksi panas akan meningkat. Metabolisme basal
hampir mendekati dua kalinya. Pasien yang terkena lebih menyukai suhu lingkungan yang lebih dingin,
pada lingkungan yang panas pasien cenderung berkeringat lebih banyak (intoleransi panas). Kebutuhan O2
yang meningkat membutuhkan hiperventilasidan merangsang eritropoesis. Pasa satu sisi , peningkatan
lipolisis menyebabkan penurunan berat badan, dan pada sisi lain menyebabkab hiperlipiasidemia. Sementar
itu, konsentrasi VLDL, LDL, dan kolesterol berkurang. Pengaruhnya pada metabolisme karbohidrat
memudahkan terbentuknya diabetes melitus (reversibel). Bila diberikan glukosa (tes toleransi glukosa),
konsentrasi glukosa di dalam plasma akan meningkat secara lebih cepat lebih nyata dari pada orang sehat,
peningkatan akan diikuti oleh penurunan yang cepat (toleransi glukosa terganggu). Meskipun hormon tiroid
meningkatkan sintesis, hipertiroidisme akan meningkatkan enzim proteolitis yag berlebihan dengan
peningkatan pembentukan dan eksresi urea. Massa otot akan berkurang, pemecahan matriks tulang dapat
menyebabkan osteoporosis, hiperkalsemiadan hiperkalsiuria.
Akibat kerja perangsangan jatnung, curah jantung dan tekanan darah sistolik akan meningkat.
Fibrilasi atrium kadang dapat terjadi. Pembuluh darah perifer akan berdilatasi. Laju filtrasi glomerulus
(GFR), aliran plasma ginjal (RPF), serta transpor tubulus akan meningkat di ginjal. Sedangkan di hati
pemecahan hormon steroid dan obat akan dipercepat. Perangsangan di otot usus halus akan menyebabkan
diare, peningkatan eksitabilitas neuromuskular akan menimbulkan hiperrefleksia, tremor, kelemahan otot
dan insomnia. Pada anak-anak, percepatan pertumbuhan kadang dapat terjadi.
Hipotiroidisme
Metabolisme dan produksi panas berkurang pada hipotiroidisme. Laju metabolisme basal dapat
menurun hingga setengahnya, dan pasien mudah merasa kedinginan (intoleransi dingin). Penggunaan
oksigen, ventilasi, dan eritropoesis akan berkurang. Selain itu, pembentukan anemia menjadi lebih mudah
karena gangguan absorpsi besi, asam folat dan vitamin B 12 di usus. Berkurangnya lipolisis mendorong
peningkatan berat badan dan hiperlipidemia (VLDL,LDL), sedangkan berkurangnya pemecahan kolesterol
menjadi asam empedu dengan segera menyebabkan hiperkolesterolemia sehingga memudahkan terjadinya
aterosklerosis. Gangguan glikogenolisis dan glukoneogenesis dapat menyebabkan hipoglikemia.
Berkurangnya pengubahan karoten menjadi vitamin A menyebabkan hiperkeratosis. Demikian juga karena
berkurangnya sekresi keringat dan sebasea, kulit menjadi kering dan produksi panas yang berkurang
membuat kulit terasa dingin. Pasien sering memiliki suara parau.
Menurunnya perangsangan jantung oleh hormon tiroid menyebabkan penurunan kontraktilitas,
frekwensi denyut jantung, volume sekuncup, curah jantung, dan kadang-kadang juga tekanan darah sistolik.
Pada defisiensi hormon tiroid yang nyata, dapat terjadi gagal jantung. Selain itu pertumbuhan tulang
menjadi terlambat pada anak-anak. Retardasi pertumbuhan dan kemampuan mental yang terganggu
menyebabkan gambaran kretinisme yang khas.
3. Struktur dan Fungsi Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid oleh
karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells
dan oxyphill cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan
mensekresi hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH.
Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan fosfat tubuh. Organ targetnya adalah tulang,
ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium
serum meningkat. Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan
terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon inipun akan meningkatkan
reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO 3 dan Na. karena sebagian
besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Faktor yang mengontrol
sekresi PTH adalah kadar kalsium serum di samping tentunya PTSH.
4. Struktur dan fungsi kelenjar Pankreas
Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang horizontal dari
cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri
mesenterika superior dan splenikus.
Pankreas berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin
didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang

menghasilkan yang menghasilkan glukagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel delta yang
menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui.
Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin
memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan
kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak
belakang. Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon
meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino
darah meningkat. Efek glukagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin. Dalam
meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi
glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis
(pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan
lipolisis (pemecahan lemak). Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon anabolik
terutama akan meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan.
Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah sebagai berikut:
a. Efek pada hepar :
1) Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa
2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis
3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di hepar.
b.Efek pada otot :
1) Meningkatkan sintesis protein
2) Meningkatkan transportasi asam amino
3) Meningkatkan glikogenesis.
c. Efek pada jaringan lemak
1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas
2) Meningkatkan penyimpanan trigliserida
3) Menurunkan lipolisis
5. Struktur dan Fungsi Kelenjar Adrenal
Terletak di kutub atas kedua ginjal. Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis karena letaknya di
atas ginjal. Dan kadang juga disebut sebagai kelenjar anak ginjal karena menempel pada ginjal.
Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian medulla. Keduanya
menunjang dalam ketahanan hidup dan kesejahteraan, namun hanya korteks yang esensial untuk
kehidupan.
a. Korteks adrenal
Korteks adrenal esensial untuk bertahan hidup. Kehilangan hormon adrenokortikal dapat
menyebabkan kematian. Korteks adrenal mensintesa tiga kelas hormon steroid yaitu mineralokortikoid,
glukokortikoid, dan androgen.
a.1. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah aldosteron) dibentuk pada zona glomerulosa
korteks adrenal. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan
ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu dalam mempertahankan tekanan darah
normal dan curah jantung. Defisiensi mineralokortikoid (penyakit Addisons) mengarah pada hipotensi,
hiperkalemia, penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok. Kelebihan mineralokortikoid
mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
a.2. Glukokortikoid
Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan glukokortikoid utama pada
manusia. Kortisol mempunyai efek pada tubuh antara lain dalam: metabolisme glukosa
(glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah, metabolisme protein, keseimbangan cairan
dan elektrolit, inflamasi dan imunitas, dan terhadap stresor.
a.3. Hormon seks
Korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks dari zona retikularis. Umumnya adrenal
mensekresi sedikit androgen dan estrogen dibandingkan dengan sejumlah besar hormon seks yang disekresi
oleh gonad. Namun produksi hormon seks oleh kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala klinis.
Misalnya, kelebihan pelepasan androgen menyebabkan virilisme. sementara kelebihan pelepasan estrogen
(mis., akibat karsinoma adrenal menyebabkan ginekomastia dan retensi natrium dan air.
6. Struktur dan Fungsi Kelenjar Gonad

Terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu kelima.
Diferensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron fetal terlihat jelas pada minggu ke tujuh dan ke
delapan gestasi. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi
gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisi steroid.
a. Testes
Dua buah testes ada dalam skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin
dan organ reproduksi. Menghasilkan hormon testosteron dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron
diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis sementara FSH diperlukan untuk memulai dan
mempertahankan spermatogenesis. Estrogen mempunyai efek menurunkan konsentrasi testosteron melalui
umpan balik negatif terhadap FSH sementara kadar testosteron dan estradiol menjadi umpan balik negatif
terhadap LH. Fungsi testis sebagai organ reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus. Efek testosteron
pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria. Pada masa pubertas hormon ini
akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh,
pertumbuhan dan perkembangan alat genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan penebalan
pita suara serta perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon anabolik, akan merangsang pertumbuhan dan
penutupan epifise tulang.
b. Ovarium
Seperti halnya testes, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan organ reproduksi.
Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Sebagai organ
reproduksi, ovarium menghasilkan ovum (sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya
siap untuk dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks sekunder,
menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta mempertahankan proses laktasi.
Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum. Progesteron juga
dibentuk di sel lutein korpus luteum.

Anda mungkin juga menyukai