Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut
sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah
menghasilkan dan melepaskan hormon – hormon secara langsung ke
dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Gangguan paling banyak terjadi pada kelenjar pankreas yang
memunculkan diabetes. Penyakit ini mencapai 75% dari gangguan
endokrin secara keseluruhan. Gangguan lain adalah pada kelenjar tiroid,
penyebab penyakit gondok (15-20%). Sisanya gangguan pada kelenjar lain
yang memunculkan berbagai penyakit, seperti disfungsi ereksi, gangguan
hormonal, gangguan hipofisis, bahkan keganasan (kanker). Gangguan
kelenjar endokrin bisa menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari
malnutrisi, gondok, diabetes, gangguan jantung, hipertensi, hingga tumor
ganas pada sistem pencernaan. Gangguan kelenjar endokrin umumnya
disebabkan perubahan Gaya hidup yang cenderung meninggalkan pola
hidup sehat.
Dalam melakukan pengkajian pada sistem endokrin ini agak sedikit
sulit dikarenakan gambaran klinis atau tanda gejalanya sangat bervariasi.
Perlu pemahaman fisiologis dari setiap hormone untuk bisa melakukan
pemeriksaan pada Sistem endokrin ini, data pengkajian itu sendiri bisa
didapat melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik
mempunyai nilai yang paling penting didalam memperkuat penemuan-
penemuan yang berhasil kita dapatkan dari riwayat yang telah kita ambil
dan menambah atau mengurangu pilihan diagnosis yang dapat kita
lakukan.
Namun apabila dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami
dengan baik fisiologi dari setiap hormon maka kesulitan akan dapat
dihindarkan. Pengkajian sistem endokrin bersifat menyeluruh terhadap

1
semua sistem tubuh, karena efek hormon bekerja secara sistemik.
Pengkajian pada sistem endokrin meliputi data biografi, riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari kelenjar endokrin?
2. Apa saja Macam-macam Kelenjar Endokrin dan Hormon yang
Dihasilkan Serta Fungsinya?
3. Bagaimana Pengkajian Umum sisitem Endokrin ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari kelenjar endokrin.
2. Untuk mengetahui Macam-macam Kelenjar Endokrin dan Hormon
yang Dihasilkan Serta Fungsinya.
3. Untuk mengetahui Pengkajian Umum sisitem Endokrin.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran
(ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui
aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak
sebagai “pembawa pesan” dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel
dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut
menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukan kelenjar
eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar
lain dalam saluran gastrointestin.
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai
saluran, yang menyalurkan sekresi hormonnya langsung ke dalam darah.
Hormon tersebut memberikan efeknya ke organ atau jaringan target.
Beberapa hormon seperti insulin dan tiroksin mempunyai banyak organ
target. Hormon lain seperti kalsitonin dan beberapa hormon kelenjar
hipofisis, hanya memiliki satu atau beberapa organ target.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol
dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sma bekerja
untuk mempertahankan hemostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain
saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu.
Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang
mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau
diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh
sistem saraf. Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon,
maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oeh
ujung-ujung saraf.
B. Macam-macam Kelenjar Endokrin dan Hormon yang Dihasilkan
Serta Fungsinya
1. Hipofisis

3
Kelenjar hipofisis terletak pada dasar otak besar dan menghasilkan
bermacam macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya.
Oleh karena itu, kelenjar hipofisisdisebut kelenjar pengendali (master
of gland), kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
anterior, bagian tengah, dan bagian posterior, hormon yang dihasilkan
kelenjar hipofisis bagian anterior dan fungsinya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini,
a. Macam macam fungsi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis bagian anterior dan fungsinya
b. Hipofisis bagian tengah, kelenjar ini menghasilkan hormon
perangsang melanosit atau melanosit stimulating hormone (MSH),
apabila hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit
menjadi hitam. Sekresi MSH juga dirangsang oleh faktor pengatur
yang disebut faktor perangsang pelepasan hormon melanosit dan
dihambat oleh faktor inhibisi hormon melanosit ( MIF),
c. Hipofisis bagian posterior
Hipofisis bagian posterior menghasilkan oksitosin dan
vasopresin.oksitosin berperan dalam merangsang otot polos yang
terdapat di uterus,sedangkan vasopresin disebut juga hormon
antideoritik (ADH) berpengaruh pada proses reabsorbsi urine pada
tubulus destal sehingga mencegah pengeluaran urine yang terlalu
banyak.
2. Tiroid (kelenjar gondok)
Tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kemabar dan
diantara keduanya terdapat daerah yang tersususn berlapis seperti
susunan genting pada atap rumah. kelenjar ini terdapat di bawah jakun
didepan trakea.kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang
memengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengatur suhu tubuh.
Tiroksin mengandung bnayak yodium, kekuranga yodium dalam
makanan dalam waktu panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar
gondok karna kelenjar ini harus bekerja keras untuk membentuk
tiroksin. Kekurang an tiroksin menurunkan kecepatan metabolesme

4
sehingga pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun.bila ini terjadi
pada anak anak mengakibatkan kreatisme, yaitu kelainan sik dan
mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot.
Kekurangan yodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan
menambahkan garam yodium di dalam makanan.produksi tiroksin
yang berlebihan menyebabkan penyakit eksoftalmik tiroid (morbus
basedowi) dengan gejala sebagai berikut; kecepatan metabolisme
meningkat, denyut nadi bertambah, gelisah, gugup, dan merasa
demam gejala lain yang nampak adalah bola mata menonjol keluar
(eksoftalmos) dan kelejar tiroid membesar.
3. paratiroid/ kelenjar anak gondok
paratiroid menempel pada kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan
para hormon yang berfungsi mengatur kandungan fosfor dan kalsium
dalam darah. Kekuranga hormon ini menyebabkan tetani dengan
gejala: kadar dapur dalam drah menurun, kejang ditangan dan kaki
jari-jari tanga membengkok kearah pangkal, gelisah sukar tidur, dan
kesemutan.
Tumor paratiroid menyebabkan parathormon terlalu banyak dalam
darah, hal ini mengakibatkan terambilnya fosfor dan kalsium dalam
tulang, sehingga urin banyak mengandung kapur dan fosfor, pada
orang yang terseranag penyakit ini tulang mudah sekali patah,
penyakit ini disebu8t von recklinghousen.
4. kelenjar adrenal/suprarenal/ anak ginjal
Kelenjar ini membentuk bola, menempel pada atas ginjal terdapat
satu kelenjar suprarenal yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
luar (korteks) dan bagian tengah(medula). Kelenjar bagian korteks
menghasilakn hormon kortison yang terdiri atas mineralokortikoid
yang membantu meta bolisme garam natrium dan kalium serta
menjaga keseimbangan hormon sek; dan glukokortiroid yang
berfungsi membantu metabolisme karbohidrat.
Kelenjar bagian modula menghasilakn hormon adrenalin dan
hormon noradrenalin. Hormon andrenalin menyebabkan

5
meningkatnya denyut jantung, kecepatan pernapasan, dan tekanan
darah (penyempitan pembuluh darah). Hormon noradrenal bekerja
secara antagonis terhadap adrenal, yaitu berfungsi menurunkan
tekanan tekanan darah dan denyut jantung.
Kerusakan pada korteks menyebabkan penyakit addison dengan
gejala: timbul kelelahan. Nafsu makan menurun, mual, muntah
muntah, terasa sakit didalam tubuh, dalam keadaan ketakutan atau
dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin meningkat sehingga denyut
jantung meningkat dan memompa darah lebih banyak, gejala lain
dalah melebarnya saluran bronkiolus, melebarnya pupil mata, kelopak
mata membuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri.
5. Pankreas
Ada beberapa kelompok sel pada pangkreas yang dikenal sebagai
pulau langerhans. Bagian ini berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang
menghasilkan hormon insulin. Hormon ini yang mengatur konsentrasi
glukosa dalam dara. Kelebihan glukosa dalam darah akan dibawa ke
sel hat dan selanjutkan akan dirombak menjadi glikogen untuk
disimpan. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit
diabetes yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam
darah. Kelebihan glukosa tersebuat dikelurkan bersama urien, tanda
tanda diabetes melitus yaitu sering mengeluarkan urine dalam jumlah
bnayak, sering merasakan haus dan lapar, serta badan terasa lemas.
Selain menghasilkan insulin, pankreas juga mengahsilkan hormon
glukagon yang bekerja antagonis dangan hormon insulin.
6. hormon yang dihasilkan kelenjar gonad
Pada manusia, gonad atau kelenjar seks berbeda antara laki-laki dan
perempuan.pada laki-laki disebut testis sedangkan pada perempuan
disebut ovarium mensekresikan hormon seks yang beperan dalam
produksi sel sel kelamin.
a. Ovarium

6
Ovarium merupakan organ reproduksi wanita, selain
menghasilkan sel telur,ovarium juga menghasilkan hormon.ada
dua hormon yang dihasilkan ovarium yanitu;
1) Estrogen
Hormon ini dihasilkan oleh folikel de graf. Pembentukan
estrogen dirangsang oleh FSH. Fungsi entrogen adalah
menimbulkan dan mempertahankan tanda tanda kelamin
sekunder pada wanita.tanda tanda kelamin sekunder adalah
ciri-ciri yang dapat membedakan wanita dan pria tanpa melihat
klaminnya. Contohnya, perkembangan pinggul, payudara, dan
kulit menjadi bertambah halus.
2) Progesteron
Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum.pembentukannya
dirangsang oleh LH. Progesteron berfungsi menyiapkan
dinding uterus agar dapat menerima telur yang sudah dibuahi.
b. Testis
Seperti halnya ovarium, testis adalah organ reproduksi khusus
pada pria. Selain menghasilkan sperma, testis berfungsi sabagai
kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon androgen,yaitu
testosteron. Testosteron berfungsi menimbulkan dan memelihara
kelangsungan tanda tanda kelamin skunder. Misalnya suara yang
membesar, mempunyai kumis,dan jakun.

C. Pengkajian Umum Sistem Endokrin


Dalam melakukan pengkajian keperawatan klien yang diduga atau
yang mengalami gangguan sistem endokrin mungkin akan mengalami
kesulitan, dikarenakan gambaran klinis yang sangat bervariasi. Namun
apabila dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami dengan baik
fisiologi dari setiap hormon maka kesulitan akan dapat dihindarkan.
Informasi dikumpulkan dari klien maupun dari keluarga tentang riwayat
penyakit dan kesehatan yang akan menjadi dasar pemeriksaan fisik dan
perencanaan keperawatan. Perawat mengidentifikasi respons klien

7
terhadap perubahan yang aktual serta mendiskusikan kemungkinan
tindakan diagnostik dan rencana pengobatan. Penggabungan data fisik,
psikososial, dan diagnostik sebagai pengkajian yang komprehensif.
Pengkajian sistem endokrin bersifat menyeluruh terhadap semua
sistem tubuh, karena efek hormon bekerja secara sistemik. Pengkajian
pada sistem endokrin meliputi data biografi, riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan diagnostik. Pengkajian keperawatan
merupakan bagian yang sangat penting untuk dapat mengidentifikasi
penyakit dan menentukan diagnosa keperawatan yang selanjutnya
merencanakan intervensi keperawatan kemudian implementasi serta
evaluasi keperawatan. Data penting yang harus digali baik melalui
anamnesa maupun pemeriksaan fisik antara lain.
1. Data Demografi
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar penting. Berapa
gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu meskipun
proses patologis sudah berlangsung sejak lama. Kelainan-kelainan
somatik harus selalu dibandingkan dengan usia dan gender, misalnya
berat badan dan tinggi badan. Tempat tinggal juga merupakan data
perlu dikaji, khususnya tmpat tinggal pada masa bayi dan kanak-kanak
dan juga tempat tinggal klien sekarang. daerah dataran tinggi, dataran
rendah dan daerah berpolusi menjadi penekanan untuk diketahui.
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami
gangguan seperti yang dialami klien atau gangguan tertentu yang
berhubungan secara langsung dengan hormonal seperti :
a. Obesitas
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
c. Kelainan pada kelenjar tiroid
d. Diabetes miletus
e. Infertilitass

8
Dalam mengidentifikasi informais tentunya perawat harussudah
dapat menerjemahkan informasi yang ingin diketahui dengan bahasa
yang sederhana dan dimengerti oleh klien/keluarga.
3. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien
Perawat mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh kilen diluar
gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang
mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan
kemungkinan penyebabnya namun karena tidak mengganggu aktivitas
klien, kondisi ini tidak dikeluhkan
a. Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya
amenore, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang,
dan lain-lain.
b. Berat badan yang tidak sesuai dengan usia misalnya, selalu kurus
meskipun banyak makan.
c. Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul
dan tidak mampu berkonsentrasi.
d. Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan
kejadiannya. Bila klien dirawat beberapa kali, urutkan sesuai
dengan waktu kejadiannya.
Juga perlu memperoleh informasi tentang gangguan obat-obatan
saat sekarang dan di masa lalu. Penggunaan obat-obat ini mencakup
obat-obat yang diperoleh dari dokter atau petugas kesehatan maupun
obat-obatan yang di peroleh secara bebas. Jenis obat-obatan
mengandung hormon atau yang dapat merangsang aktifasi hormonal
seperti hidrokortison; Levothyroxine; kontrasepsi oral; dan obat-obat
antihipertensif.
4. Riwayat Diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan
dapat saja mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan
kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh
karena itu kondisi berikut ini perlu di kaji:
a. Adanya nausea, muntah, dan nyeri abdomen.

9
b. Penurunan atau penambahan berat badan yang drastis.
c. Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan.
d. Pola makan dan minum sehari-hari.
e. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu
fungsi endokrin seperti makanan yang bersifat goitrogenik
terhadap kelenjar tiroid.
5. Status sosial ekonomi
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka
bagi banyak orang maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini
perawat melakukannya bersama-sama dengan klien. Menghindarkan
pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan
melainkan lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai
tertentu.
Mendiskusikan bersama-sama bagaiman klien dan keluarganya
memperoleh makanan yang sehat dan bergizi, upaya mendapatkan
pengobatan bila klien dan keluarganya sakit dan upaya
mempertahankan kesehatan klien dan keluarga tetap optimal dapat
mengungkapkan keadaan sosial ekonomi klien dan menyimpulkan
bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan
penafsiran.
6. Masalah kesehatan sekarang
Atau disebut juga keluhan utama. Perawat memfokuskan
pertanyaan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan
pelayan seperti:
a. Apa yang dirasakan klien
b. Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba
atau perlahan dan sejak dirasakan terjadi tiba-tiba atau perlahan
sejak kapan dirasakan
c. Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas kehidupan sehari-
hari
d. Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine
e. Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi

10
f. Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu
klien
g. Tingkat energi
Perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan
hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal:
1) Perawat mengkaji bagaimana kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, apakah dapat dilakukan sendiri
tanpa bantuan, dengan bantuan atau sama sekali klien tidak
berdaya melakukannya atau bahkan klien tidur sepanjang hari
merupakan informasi yang sangat penting.
2) Kaji juga bagaimana asupan makanan klien apakah berlebih
atau berkurang.
h. Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin.
Secara langsung oleh ADH, aldosteron, dan koltrisol.
1) Perawat menanyakan tentang pola berkemih dan jumlah
volume urine. Dan apakah klien sering bangun malam hari saat
berkemih
2) Nyatakan volume urine dalam gelas untuk memudahkan
presepsi klien
3) Eliminasi urine tentu sangat berhubungan erat dengan
keseimbangan air dan elektrolit tubuh
4) Bila dari hasil anamnesa adalah yang mengindikasikan volume
urine berlebih, pertanyaan kita di arahkan lebih jauh ke
kemungkinan klien kekurangan cairan, kaji apakah klien
mengalami gejala kurang cairan dan bagaimana klien
mengatasinya.
5) Tanyakan seberapa banyak volume cairan yang dikonsumsi
setiap hari
6) Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola yang ada
sekarang
i. Pertumbuhan dan perkembangan

11
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah
pengaruh GH, kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan dapat saja terjadi semenjak di
dalam kandungan bila hormon yang mempengaruhi tumbang fetus
kurang hipotiroid pada ibu. Kondisi ini dapat pula terjadi setelah bayi
lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi GH atau
mungkin Gonad dan kelenjar tiroid. Perlu mengkaji gangguan ini
apakah terjadi semenjak bayi dilahirkan dengan tubuh yang kerdil
atau terjadi selama proses pertumbuhan dan bahkan tidak dapat
diidentifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut.
Mengkaji secara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya
misalnya bagaimana tingkat intelegensia, kemampuan
berkomunikasi, inisiatif dan rasa tanggung jawab. Kaji pula apakah
perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan kilen.
j. Seks dan Reproduksi
Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk dikaji baik klien
pria maupun wanita.
1) Pada klien wanita, kaji siklus menstruasinya mencakup
lama,volume, frekuensi dan perubahan fisik termasuk sensasi
nyeri atau kram abdomen sebelum, selama dan sesudah haid.
2) Untuk volume gunakan satuan jumlah pembalut yang
digunakan, kaji pula pada umur berapa pertama kali
menstruasi.
3) Bila klien bersuami, kaji apakah pernah hamil, abortus, dan
melahirkan
4) Jumlah anak yang pernah di lahirkan dan apakah klien
menggunakan cara tertentu untuk membatasi kelahiran atau
cara untuk mendapatkan keturunan
5) Pada klien pria,  kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme
dan bagaimana perasaan klien setelah melakukannya, adakah
perasaan puas dan menyenangkan

12
6) Tanyakan pula adakah perubahan bentuk dan ukuran alat
genitalnya
mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan seks masih seringkali
menjadi hal-hal yang tabu untuk diperbincangkan padahal
seharusnya ini tidak perlu terjadi. Bila perbincangan tentang seks
ini dilakukan dalam kontek terapi maka tidak perlu malu, perawat
perlu mawas diri dengan perasaannya, bersikap dewasa, dan
berwibawa sehingga perasaan segan dan malu dapat di minimalkan
bahkan dihilangkan.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan tehnik inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi untuk mendapatkan data objektif. Pemeriksaan
fisik pada sistem endokrin bersifat menyeluruh, namun manifestasi
klinik akan sangat membantu dalam memfokuskan pemeriksaan fisik.
a. Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik
sebagai dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan,
keseimbangan cairan dan elektrolit, seks dan reproduksi,
metabolisme dan energi. Berbagai perubahan fisik dapat
berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokrin, oleh
karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap
berpedoman pada pengkajian yang komprehensif dengan
penekanan pada gangguan hormonal tertentu dan dampaknya
terhadap jaringan sasaran dan tubuh secara keseluruhan. Jadi
menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau
menggabungkannya dengan pendekatan sistem, kedua-duanya
dapat digunakan.
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah
tampak kelemahan berat, sedang, dan ringan, serta sekaligus amati
bentuk dan proporsi tubuh. Pada pemeriksaan wajah, fokuskan
pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti
bentuk dahi, rahang dan bibir. Pada mata amati adanya edema

13
periorbita dan exoptalmus serta apakah ekspresi wajah datar atau
tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan bentuk dan penebalan,
ada tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan. Kondisi
ini biasanya terjadi pada gangguan tiroid.
Di daerah leher, amati bentuk leher, apakan leher tampak
membesar, simetris atau tidak. Pembesaran leher dapat disebabkan
pembesaran kelenjar tiroid dan untuk meyakinkannya perlu
dilakukan palpasi. Distensi atau bendungan pada vena jugularis
dapat mengindikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung.
Amati warna kulit (hiperpigmentasi atau hipopigmentasi) pada
leher, apakah merata dan catat lokasinya dengan jelas bila dijumpai
kelainan pada kulit leher lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang
lain di tubuh sekaligus. Infeksi jamur, penyembuhan yang lama,
bersisik, dan ptechiae lebih sering dijumpai pada klien dengan
hiperfungsi adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada jari, siku dan
lutut dijumpai pada klien hipofungsi kelenjar adrenal. Vitiligo atau
hipopigmentasi pada kulit tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal
sebagai akibat destruksi melanosit di kulit oleh proses autoimun.
Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas.
Penumpukan masa otot yang berlebihan pada leher bagian
belakang yang biasa disebut bufflow neck atau leher/punuk kerbau
dan terus sampai daerah klavikula sehingga klien tampak seperti
bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi adrenokortikal. Amati
bentuk dan ukuran dada, pergerakan dan simetris tidaknya.
Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan
menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati
keadaan rambut aksila dan dada. Pertumbuhan rambut yang
berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme. Pada
buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi
dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah dada atau
abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal. Bentuk
abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumpai

14
pada hiperfungsi adrenokortikal. Pada pemeriksaan genitalia, amati
kondisi skrotum dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan
bentuk.
b. Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa
melalui rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba
namun isthmus dapat diraba dengan mengadakan kepala klien.
Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran, nodul
tunggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat dipalpasi.
Pada saat dilakukan pemriksaan, klien duduk atau berdiri sama saja
namun untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi duduk.
Untuk hasil yang lebih baik, dalam melakukan palapasi
pemeriksaan berada dibelakang klien dengan posisi kedua ibu jari
perawat dibagian belakang leher dan keempat jari-jari lain ada
diatas kelenjar tiroid.
Palpasi testes dilakukan denganm posisi tidur dan tangan
perawat harus dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut
dengan ibu jari dan dua jari lain, bandingkan yang satu dengan
yang lainnya terhadap ukuran atau besarnya simetris tidaknya,
konsistensi dan ada tidaknya nodul. Normalnya testes teraba
lembut, peka terhadap sinar dan kenyal seperti karet.

c. Auskultasi
Mendengar bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop dapat
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh. Auskultasi pada
daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi “bruit”.
Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini tidak
terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi
darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas
kelenjar tiroid.

15
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk menidentifikasi
perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah,
ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan gangguan
keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan
metabolisme tubuh.
8. Pengkajian Psikososial
Mengkaji kemampuan koping Klien, dukungan keluarga serta
keyakinan Klien tentang sehat dan sakit. Perubahan fisik, fungsi
seksual dan reproduksi serta perubahan-perubahan lainnya yang
disebabkan oleh gangguan sistem endokrin, apakah berpengaruh
terhadap konsep diri Klien.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran
(ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui
aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak
sebagai “pembawa pesan” dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel
dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut
menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak memasukan kelenjar
eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar
lain dalam saluran gastrointestin.
Dalam melakukan pengkajian keperawatan klien yang diduga atau
yang mengalami gangguan sistem endokrin mungkin akan mengalami
kesulitan, dikarenakan gambaran klinis yang sangat bervariasi. Namun
apabila dilakukan dengan teliti, sistematis, serta memahami dengan baik
fisiologi dari setiap hormon maka kesulitan akan dapat dihindarkan.
Informasi dikumpulkan dari klien maupun dari keluarga tentang riwayat
penyakit dan kesehatan yang akan menjadi dasar pemeriksaan fisik dan
perencanaan keperawatan. Perawat mengidentifikasi respons klien
terhadap perubahan yang aktual serta mendiskusikan kemungkinan
tindakan diagnostik dan rencana pengobatan. Penggabungan data fisik,
psikososial, dan diagnostik sebagai pengkajian yang komprehensif.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang
membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di
kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.

17

Anda mungkin juga menyukai