Anda di halaman 1dari 7

Asma

Pengertian

Penyimpitan saluran napas dan peradangan terutama pada bronkus. Penyempitan saluran
napas sebagai respon terhadap pemicu dan allergen seperti udara dingin, bau yang kuat,
serbuk sari atau debu. Saluran napas yang menyempit akibat kontraksi otot polos jalan napas,
peningkatan sekresi lender edemi jalan napas

Patofisiologi

Allergen masuk kedalam tubuh berikatan dengan IgE dan terjadinya degranulasi sel mast dan
melepaskan senyawa histamin, bradykinin, eosinophil, asam arakhidonat. Senyawa histamin,
bradikynin dan eusiopfil menyebabkan terjadinya inflamasi pada bronkus, sedangkan asam
arakidonat diubah oleh siklooksigenasi menghasilkan prostaglandin dan dirubah oleh
lipooksigenase menghasilkan leukotriene. Prostaglandin menyebabkan brokokonstriksi dan
leukotriene menyebabkan peradangan pada bronkus dan pada akhirnya terjadi penyempitan
pada saluran pernapasan.

Klasifikasi
Derajat Asma Gejala Gejala Malam Faal Paru
Intermitten Bulanan ≤2 kali sebulan VEP ≥80%
- Gejala APE ≥ 80%
<1x/minggu
- Tanpa gejala
diluar serangan
- Serangan singkat
Persisten Ringan Mingguan > 2 kali sebulan VEP ≥80%
- Gejala APE ≥ 80%
>1x/minggu
- Serangan dapat
mengganggu
aktivitas dan
tidur
Persisten Sedang Harian >1 kali/ minggu VEP ≥60-80%
- Gejala setiap hari APE ≥ 60-80%
- Serangan
mengganggu
aktivitas dan
tidur
Persisten Berat Kontinyu Sering VEP ≤60%
- Gejala terus- APE ≤60%
menerus
- Sering kambuh
- Aktivitas fisik
terbatas

Terapi Farmakologi
Pengontrol Pelega
Medikasi asma jangka Panjang untuk Dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot
mengontrol asma, diberikan setiap hari polos, memperbaiki dan atau menghambat
untuk mencapai dan mempertahankan bronkonstriksi yang berkaitan dengan gejala
keadaan asma terkontrol akut seperti mengi, rasa berat di dada dan
Termasuk pengontrol : batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan
ICS napas atau menurunkan hiperesponsif jalan
Kortikosteroid sistemik napas
LABA Termasuk pelega :
LAMA SABA
MetilXantin Antikolinergik
Leukotrien Modifier ICS
Antihistamin Aminofilin
Sodium Kromogklikat Adrenalin
Nedokromil Sodium

Penggolongan Obat
Golongan & Nama Mekanisme Kerja Efek Samping Catatan
Obat
Short Acting Beta Meningkatkan Rangsangan Terapi pilihan pada
serangan akut
Adrenergic aktivitas adrenergic kardiovaskular,
(SABA) terutama pada tremor otot rangka
- Salbutamol reseptor beta 2 dan hipokalemia,
- Terbutalin sehingga terjadi ansieti
- Fenoterol relaksasi otot polos
- Prokaterol saluran napas,
Long-Acting Beta meningkatkan
Adrenergic kebersihan
(LAMA) mukosilier,
- Formoterol menurunkan
- Salmeterol permeability
pembuluh darah
Metil Xantine Merelaksasi otot Mual, muntah, Indeks terapi sempit
- Teofilin polos bronkus takikardia, insomnia,
- Aminofilin dengan cara kejang
meningkatkan
jumlah cAMP dan
menghambat enzim
dan phospo diratase
Antimuskarinik MengantagonisMulut kering, mual, Peringatan untuk
glaucoma, midriasis,
Short Acting reseptor muskarinik konstipasi, sakit
BPH
Muskarinik yang terdapat pada kepala, takikardia,
Antagonis (SAMA) bronkus, sehingga fibrilasi atrial.
 Ipratropium efeknya vasodilatasi
bromide bronkus.
 Oxitropium
bromide
Long Acting
Muskarinik
Antagonis (LAMA)
 Tiotropium
bromide
MgSO4 Relaksasi otot polos Hipotensi, Pasien gawat darurat
dengan menghalangi kemerahan pada dengan hypoxemia
masuknya ion wajah, berkeringat, setelah pengobatan
kalsium ke otot refleks tendon dalam standar
polos yang tertekan,
hipotermia dan SSP
dan depresi
pernapasan
Omalizumab Antibodianti- IgE Hipersensivitas -
Sel Mast Stabilizer Mentasbilkan sel Batuk atau rasa obat Hati-hati pada
- kromolin mast, sehingga tidak tidak enak, saat pasien aritmia
- Nedokromil terjadi degranulasi melakukan inhalasi,
sel mast sakit kepala,
dyspepsia, nyeri
bagian perut, pahit
Antihistamin Menghambat Mulut kering, sedasi, Digunakan untuk
- Cetirizine pelekatan histamine retensi urin pencegahan
- Loratadine dengan reseptor kekambuhan asma
- Klorfeniramin histamine akibat alergi
Kortikosteroid Menghambat proses Kandidiasis ESO tersebut dapat
Inhalasi inflamasi naik secara orofaring, disfonia dicegah dengan
- Budesonide langsung dengan dan batuk karena penggunaan spacer,
- Flutikason menghambat iritasi saluran napas atau mencuci mulut
- Tiamnisolon metabolisme asam atas dengan berkumur-
- Beklometason arakidonat, juga kumur dan
dalam proses membuang keluar
inflamasi lainnya setelah inhalasi
Kortikosteroid Osteoporosis, Pencegahan
Sistemik hipertensi, diabetes, kekambuhan
- Prednisone supresi aksis
- Prednisolon adrenal, pituitary
- Metilprednisolon hipotalamus,
- Dexametasone katarak, glaucoma,
obesity, penipisan
kulit, striae dan
kelemahan otot
Antileukotriene Mengantagonis Toksik hati, Churg Pencegahan
(LTRA) ikatan leukotriene Strauss Syndrome Kekambuhan
- Zafirkeukast dengan reseptornya
- Monteleukast
- Zileuton
Penatalaksanaa Asma
Step 1 Reliever SABA prn
Step 2 Reliever + Kontroler SABA + ICs dosis rendah
Alternatif : LTRA atau Teofilin dosis rendah
Step 3 Reliever + Kontroler SABA + LABA-ICs dosis rendah
Alternatif : dosis sedang/tinggi ICs + LTRA atau
Teofilin
Step 4 Reliever + Kontroler SABA + LABA-ICs dosis sedang/tinggi
Alternatif : Tiotropium dosis sedang/tinggi ICs +
LTRA atau Teofilin
Step 5 Reliever + Kontroler SABA + LABA-ICs dosis sedang/tinggi +
Tiotropium atau Anti IgE, anti IL-5
Alternatif : dosis rendah oral kortikosteroid

Tatalaksana Saat Serangan Di Rumah


Gejala : batuk, sesak, mengi, dada terasa berat yang bertambah
APE < 80%
Inhalasi Agonis β2 Kerja Singkat (Setiap 20 menit, 3 kali dalam 1 jam) atau Bronkodilator
oral
Respon Baik Respon Buruk
 Lanjutkan agonis β2 inhalasi setiap 2-4 Tambahkan :
jam untuk 24-48 jam atau  Kortikosteroid oral
bronkodilator oral setiap 6-8 jam.  Agonis β2 diulang
 Steroid inhalasi diteruskan dengan
dosis tinggi selama minggu, kemudian
Kembali ke dosis awal
Hubungi dokter untuk instruksi selanjutnya Segera ke IGD/ Rumah Sakit

Note :
 Ibu Hamil :
o Pengontrol : ICs
o Serangan : SABA (Terbutalin/Salbutamol)
 Pencegahan Kekambuhan Pada Atlet : SABA

Monitoring Evaluasi (Pelangi Asma)


Hijau  Kondisi Baik, Asma Terkontrol
 Tidak ada/gejala minimal
 APE : 80-100%
 Prinsip : pengobatan dilanjutkan, bila
tetap berada di warna hijau,
pertimbangkan menurunan terapi
Kuning  Hati-hati asma tidak terkontrol, dapat
terjadi serangan akut/ eksaserbasi
 Dengan gejala asma (asma malam,
aktivitas terhambat, batuk, mengi, dada
terasa berat baik saat beraktivitas
maupun istirahat)
 APE 60-80%
 Prinsip : perlu peningkatan dosis terapi
atau perubahan medikasi
Merah  Berbahaya
 Gejala asma terus menerus dan
membatasi aktivitas sehari hari
 APE <60%
 Prinsip : perlu pengobatan

Penilaian Derajat Kontrol Asma


Penilaian klinis (4 minggu terakhir)
Karakteristik Terkontrol Terkontrol Tidak Terkontrol
Sebagian
Gejala Harian Tidak ada > 2/minggu Tiga atau lebih
(≤2/minggu) gambaran asma
Keterbatasan Tidak Ada Ada terkontrol sebagian
Aktivitas
Gejala Malam/ Tidak Ada Ada
Terbangun
Butuh Pelega/ Tidak ada >2/minggu
Pemakaian Inhaler (≤2/minggu)
Fungsi Paru (APE) Normal <80%
DAFTAR PUSTAKA

Chris-Burns M.A., Schwinghammer T.L., Wells B.g., Malone P.M., Kolesar J. M. and Dipiro
J.T,. 2016, Pharmacotherapy Principle and Practice, Mc Graw-Hill Companies. New York

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, 2017, Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di
fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Jakarta Pusat: PB IDI

Dipiro, Cecily V., Dkk., 2017, Pharmacotherapy Handbook Tenth Edition, New York : Mc
Graw Hill education

GINA, 2020, Pocket Guide For Asthma Management and Prevention, Global Initiative For
Asthma

PDPI, 2005, Pedo an Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia. Jakarta: PDPI

Anda mungkin juga menyukai