Anda di halaman 1dari 12

FARMAKOLOGI SISTEM ORGAN

“RESUME MATERI”

Nama : WIDYA RATNA SARI

NIM : 180103055

Prodi : Farmasi (B)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA

KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2020/2021
ANTIHIPERLIPIDEMIA
 Kolesterol merupakan substrat penting bagi tubuh yang digunakan sebagai :
1. Bahan dasar hormon steroid
2. Bahan sesnsial untuk membangun membran sel, myelin, dan sel otak
3. Komponen ini garam empedu, yang membantu pencernaan lemak

 Liproprotein terbagi atas :


1. Low-density lipoprotein (LDL)
2. Very-low-density lipoprotein (VLDL)
3. High-density lipoprotein (HDL)

 Trigliserida yaitu :
1. Bentuk utama dari diet lemak
2. Menyediakan cadangan energi bagi tubuh
3. Kilomikron (Chylomicrons): Lipoprotein yang sangat besar yang dapat menhantarkan
trigliserida ke dalam otot dan jaringan lemak

 Terdapat 5 kelompok obat yang digunakan untuk mengelola hiperlipidemia :


1. HMG-CoA reductase inhibitors (atorvastatin, simvastatin, lovastin dan rosuvastatin)
2. Cholesterol absorption inhibitors( stanol esters,ezitimibe)
3. Bile acid sequestrants (cholestyramine, colestipol, coCGlesevelam)
4. Fibric acid derivatives( gemfibrozil, benefibrat, dan fenofibrate)
5. Nicotinic acid(lainya gulgulipid, fish oil derivatives)

 Atherosclerosis adalah sebuah kondisi progresif yang menyebabkan CAD dan PAD
Faktor resiko untuk atherosclerosis

1. Usia
2. Riwayat merokok
3. Hipertensi
4. Menopause prematur
5. Obesitas
6. Diabetes mellitus
7. Hipertirodisme

 Target pengobatan pada penyakit atherosclerosis


1. Menurunkan kolesterol LDL
2. Mengurangi total serum kolesterol dan trigliserida
3. Meningkatkan kolesterol HDL

 Terapi pilihan
1. Semua obat hipolipidemik diindikasikan sebagai terapi tambahan untuk mengurangi
kadar kolesterol tinggi.
2. HMG-CoA reductase inhibitors paling sering diresepkan
3. Cholestyramine dapat juga digunakan sebagai treatment obstruksi bilier parsial.

 Kontraindikasi obat obat antihiperlipidemia


a. Obat-obat hipolipidemik sistemik tidak diberikan kepada pasien dengan disfungsi
hati.
b. Bile acid sequestrants tidak diberikan pada pasien dengan biliary obstruction.
c. Statins tidak diberikan pada wanita dengan kondisi hamil.

OBAT HYPERTENSI DAN DIURETIK


HIPERTENSI :

adalah ketika angka tekanan sistolik >139 mmHg dan atau angka diastolik >89 mmHg.

 Terapi farmakologi pada hipertensi

a. Angiotensin- converting enzyme inhibitors


Agen penghambat enzim pemicu sintesis Angiotensi I menjadi Angiotensin II,
Umumnya direkomendasikan untuk penderita dengan usia < 55 tahun dan ras
kaukasoid, dan Sebagai pilihan pertama terapi dengan komplikasi diabetes
(misalnya : lisinopril, captopril, dan benazepril)

Kontraindikasi obat ACEI :


 Hipersensitif ACE-Inh
 Kehamilan
 Tidak berfungsinya ginjal
 Hyperkalemia

b. Angiotensin(II)-Reseptor Blocker [ARB]


Agen pemblokade reseptor AT1 dengan cara berikatan pada reseptor AT2 yang
poten menyebabkan vasokonstriksi di daerah otot polos pembuluh darah.
(misalnya candesartan, telmisartan, dan losartan)
Kontraindikasi obat ARB :
 Kehamilan
 Tidak befungsinya hati
 Hyperkalemia

c. Calcium Channel Blocker [CCB]


CCB bekerja dengan cara mengikat pada kanal tipe L dan memblokade jalur
masuk Ca2+ ke dalam sel.

CCB Terbagi atas dua kelompok obat yakni :


1. Dihidroporodine (misalnya nifedipin, amlodipine, dan felodipin)
2. Non-dihidropiridine (misalnya ditiazem, verapamil)

Kontraindikasi obat CCB


 Hipertensi
 Angina pectoris

d. Beta-Adrenoreceptor Antagonis (BB)


Angiotensin II memberikan pengaruh pada aktivitas sistem saraf pusat dan
perifer (Autonom –simpatik dan parasimpatik-)

BB terbagi atas 4 kelompok obat :


1. Cardioselektive (misalnya atenolol, bisoprolol)
2. Nonselective (misalnya nadolol, propranolol)
3. Intrinsic simpatomimetik activity (misalnya acebutolol)
4. Campuran alfa dan beta bloker (misalnya carvedilol)

Kontraindikasi obat BB

 Asma
 Bradikardi
 Gagal jantung
 Penyakit pembuluh darah tepi arteri berat

 DIURETIK

Golongan obat Aksi kerja obat Kegunaan obat


diuretic
Inhibitor karbonik Tubulus proximal (menghambat Lemas, Glaucoma, Petit mal epilepsi, Acute
anhydrase enzim karbonik anhidrase) mountain sickness, urine alkaline
Diuretic osmotic Tubulus proximal, lengkung Potent untuk Glaucoma, keracunan
Henle, Tubulus pengumpul
Mengumpulkan air, dilatasi
arteri afferent,meningkatkan
tekanan hidrostatik pada
glomerulus)

Diuretic kuat Thick Ascending Limb of Henle Lebih poten, Bumetanide paling poten, Efektif
(Penghambatan reabsorpsi walaupun GFR rendah, Menurunkan Tekanan
NaK2Cl) ventrikel Kiri, Edema Paru, sindrom nefrotik,
efek tumpul NSAIDS, edema serebral, untuk
mengurangi kelebihan beban volume selama
transfuse

Thiazide diuretic Tubulus Distal (NaCl) Moderat, chlorthalidone adalah akting


Terpanjang, efek paradoks di Diabetes
insipidus baris pertama dalam Hipertensi,

Potassium sparing Tubulus pengumpul Lemah, Sebagai suplemen untuk lainnya


diuretic untuk melawan hipokalemia itu, Canrenone
adalah metabolit aktif, yang digunakan dalam
sindrom Conn (Primer Hiperaldosteronisme)
edema sirosis, polikistik ovarium

FARMAKOLOGI RESPIRASI
 Fungsi Sistem resprasi untuk mengambil oskigen dari luar tubuh untuk digunakan dari sel
kemudian mengeluarkan karbon dioksida dari dalam tubuh keleuar.
 Patologi gangguan pada sitem pernafasan :
Influenza, Faringisti, Laryngitis, Bronchis, Asifikitis, Asidosis, Enfisma, penumenia, Asma, TBC,
Sinusitis, Rhinitis, Wajah adenoid, Pleuritis

 terapi farmakologi
1. anti-asmatik : bekerja untuk mengurangi kejadian asma yang lebih parah, sehingga
melegakan jalur nafas bagi penderita.

Golongan obat anti-asmatik


a. bronkodilator : bekerja dengan cara merelaksasi otot polos pada jalur nafas dengan
target utama adalah reseptor beta-2 sehingga pasien mampu bernafas dengan nyaman
untuk beberapa saat.
Bronkodilator terbagi atas 3 yaitu :
1. antimuskarinik (ipratropium bromide, tiotropium)
2. methylxantine (aminophylline, caffeine, theobromin dan theophylline)
3. simpatomimetik terbagi atas tiga :
 a dan b agonis adrenoseptor (ephedrine)
 b adrenoseptor agonis (isoprenaline)
 b-2 selective adrenoseptor (salbutamol)

b. kortikosteroid (dexamethasone, methyl prednisolone)

c. penghambat jalur leukotrien terbagi atas 2:


1. LDT-4 reseptor antagonis (montelukas)
2. 5-lipoxygenate inhibitor (zileuton)

d. Degranulation inhibitor (disodium cromoglycate)

e. Obat obat paru terbagi atas (nifedipin)

2 . Antitusive

Bekerja untuk menekan batuk serta dapat mengeluarkan dahak apabila terdapat peningkatan dahak
pada mukosa saluran nafas.

Pengeluaran Dahak (MUKOKINETIK)

 Ekspektoran : Menipiskan lendir, memecah cairan yang menyebabkan penyumbatan dan


membersihkan lendir tebal dari saluran napas, sehingga membuat lendir lebih mudah untuk
dibatukkan. Sedativ ekspektoran (Potassium asetat dan sitrat, Ammonium carbonate, Tincture
ipecacuanta, Sodium dan pottasium Iodide). Stimulan ekspektoran(Creosote, Guaiacol,
Guaphenesin, Terpenehydrate).

 Mukolitik : obat yang mengubah biofisik sifat sekresi dengan menurunkan polimer musin, DNA,
fibrin, atau F-aktin dalam sekresi saluran napas, umumnya menurunkan viskositas. Mukolitik
(Ambroksol, Acetylcystein, Bromohexine, Carbocystein, Methylcystein)

Tidak Menghasilkan Dahak

 Antitusive tepi, bekerja didaerah saluran pernapasan faring laring. (Benzonatale, Liquonice
lozenges, tincture menthol)

 Antitusive pusat, Bekerja di saraf pusat di otak. Antitusive opioid : Adiksi /ketergantungan
(Dihydromorphine, Methadone, Morfine). Non adiksi (Dihydrocodeinone, Pholcodine) , Non-
opioid : Benzonatate, carbetapentone, Chlorphedianol, Dextromethorphan, Narcotine.

Terapi Non Farmakologi Penyakit Asma :

berhenti merokok, latihan pernapasan, olahraga fisik teratur, diet, hindari pemicu alergi.
OBAT SISTEM SALURAN CERNA
 Sistem pencernaan
1. Mulut
2. Lambung
3. Usus

 Golongan obat saluran cerna


1. Golongan antasida
2. Golongan Penghambat reseptor H-2 (Inh. H-2 Blocker)
3. Golongan penghambat sekresi asam (Pump Proton Inh.)
4. Golongan analog prostaglandin
5. Golongan pencahar
6. Golongan AB H. pylori

GERD

 Definisi gerd
Gastroesophageal reflux adalah kondisi fisiologis normal yang terjadi pada kebanyakan
orang, terutama setelah makan.
Gastroesophageal reflux disease (GERD) ketika getah lambung yang dialirkan ke
esophagus melebihi batas normal, yang menimbulkan gejala atau tanpa cedera
esophageal mucosal.

 Faktor resiko penyakit gerd


1. Kelebihan makanan
2. Penggunaan obat obatan terlarang
3. Kegemukan
4. Kehamilan
5. Menelan udara
6. Makanan berlemak
7. Minuman berkarbonat

 gejala gerd
1. Heartburn (pyrosis)
2. Hypersalivation
3. Belching
4. Regurgitation

 Tujuan terapi gerd


1. Penurunan secara cepat symptom
2. Menyembuhkan gerd
3. Menurunkan frekuensi dan durasi refluxs
4. Mencegah kekambuhan
5. Menghindari komplikasi

 Terapi farmakologi
1. Antacid (contohnya : Al (OH)3, CaCO3, Mg(OH)3 )
2. H2RA-Histamine 2 reseptor antagonis (Contohnya : cimetidine, famotidine,
ranitidne, nizatidin)
3. PPI- proton pump inhibitors (contohnya : omeprazole, lansoprazole, pantoprazole)
4. Prostaglandin agonis (contohnya : misoprostol)
5. Cytoprotective agent

OBAT OBAT SISTEM SARAF OTONOM


Sistem saraf otonom adalah susunan yang bekerja tanpa mengikuti kehendak kita, misalnya detak
jantung, berkedip, kesadaran dan lain lain.

Berdasarkan fungsinya SSO dibagi atas 2 :

1. Saraf simpatis (adrenergic dan adrenolitik)

2. Saraf parasimpatis (kolinergik dan anti kolinergik)

Penggolongan obat SSO

1. Obat yang berkhasiat terhadap saraf simpatis

a. Simpatomimetik/ adrenergic, obat yang meniru efek perangsangan saraf simpatis,


(misalnya efedrin, isoprenalin dll)

b. Simpatolitik/ adrenolitik , obat yang mengahmbat efek noreprineprin (mencegah respon


pada reseptor), (misalnya propranolol)

2. Obat yang bekerja terhadap saraf parasimpatis

a. Parasimpatomimetik/ kolinergik, yaitu obat yang meniru perangsangan saraf


parasimpatis (misalnya pilokarpin, fisostigmin)

b. Parasimpatolitik/ antikolinergik, obat yang menghambat efek asetilkolin (misalnya


alkaloid belladonna)

Adrenergika (simpatomimetik)
 Adrenergic dibagi menjadi 2 kelompok menurut titik kerjanya yaitu reseptor alfa dan reseptor
beta. Menurut efek fisiologinya reseptor alfa dan beta dibagi menjadi beberapa sub tipe :

a. alfa-1 : menimbulkan vasokontriksi otot polos (kecuali otot polos usus : vasodilatasi) dan
menstimulasi sel-sel kelenjar (meningkatkan sekresi liur dan keringat).

b. Alfa-2 : menghambat pelepasan NA pada saraf – saraf adrenergik dengan turunnya


tekanan darah, mungkin juga pelepasan Ach pada saraf kolinergis pada usus terhambat
sehingga turunnya periltastik

c. Beta-1 : memperkuat daya dan kontraksi otot jantung (efek inotrop dan kronotrop)

d. Beta-2 : bronchodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.

 Adrenergika dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :

a. Zat-zat yang bekerja langsung pada reseptor organ tujuan (adrenalin, NA, isoprenalin),
efedrin dan dopamin bekerja langsung & tak langsung.

b. Zat-zat yang bekerja tidak langsung, yaitu dengan cara merangsang pengeluaran NA
dari tempat penyimpanannya (di ujung saraf adrenergik/simpatik),contoh : efedrin,
amfetamin, guanetidin,dan reserpine

 Penggunaan obat obatan adrenergika

a. Shock , Asma, Hipertensi , Sebagai vasodilator perifer di betis, Pilek, Sebagai midriatikum
guna melebarkan pupil mata, Pada obesitas, Pada nyeri haid dan menghambat kontraksi
untuk relaksasi otot Rahim

 Efek samping obat adrenergika

a. Pada dosis biasa, adrenergika menimbulkan efek samping pada jantung dan SSP yaitu
jantung berdebar,nyeri kepala, gelisah dsb. Untuk itu perlu hati-hati jika diberikan pada
penderita yang mengindap infark jantung , hipertensi dan hipertirosis.

b. Tachyfylaxis, bila digunakan lama. Efek ini semacam resistensi yang terjadi jika diberikan
berulang pada waktu yang singkat. Contoh : efedrin & adrenergik kerja tak langsung
karena habisnya cadangan NA

Adrenolitik (simpatolitika)

 Adrenolitika/ simpatolitika dikelompokan menjadi 3 :

a. Alfa blockers zat yang memblokir reseptor alfa yang banyak terdapat pada otot polos
pembuluh (khususnya pembuluh kulit & mukosa)
b. Beta- blockers, banyak digunakan untuk antihipertensi, dibagi 2 kelompok :

 Beta-1 blockers selektif yaitu melawan efek stimulasi jantung oleh adrenalin &
NA (reseptor beta-1), contoh : atenolol dan metoprolol

 Beta blockers tidak selektif juga berefek pada reseptor beta-2 (menghambat
bronchodilatasi), contoh : propranolol, alprenolol, dsb.

c. Penghambat neuron adrenergis tidak menghambat reseptor adrenergis tapi


menghambat pelepasan catecholamin pada postganglioner dari saraf adrenergic
(s.simpatis), contoh : guanetidin (untuk terapi glaukoma tertentu).

Kolinirgik/ parasimpatomimetik

 Kolinergik adalah zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi susunan saraf
parasimpatis (SP), karena melepaskan ACh di ujung sarafnya.

 Klasifikasi kolinergik berdasarkan cara kerjanya dibedakan menjadi 2 :

1. Bekerja langsung bekerja langsung pada organ ujung dengan kerja utama mirip
efek muskarinik dari ACh, contoh : karbachol, pilokarpin
2. Bekerja tak langsung yaitu merintangi penguraian ACh secara reversible /
sementara, contoh : fisostigmin, neostigmin & piridostigmin (antikolinesterase).
 Peggunaan obat kolinergik
a. Glukoma

b. Kelemahan otot

c. Dimensia Alzheimer

d. Atonia (kelemahan otot polos)

 Efek samping kolinergik

mual, mutah, diare, peningkatan sekresi ludah, dahak, keringat, dan air mata, bradycardia,
broncokontriksi, depresi pernafasan.

Antikolinergik/ parasimpatolitik

 Adalah zat yg menghambat reseptor M (di SSP & organ perifer) sehingga melawan efek ACh.

 Efek antikolinergik:
a. memperlebar pupil (mydriasis) & mengurangi akomodasi.
b. Mengurangi pengeluaran kelenjar (ludah, dahak, keringat)

c. Mengurangi tonus dan motilitas saluran lambung- usus dan produksi HCl lambung

d. Bronkhodilatasi

 Penggunaan antikolinergk

a. Sebagai spasmolitik (pereda kejang otot) dari saluran lambung – usus, empedu, dan
organ urogenital,contoh : hyoscyamin, propantelin.

b. Tukak lambung-usus & gastritis guna mengurangi sekresi HCl , contoh : pirenzepi

c. Sebagai midriatikum, untuk memperbesar pupil & mengurangi akomodasi, contoh :


atropine

d. Sebagai anti mabuk jalan mencegah mual muntah, contoh : skopolamin.

e. Untuk mengurangi kontraksi spontan & hasrat BAK pada inkontinensi urin, karena
instabilitas otot polos kandung kemih, contoh : oksibutinin.

f. Sebagai antidot pd keracunan kolinergik (& antikolinesterase), contoh : atropin.

 Efek samping antikolinergik

mulut kering, obstipasi, retensi urin, aritmia, gangguan akomodasi, midriasis,dan


berkeringat.

Anda mungkin juga menyukai