Anda di halaman 1dari 28

HIPERTENSI

KELOMPOK 1
Anggota Kelompok
1. LUH PUTU REGITA INDRIANI
(2148202001)
2. GUSTI AYU DYAH ANJALI
(2148202002)
3. INDAH KUSUMA WATI A.D.S
(2148202004)
4. PUTU PINA DEWI
(2148202005)
Apa itu Hipertensi ?
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu
lima menit dalam keadaan cukup
istirahat/ tenang.
Hipertensi merupakan silent
killer, dimana gejala dapat
bervariasi pada masing-masing
individu dan hampir sama dengan
gejala penyakit lainnya.

Gejala tersebut antara lain :


sakit kepala/ rasa berat di
tengkuk, mumet (vertigo),
jantung berdebar-debar, mudah
Ielah, penglihatan kabur, telinga
berdenging (tinnitus), dan
mimisan.
Hipertensi yang tidak
ditangani dengan benar
dapat menyebabkan
komplikasi, diantaranya :

• Stroke
• Serangan jantung
• Gagal jantung,
• Gagal ginjal.
1. OBAT
ANTIHIPERTENSI
Obat antihipertensi adalah
kelompok obat yang digunakan
untuk menurunkan tekanan
darah akibat hipertensi.
02
MEKANISME
KERJA OBAT
ANTIHIPERTENSI
1. ACE Inhibitor
ACE Inhibitor (lisinopril, enalapril, captopril, ramipril)
Mekanisme kerja Angiotensin converting enzyme inhibitor
(ACE Inhibitor) : Ketika rendahnya kadar angiotensin II,
akan menghasilkan penurunan TD, meningkatkan kadar
aktivitas renin plasma, dan mengurangi sekresi aldosterone.
Sehingga ACEI ini bekerja untuk menghambat secara
langsung ACE dan menghalangi konversi angiotensin I
agar tidak menjadi angiotensin II.
2. ARB (Angiotensin II Receptor Blocker)
ARB (losartan, candesartan, olmesartan, telmisartan)

Mekanisme kerja Angiotensin II Receptor Blocker (ARB) :


Menghambat reseptor tipe I dari reseptor angiotensin II secara
selektif dan kompetitif, mengurangi respons “end-organ”
terhadap angiotensin II. Hasilnya adalah penurunan resistensi
perifer total (afterload) dan kembalinya vena kardiak
(preload). Proses penurunan TD ini terjadi terlepas dari status
sistem renin-angiotensin.
3. Renin Inhibitor
Renin Inhibitor (aliskiren)

Mekanisme kerja Renin Inhibitor :


Penghambatan renin secara langsung, penurunan
aktivitas renin plasma dan menghambat konversi
angiotensinogen menjadi angiotensin I.
4. Beta Blocker
Beta Blocker (bisoprolol, metoprolol, atenolol, carvedilol)
Mekanisme kerja Beta Blocker :
Pengeblok reseptor Beta selektif (β1 saja) atau nonselektif (β1
dan β2) menghasilkan efek inotropic dan kronotropik yang
negatif. Beberapa β-blocker (misalnya pindolol, acebutolol)
menunjukkan aktivitas simpatomimetik intrinsic (ISA), yang
berarti mereka mampu mengerahkan aktivitas agonis tingkat
rendah pada reseptor β-adrenergic sekaligus bertindak
sebagai antagonis situs reseptor.
5. Diuretics
• Thiazide (hydrochlorothiazide, chlorthalidone,
indapamide)
Mekanisme Kerja : Bekerja pada ginjal dengan mengurangi reabsorpsi Na
di tubulus distal.

• Loop diuretics (Furosemide, bumetanide, ethacrynic


acid)
Mekanisme kerja : Bertindak dengan mengikat mekanisme cotransport Na,
K, klorida secara reversibel pada sisi luminal dari loop of Henle, sehingga
akan menghambat reabsorpsi aktif terhadap ion-ion ini (Na, K, dan Cl).
5. Diuretics
• K-sparing (Triamterene dan amiloride)

Mekanisme kerja : Menutup kanal Na


epitel di sisi lumen dari tubulus ginjal.
Penghambat saluran Na secara langsung
akan menghambat masuknya Na ke
dalam kanal Na.
6. CCB (Calcium Channel Blocker)
• Dihydropiridin (Amlodipin, felodipin, nifedipin,
nicardipin)
Mekanisme Kerja : Bekerja dengan cara merelaksasi otot polos di dinding
arteri, mengurangi resistensi perifer total, sehingga dapat mengurangi
tekanan darah

• Non-dihidropiridin (verapamil, diltiazem)


Mekanisme kerja : Bekerja sebagai vasodilator ampuh pada pembuluh darah
koroner, meningkatkan aliran darah dan menurunkan nadi dengan menekan
konduksi terhadap nodus AV
7. Alpha -1 Blocker
Mekanisme Kerja : Antagonis α1 selektif yang
bekerja dengan menghalangi aksi adrenalin
pada otot polos dinding pembuluh darah
8. Aldosterone Receptor Blocker
Aldosterone Receptor Blocker (spironolactone)

Mekanisme Kerja : Menghambat efek aldosteron


dengan cara bersaing dengan reseptor aldosteron
intraseluler di duktus pengumpul kortikal. Hal
ini akan menurunkan reabsorpsi Na dan air
sambil menurunkan sekresi K.
9. Central Alpha 2 Agonist
Central Alpha 2 Agonist (clonidine, methyldopa)

Mekanisme Kerja : Merangsang reseptor α2 di


otak, yang akan menurunkan aliran curah
jantung dan resistensi vascular perifer secara
simpatis, sehingga tekanan darah dan nadi
akan menurun.
10. Vasodilator
Vasodilator (hydralazine, minoxidil)

Mekanisme Kerja : Bekerja langsung sebagai


pelemas otot polos yang berfungsi sebagai
vasodilator, terutama pada pembuluh arteri
dan arteriol.
3. PENGGUNAAN
KLINIS
4. EFEK SAMPING
Efek Samping (ES) Obat Antihipertensi

• Efek Samping Umum :

Hidung mampat (akibat vasodilatasi mukosa), mulut kering, bradikardia (kecuali


vasodilator langsung: justru tachycardia), rasa letih dan lesu, gangguan
penglihatan, gangguan lambung usus (mual, diare) dan ada kalanya impotensi
(terutama obat-obat Central).

ES ini sering bersifat sementara, hilang dalam 1-2 minggu, dapat dihindari
dengan dosis rendah yang berangsur-angsur dinaikkan. Sebaiknya obat diminum
sesudah makan (p.c.) agar kadar obat dalam plasma jangan mendadak mencapai
puncak tinggi (dengan akibat hipotensi kuat).
Efek Samping Khusus :

a) Hipotensi ortostatis, yakni turunnya TD lebih kuat bila tubuh tegak


(= ortho, Latyn) daripada dalam keadaan berbaring. Prevalensi pada
lansia 5-60%.
b) Depresi (obat yang bekerja sentral): reserpin dan metildopa juga
pada beta-blokers yang bersifat lipofil (propranolol, alprenolol, dan
metoprolol).
c) Retensi garam dan air menyebabkan bertambahnya berat badan atau
udema (antagonis Ca, reserpin, hidralazin, metildopa). ES ini dapat
diatasi dengan kombinasi bersama suatu diuretik.
d) Penurunan ratio HDL: LDL (tiazid, klortalidon, dan -blokers).
e) Batuk kering (ACEI).
DAFTAR PUSTAKA
Shen, N., Yufe, S., Saadatfard, O., Sockalingam, S., & Wiljer, D. (2017). Rebooting
kirkpatrick: integrating information system theory into the evaluation of web-based
continuing professional development interventions for interprofessional education. Journal
of Continuing Education in the Health Professions, 37(2), 137-146

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Farmakologi Komperhensif . Jakarta: Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai