Disusun oleh :
Safina 61608100820085
A. Golongan Hipertensi
Hipertensi (HT) emergensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah (TD) yang berat
(>180/120 mm Hg) disertai bukti kerusakan baru atau perburukan kerusakan organ target (target
organ damage=TOD). waktu menit/jam dengan obat-obatan intravena (iv).
B. Algoritma pedoman hipertensi JNC 8
Pedoman baru menekankan kontrol tekanan darah sistolik (SBP) dan tekanan darah
diastolik (DBP) dengan batasan pengobatan khusus usia dan komorbiditas. Pedoman baru ini
juga memperkenalkan rekomendasi baru yang dirancang untuk mempromosikan penggunaan
angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin receptor blockers (ARB) yang
lebih aman. Perawatan lini pertama dan selanjutnya sekarang harus dibatasi pada 4 kelas obat:
diuretik tipe tiazid, penghambat saluran kalsium (CCB), penghambat ACE, dan ARB.
Alternatif lini kedua dan ketiga termasuk dosis yang lebih tinggi atau kombinasi inhibitor
ACE, ARB, diuretik tipe thiazide, dan CCB. Beberapa obat sekarang ditetapkan sebagai alternatif
lini selanjutnya, termasuk yang berikut: beta-blocker, alphablocker, alpha1/beta-blocker
(misalnya, carvedilo), vasodilatasi beta-blocker (misalnya, nebivolol), agonis alfa2/-adrenergik
sentral (misalnya , clonidine), vasodilator langsung (misalnya, hydralazine), diruretika loop
(misalnya, furosemide), antagonis aldosteron (misalnya, spironolakton), dan antagonis
adrenergik yang bekerja di perifer (misalnya, reserpin).
C. Obat hipertensi
First line :
1. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
Mekanisme Kerja :
Obat golongan ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim yang dibutuhkan
untuk memproduksi hormon angiotensin II. Hormon ini dapat menyempitkan pembuluh
darah dan meningkatkan tekanan darah sehingga membuat jantung bekerja lebih keras.
Indikasi :
Efek samping :
Contoh obat :
Captopril, Ramipril, Benazepril, Iisinopril, enalapril, fosinopril, perindopril.
2. Angiotensin II receptor blockers (ARB)
Mekanisme kerja :
ARB bekerja dengan cara memblokir hormon angiotensin II yang menyempitkan pembuluh
darah, sehingga aliran darah lebih lancar dan tekanan darah menurun.
Indikasi :
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi) dan gagal jantung, membantu menangani
penyakit ginjal kronis, mencegah kerusakan lebih lanjut setelah serangan jantung, hingga
stroke.
Efek samping :
Pusing, diare, insomnia, sakit kepala,mual dan muntah.
Contoh obat :
D. NSAID
NSAIDs merupakan obat antiiflamasi yang sering digunakan dalam penatalaksanaan
nyeri muskuloskeletal, namun memiliki risiko berupa gangguan saluran cerna (ulkus peptikum),
pendarahan, dan hipertensi. Selain memiliki efek sebagai antiinflamasi, NSAIDs juga memiliki
efek sebagai analgesik dan antipiretik. NSAIDs bekerja sebagai obat antiinflamasi dengan cara
menghambat enzim cyclooksigenase pada jalur asam arakidonat. Penghambatan tersebut
mengakibatkan terjadinya penghambatan sintesis prostaglandin, tromboxan, dan prostasiklin
yang merupakan mediator inflamasi.
Berdasarkan selektifitasnya terhadap COX-1 dan COX-2, NSAIDs dibagi menjadi dua jenis
yaitu selektif COX-2 dan non selektif.
a. Non-selective COX inhibitor
NSAID golongan ini mengurangi produksi prostaglandin dengan dengan cara
menghambat enzim COX-1 dan COX-2. Cara kerja ini dapat meningkatkan risiko
terjadinya efek samping pada lambung, seperti gastritis atau tukak lambung Hal ini
karena fungsi utama COX-1 adalah menghasilkan prostaglandin yang berguna untuk
melindungi lambung. AINS non-selektif inhibitor yang telah disetujui untuk beredar
di Indonesia adalah Ibuprofen, Fenbufen, Fenoprofen, Flurbiprofen, Ketoprofen,
Naproksen, Nabumeton, Loxoprofen, Asetosal, Diflunisal, Etodolak, Indometasin,
Meloksikam, Piroksikam, Tenoksikam, Natrium Diklofenak, Pottasium Diklofenak,
Fenilbutazon, Propyphenazone, Isopropilfenazon, Asam Mefenamat, dan
Oxyphenbutazone.
b. COX-2 Inhibitor
COX-2 inhibitor bekerja secara spesifik dengan menghambat enzim COX-2, yang
menghasilkan prostaglandin ketika ada infeksi atau cedera. Dengan cara kerjanya,
NSAID golongan COX-2 inihibitor relatif lebih aman terhadap lambung, meskipun
risiko terjadinya efek samping masih ada. AINS Cox-2 selektif inhibitor yang telah
disetujui untuk beredar di Indonesia adalah Celecoxib, Etoricoxib, dan Parecoxib.
Signa dalam resep