Anda di halaman 1dari 8

Tugas Praktik Kerja Lapangan (PKL)

Disusun oleh :

Aira Sekar Ayu Devia N.P 61608100820002

Nur Andita Yunianti 61608100820063

Safina 61608100820085

Sri Marlina 61608100820091

A. Golongan Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VIII

Hipertensi (HT) emergensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah (TD) yang berat
(>180/120 mm Hg) disertai bukti kerusakan baru atau perburukan kerusakan organ target (target
organ damage=TOD). waktu menit/jam dengan obat-obatan intravena (iv).
B. Algoritma pedoman hipertensi JNC 8

Pedoman baru menekankan kontrol tekanan darah sistolik (SBP) dan tekanan darah
diastolik (DBP) dengan batasan pengobatan khusus usia dan komorbiditas. Pedoman baru ini
juga memperkenalkan rekomendasi baru yang dirancang untuk mempromosikan penggunaan
angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dan angiotensin receptor blockers (ARB) yang
lebih aman. Perawatan lini pertama dan selanjutnya sekarang harus dibatasi pada 4 kelas obat:
diuretik tipe tiazid, penghambat saluran kalsium (CCB), penghambat ACE, dan ARB.
Alternatif lini kedua dan ketiga termasuk dosis yang lebih tinggi atau kombinasi inhibitor
ACE, ARB, diuretik tipe thiazide, dan CCB. Beberapa obat sekarang ditetapkan sebagai alternatif
lini selanjutnya, termasuk yang berikut: beta-blocker, alphablocker, alpha1/beta-blocker
(misalnya, carvedilo), vasodilatasi beta-blocker (misalnya, nebivolol), agonis alfa2/-adrenergik
sentral (misalnya , clonidine), vasodilator langsung (misalnya, hydralazine), diruretika loop
(misalnya, furosemide), antagonis aldosteron (misalnya, spironolakton), dan antagonis
adrenergik yang bekerja di perifer (misalnya, reserpin).
C. Obat hipertensi
First line :
1. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor
 Mekanisme Kerja :

Obat golongan ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim yang dibutuhkan
untuk memproduksi hormon angiotensin II. Hormon ini dapat menyempitkan pembuluh
darah dan meningkatkan tekanan darah sehingga membuat jantung bekerja lebih keras.

 Indikasi :

Hipertensi; pengobatan gagal jantung simptomatik (tambahan); pencegahan gagal jantung


simtomatik dan pencegahan kejadian iskemia koroner pada pasien.

 Efek samping :

Batuk kering, hipotensi, pusing,sakit kepala,kantuk,lemas, kehilangan kemampuan indera


pengecap,ruam, nyeri sendi.

 Contoh obat :
Captopril, Ramipril, Benazepril, Iisinopril, enalapril, fosinopril, perindopril.
2. Angiotensin II receptor blockers (ARB)
 Mekanisme kerja :

ARB bekerja dengan cara memblokir hormon angiotensin II yang menyempitkan pembuluh
darah, sehingga aliran darah lebih lancar dan tekanan darah menurun.

 Indikasi :

Untuk mengatasi tekanan darah tinggi (hipertensi) dan gagal jantung, membantu menangani
penyakit ginjal kronis, mencegah kerusakan lebih lanjut setelah serangan jantung, hingga
stroke.

 Efek samping :
Pusing, diare, insomnia, sakit kepala,mual dan muntah.

 Contoh obat :

Valsartan, losartan, irbesartan, telmisartan, dan candesartan.

3. Diuretic golongan thiazide


 Mekanisme kerja :
Diuretik thiazide mengurangi hipertensi dengan memblokir transporter natrium-klorida
– Na + -Cl– transporter.
 Indikasi :
Diuretik adalah obat yang mendorong diuresis, atau kehilangan air. Dengan
mempromosikan kehilangan air, diuretik membantu mengurangi hipertensi, dan,
selanjutnya, risiko kejadian kardiovaskular serius yang terkait dengan keadaan tersebut.
 Efek samping :
Hiponatremia, hipokalemia, hiperkalsemia.
 Contoh obat :
Furosemide, spironolactone, hydrochlorothiazide
4. Calcium Channel Blockers (CCB)
 Mekanisme kerja :
Antagonis kalsium atau calcium-channel blockers (CCBs) bekerja dengan memperlambat
masuknya kalsium ke dalam sel-sel jantung dan dinding pembuluh darah. Hal ini akan
membuat otot jantung lebih rileks dan melebarkan pembuluh darah. Selain itu,
antagonis kalsium jenis non-dihydropyridine juga dapat memperlambat detak jantung.
 Indikasi:
Untuk menangani masalah jantung dan pembuluh darah, terutama tekanan darah
tinggi.
 Efek samping :
Sembelit, diare, sakit kepala, mual, ruam kulit, mulut kering.
 Contoh obat :
Berdasarkan cara kerjanya antagonis kalsium dibagi menjadi dua, yaitu dihydropyridine
atau non-dihydropyridine.
a. Dihydropyridine : amlodipine, felodipine, isradipine, nicardipine, nifedipine,
nimodipine.
b. Non-dihydropyridine : diltiazem, verapamil.
5. Beta blocker
 Mekanisme kerja :
Bekerja melalui mekanisme penghambatan reseptor reseptor beta adrenergik di
beberapa organ seperti jantung, pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas dan hati.
 Indikasi :
Betablocker memiliki peran dalam pengobatan kardiovaskular dan non kardiovaskular
diantaranya pada terapi angina, aritmia, Congestive Heart Failure (CHF), hipertensi,
infark miokard, profilaksis perdarahan viseral, profilaksis migrain dan tirotoksikosis.
 Efek samping :
Lelah, rasa dingin di kaki dan tangan, gangguan tidur.
 Contoh obat:
a. Beta blocker selektif :
Penghambat beta selektif bekerja dengan menghambat hanya reseptor beta-1 pada
jantung. Obat ini tidak memengaruhi jalur pernapasan. Contoh obat penghambat
beta selektif adalah: Atenolol, Acebutolol, Betaxolol, Bisoprolol, Metoprolol.
b. Beta blocker non selektif:
Penghambat beta nonselektif bekerja dengan cara menghambat reseptor beta-1
dan beta-2, sehingga memengaruhi jantung, pembuluh darah, dan jalur pernapasan.
Obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa penyempitan saluran
pernapasan, sehingga berbahaya untuk penderita asma atau PPOK. Contoh obat
penghambat beta nonselektif adalah: Nadolol, Propranolol, Sotalol, Timolol.
c. Penghambat beta generasi ketiga
Penghambat beta ini tidak hanya menghambat reseptor beta-1, tetapi juga reseptor
alfa, sehingga memiliki efek pelebaran pembuluh darah dan penurunan tekanan
darah yang lebih besar. Contoh obat penghambat beta generasi ketiga adalah:
Carvedilol, Labetalol, Nebivolol.

D. NSAID
NSAIDs merupakan obat antiiflamasi yang sering digunakan dalam penatalaksanaan
nyeri muskuloskeletal, namun memiliki risiko berupa gangguan saluran cerna (ulkus peptikum),
pendarahan, dan hipertensi. Selain memiliki efek sebagai antiinflamasi, NSAIDs juga memiliki
efek sebagai analgesik dan antipiretik. NSAIDs bekerja sebagai obat antiinflamasi dengan cara
menghambat enzim cyclooksigenase pada jalur asam arakidonat. Penghambatan tersebut
mengakibatkan terjadinya penghambatan sintesis prostaglandin, tromboxan, dan prostasiklin
yang merupakan mediator inflamasi.
Berdasarkan selektifitasnya terhadap COX-1 dan COX-2, NSAIDs dibagi menjadi dua jenis
yaitu selektif COX-2 dan non selektif.
a. Non-selective COX inhibitor
NSAID golongan ini mengurangi produksi prostaglandin dengan dengan cara
menghambat enzim COX-1 dan COX-2. Cara kerja ini dapat meningkatkan risiko
terjadinya efek samping pada lambung, seperti gastritis atau tukak lambung Hal ini
karena fungsi utama COX-1 adalah menghasilkan prostaglandin yang berguna untuk
melindungi lambung. AINS non-selektif inhibitor yang telah disetujui untuk beredar
di Indonesia adalah Ibuprofen, Fenbufen, Fenoprofen, Flurbiprofen, Ketoprofen,
Naproksen, Nabumeton, Loxoprofen, Asetosal, Diflunisal, Etodolak, Indometasin,
Meloksikam, Piroksikam, Tenoksikam, Natrium Diklofenak, Pottasium Diklofenak,
Fenilbutazon, Propyphenazone, Isopropilfenazon, Asam Mefenamat, dan
Oxyphenbutazone.
b. COX-2 Inhibitor
COX-2 inhibitor bekerja secara spesifik dengan menghambat enzim COX-2, yang
menghasilkan prostaglandin ketika ada infeksi atau cedera. Dengan cara kerjanya,
NSAID golongan COX-2 inihibitor relatif lebih aman terhadap lambung, meskipun
risiko terjadinya efek samping masih ada. AINS Cox-2 selektif inhibitor yang telah
disetujui untuk beredar di Indonesia adalah Celecoxib, Etoricoxib, dan Parecoxib.
Signa dalam resep

a.c. ante coenam Sebelum makan

d.c. durante coenam Pada waktu makan

p.c. post coenam Setelah makan

a.p. ante prandium Sebelum sarapan pagi

a.h. alternis horis Selang satu jam

abs.febr absente febre Bila tidak demam

h.v. hora vespertina Malam hari

n nocte Malam hari

h.s. hora somni Waktu tidur

h.m. hora matutina Pagi hari

s.d.d. semel de die Sekali sehari

b.d.d. bis de die Dua kali sehari

t.d.d. ter de dir Tiga kali sehari

q.d.d quarter de dir Empat kali sehari

s.n.s si necesse sit Bila perlu

s.o.s si opus sit Bila perlu

u.p usus propius Untuk dipakai sendiri

u.c usus cognitus Cara pakai sudah diketahui

i.m.m In manus medici Berikan kepada dokter

Anda mungkin juga menyukai