Anda di halaman 1dari 6

Beth Gormer, 2007, terj.

Diana Lyrawati, 2008 candesartan, losartan), calcium channel


1 blocker
Farmakologi Hipertensi (misalnya amlodipin, nifedipin) dan
Hipertensi merupakan faktor resiko untuk alphablocker
banyak kasus koroner. Namun demikian, (misalnya doksasozin).
tekanan darah dapat diturunkan melalui Yang lebih jarang digunakan adalah
terapiyang tepat, sehingga menurunkan resiko vasodilator dan antihipertensi kerja sentral
strok,kejadian koroner, gagal jantung dan dan
ginjal. yang jarang dipakai, guanetidin, yang
Patogenesis hipertensi melibatkan diindikasikan untuk keadaan krisis hipertensi.
banyakfaktor. Termasuk diantaranya Diuretik tiazid
peningkatancardiac output, peningkatan Diuretik tiazid adalah diuretic dengan
tahanan perifer,vasokonstriksi dan penurunan potensi menengah yang menurunkan tekanan
vasodilatasi.Ginjal juga berperan pada regulasi darah dengan cara menghambat reabsorpsi
tekanandarah melalui kontrol sodium dan sodium pada daerah awal tubulus distal ginjal,
ekskresi air,dan sekresi renin, yang meningkatkan ekskresi sodium dan volume
mempengaruhi tekananvaskular dan urin.
ketidakseimbangan elektrolit. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi
Mekanisme neuronal seperti sistem saraf langsung pada arteriol, sehingga dapat
simpatis dan sistem endokrin juga terlibat mempertahankan efek antihipertensi lebih
padaregulasi tekanan darah. Oleh karena itu, lama. Tiazid diabsorpsi baik pada pemberian
sistemsistemtersebut merupakan target untuk oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di
terapiobat untuk menurunkan tekanan darah. hati.
Tekanan darah target. Efek diuretik tiazid terjadi dalam waktu 1‐2
Tekanan darah sistolik (SBP) optimal adalah jam setelah pemberian dan bertahan sampai
< 140 mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP) 12‐24 jam, sehingga obat ini cukup diberikan
optimal adalah < 85 mmHg. Untuk pasien sekali sehari.
dengan penyakit kardiovaskular aterosklerosis Efek antihipertensi terjadi pada dosis
, rendah dan peningkatan dosis tidak
diabetes atau gagal ginjal kronik target SBP memberikan manfaat pada tekanan darah,
menjadi 130 mmHg dan DBP <80 mmHg. walaupun diuresis meningkat pada dosis tinggi.
Pedoman untuk memulai terapi farmakologik Efek tiazid pada tubulus ginjal tergantung
sepeti yang direkomendasikan pada BNF dapat pada tingkat ekskresinya, oleh karena itu tiazid
dilihat pada Tabel 1. kurang bermanfaat untuk pasien dengan
Seberapapun tingkat kegawatan hipertensi, gangguan fungsi ginjal.
semua pasien harus mendapat Efek samping
nasehat/anjuran Peningkatan eksresi urin oleh diuretik tiazid
yang berkaitan dengan pengaturan gaya hidup dapat mengakibatkan hipokalemia,
untuk menurunkan tekanan darah. Termasuk hiponatriemi,
nasehat untuk berhenti merokok, menurunkan dan hipomagnesiemi. Hiperkalsemia
berat badan, melakukan olah raga, dapat terjadi karena penurunan ekskresi
mengurangi kalsium. Interferensi dengan ekskresi asam
asupan alkohol dan diet. urat
Golongan obat dapat mengakibatkan hiperurisemia, sehingga
Golongan obat antihipertensi yang banyak pewnggunaan tiazid pada pasien gout harus
digunakan adalah diuretik tiazid (misalnya hati‐hati. Diuretik tiazid juga dapat
bendroflumetiazid), beta‐bloker, (misalnya mengganggu
Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008
propanolol, atenolol,) penghambat
2
angiotensin
toleransi glukosa (resisten terhadap insulin)
converting enzymes (misalnya captopril,
yang mengakibatkan peningkatan resiko
enalapril), antagonis angiotensin II (misalnya
diabetes mellitus tipe 2.
Efek samping yang umum lainnya adalah simpatomimetik intrinsic), misalnya
hiperlipidemia, menyebabkan peningkatan LDL acebutolol,
dan trigliserida dan penurunan HDL. 25% pria bekerja sebagai stimulan‐beta pada saat
yang mendapat diuretic tiazid mengalami aktivitas adrenergik minimal (misalnya saat
impotensi, tetapi efek ini akan hilang jika tidur) tetapi akan memblok aktivitas beta pada
pemberian tiazid dihentikan. saat aktivitas adrenergik meningkat (misalnya
Beta-blocker saat berolah raga). Hal ini menguntungkan
Beta blocker memblok beta‐adrenoseptor. karena mengurangi bradikardi pada siang hari.
Reseptor ini diklasifikasikan menjadi reseptor Beberapa beta‐blocker, misalnya labetolol,
beta‐1 dan beta‐2. Reseptor beta‐1 terutama dan
terdapat pada jantung sedangkan reseptor carvedilol, juga memblok efek
beta‐2 banyak ditemukan di paru‐paru, adrenoseptoralfa
pembuluh darah perifer, dan otot lurik. perifer. Obat lain, misalnya celiprolol,
Reseptor beta‐2 juga dapat ditemukan di mempunyai efek agonis beta‐2 atau
jantung, sedangkan reseptor beta‐1 juga dapat vasodilator.
dijumpai pada ginjal. Reseptor beta juga dapat Beta‐blocker diekskresikan lewat hati atau
ditemukan di otak. ginjal tergantung sifat kelarutan obat dalam air
Stimulasi reseptor beta pada otak dan atau lipid. Obat‐obat yang diekskresikan
perifer akan memacu penglepasan melalui hati biasanya harus diberikan
neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas beberapa
system saraf simpatis. Stimulasi reseptor beta‐ kali dalam sehari sedangkan yang
1 diekskresikan
pada nodus sino‐atrial dan miokardiak melalui ginjal biasanya mempunyai waktu
meningkatkan heart rate dan kekuatan paruh
kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal yang lebih lama sehingga dapat diberikan
akan menyebabkan penglepasan rennin, sekali
meningkatkan aktivitas system dalam sehari. Beta‐blocker tidak boleh
renninangiotensin‐ dihentikan mendadak melainkan harus secara
aldosteron. Efek akhirnya adalah bertahap, terutama pada pasien dengan
peningkatan cardiac output, peningkatan angina,
tahanan perifer dan peningkatan sodium yang karena dapat terjadi fenomena rebound.
diperantarai aldosteron dan retensi air. Efek samping
Terapi menggunakan beta‐blocker akan Blokade reseptor beta‐2 pada bronkhi dapat
mengantagonis semua efek tersebut sehingga mengakibatkan bronkhospasme, bahkan jika
terjadi penurunan tekanan darah. digunakan beta‐bloker kardioselektif. Efek
Beta‐blocker yang selektif (dikenal juga samping lain adalah bradikardia, gangguan
sebagai cardioselective beta‐blockers), kontraktil miokard, dan tanga‐kaki terasa
misalnya dingin
bisoprolol, bekerja pada reseptor beta‐1, karena vasokonstriksi akibat blokade reseptor
tetapi beta‐2 pada otot polos pembuluh darah
tidak spesifik untuk reseptor beta‐1 saja oleh perifer.
karena itu penggunaannya pada pasien dengan Kesadaran terhadap gejala hipoglikemia
riwayat asma dan bronkhospasma harus pada beberapa pasien DM tipe 1 dapat
hatihati. berkurang. Hal ini karena beta‐blocker
Beta‐blocker yang non‐selektif (misalnya membloksistem saraf simpatis yang
propanolol) memblok reseptor beta‐1 dan bertanggung jawabuntuk “memberi
beta‐ peringatan“ jika terjadihipoglikemia.
2. Berkurangnya aliran darah
Beta‐blocker yang mempunyai aktivitas simpatetik juga menyebabkan rasa malas pada
agonis parsial (dikenal sebagai aktivitas pasien.
Mimpi buruk kadang dialami, terutama
pada penggunaan beta‐blocker yang Banyak jaringan mampu mengkonversi
larutlipidseperti propanolol. Impotensi juga angiotensin I menjadi angiotensin II tanpa
dapatterjadi. Beta‐blockers non‐selektif melalui ACE. Oleh karena itu memblok sistem
jugamenyebabkan peningkatan kadar renin‐angitensin melalui jalur antagonis
trigilseridaserum dan penurunan HDL. reseptor AT1 dengan pemberianantagonis
Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008 reseptor angiotensin II mungkin bermanfaat.
3 Antagonis reseptor angiotensin II
ACE inhibitor (AIIRA)mempunyai banyak kemiripan dengan
Angiotensin converting enzyme ACEi, tetapi AIIRA tidak mendegradasi kinin.
inhibitor Karena efeknya pada ginjal, ACEi dan AIIRA
(ACEi) menghambat secara kompetitif dikontraindikasikan pada stenosis arteri ginjal
pembentukan angiotensin II dari prekursor bilateral dan pada stenosis arteri yang berat
angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada yang mensuplai ginjal yang hanya berfungsi
darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, satu.
kelenjar Efek samping ACEi dan AIIRA
adrenal dan otak. Sebelum mulai memberikan terapi dengan
Angitensin II merupakan vaso‐konstriktor ACEi atau AIIRA fungsi ginjal dan kadar
kuat yang memacu penglepasan aldosteron elektrolit
dan pasien harus dicek. Monitoring ini harus terus
aktivitas simpatis sentral dan perifer. dilakukan selama terapi karena kedua
Penghambatan pembentukan angiotensin iI ini golongan
akan menurunkan tekanan darah. Jika sistem obat ini dapat mengganggu fungsi ginjal.
angiotensin‐renin‐aldosteron teraktivasi Baik ACEi dan AIIRA dapat menyebabkan
(misalnya pada keadaan penurunan sodium, hiperkalemia karena menurun‐kan produksi
atau pada terapi diuretik) efek antihipertensi aldosteron, sehingga suplementasi kalium dan
ACEi akan lebih besar. penggunaan diuretik hemat kalium harus
ACE juga bertanggungjawab terhadap dihindari jika pasien mendapat terapiACEI atau
degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang AIIRA.
mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan Perbedaan anatar ACEi dan AIIRA adalah
degradasi ini akan menghasilkan efek batuk kering yang merupakan efek samping
antihipertensi yang lebih kuat. yang dijumpai pada 15% pasien yang
Beberapa perbedaan pada parameter mendapat
farmakokinetik obat ACEi. Captopril cepat terapi ACEi. AIIRA tidak menyebabkan batuk
diabsorpsi tetapi mempunyai durasi kerja yang karena tidak mendegaradasi bradikinin.
pendek, sehingga bermanfaat untuk Calcium channel blocker
menentukan apakah seorang pasien akan Calcium channel blockers (CCB)
berespon baik pada pemberian ACEi. Dosis menurunkan influks ion kalsium ke dalam sel
pertama ACEii harus diberikan pada malam miokard, sel‐sel dalam sistem konduksi
harikarena penurunan tekanan darah jantung,
mendadak dan sel‐sel otot polos pembuluh darah. Efek ini
mungkin terjadi; efek ini akan meningkat jika akan menurunkan kontraktilitas jantung,
pasien mempunyai kadar sodium rendah. menekan pembentukan dan propagasi impuls
Antagonis Angiotensin II elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas
Reseptor angiotensin II ditemukan pada vasodilatasi, interferensi dengan konstriksi
pembuluh darah dan target lainnya. otot
Disubklasifikasikan menjadi reseptor AT1 dan polos pembuluh darah. Semua hal di atas
AT2. Reseptor AT1 memperantarai respon adalah proses yang bergantung pada ion
farmakologis angiotensin II, seperti kalsium.
vasokonstriksi dan penglepasan aldosteron. Terdapat tiga kelas CCB: dihidropiridin
Danoleh karenanya menjadi target untuk (misalnya nifedipin dan amlodipin);
terapiobat. Fungsi reseptor AT2 masih belum fenilalkalamin (verapamil) dan benzotiazipin
begitujelas. (diltiazem). Dihidropiridin mempunyai sifat
vasodilator perifer yang merupakan kerja Minoksidil diasosiasikan dengan hipertrikosis
antihipertensinya, sedangkan verapamil dan (hirsutism) sehingga kkurang sesuai untuk
diltiazem mempunyai efek kardiak dan pasien wanita.
dugunakan untuk menurunkan heart rate dan Obat‐obat kerja sentral tidak spesifik atau
mencegah angina. tidak cukup selektif untuk menghindari efek
Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008 samping sistem saraf pusat seperti sedasi,
4 mulut kering dan mengantuk, yang sering
Semua CCB dimetabolisme di hati. terjadi. Metildopa mempunyai mekanisme
Efek samping kerjayang mirip dengan konidin tetapi dapat
Pemerahan pada wajah, pusing dan memnyebabkan efek samping pada sistem
pembengkakan pergelangan kaki sering imun, termasuk pireksia, hepatitis dan anemia
dijumpai, karena efek vasodilatasi CCB hemolitik.
dihidropiridin. Nyeri abdomendan mual juga
Pemilihan terapi
sering terjadi.
Update dari NICE dapat dilihat pada Tabel 2.
Saluran cerna juga sering terpengaruh oleh
Perubahan utama pada pedoman NICE adalah
influks ion kalsium, oleh karena itu CCB sering
beta‐blocker tidak lagi direkomendasikan
mengakibatkan gangguan gastro‐intestinal,
sebagai terapi lini pertama pada semua pasien.
termasuk konstipasi.
Beta blocker kurang efektif mengurangi
Alpha-blocker
kejadian kardiovaskular mayor, terutama
Alpha‐blocker (penghambat adreno‐septor
stroke, dibanding antihipertensi lainnya.
alfa‐1) memblok adrenoseptor alfa‐1 perifer,
Beta‐blocker juga kurang efektif dibanding
mengakibatkan efek vasodilatasi karena
ACEi atau CCB dihidropiridin untuk mengurangi
merelaksaasi otot polos pembuluh darah.
resiko diabetes, terutama pada pasien yang
Diindikasikan untuk hipertensi yang resisten.
mendapat terapi diuretik tiazid. Jika pasien
Efek samping
yang
Alpha‐blocker dapat menyebabkan
menggunakan beta‐blocker memerlukan
hipotensi postural, yang sering terjadi pada
antihipertensi lain, maka pilihan yang lebih
pemberian dosis pertama kali. Alpha‐
dianjurkan diberikan adalah ACEi atau CCB,
blocker daripada tiazid.
bermanfaat untuk pasien laki‐laki lanjut usia
Pertimbangan khusus
karena memperbaiki gejala pembesaran
Kehamilan
prostat.
Obat kerja sentral mempunyai profil SSP
Golongan lain
yang buruk. Namun, metildopa digunakan
Antihipertensi vasodilator (misalnya
pada
hidralazin, minoksidil) menurunkan tekanan
kehamilan, karena data keamanannnya
darah dengan cara merelaksasi otot polos
sedangkan beta‐blocker digunakan pada
pembuluh darah. Antihipertensi kerj a sentral
trimester ketiga. Labetolol intravena hanya
(misalnya klonidin, metildopa, monoksidin)
digunakan pada keadaan krisis hipertensi.
bekerja pada adrenoseptor alpha‐2 atau
Sediaan nifedipin lepas lambat juga dapat
reseptor lain pada batang otak, menurunkan
digunakan tetapi tidak dilisensi.
aliran simpatetik ke jantung, pembuluh darah
Etnik
dan ginjal, sehingga efek ahirnya menurunkan
Diuretik tiazid dan CCB dihidropiridin lebih
tekanan darah.
efektif daripada beta‐blocker untuk psien Afro‐
Efek samping
Karibia. ACEi dan AIIRA meningkatkan
Antihipertensi vasodilator dapat
resikostroke pada pasien golongan etnik
menyebabkan retensi cairan. Tes fungsi hati
tersebut
harus dipantau selama terapi dengan
sehingga tidak dianjurkan sebagai terapi lini
hidralazin
pertama.
karena ekskresinya melalui hati. Hidralazin
Lanjut usia
juga
Pedoman NICE yang baru mengemukakan
diasosiakan dengan sistemiklupus
bahwa diuretik tiazid atau CCB dihidropiridin
eritematosus.
merupakan terapi lini pertama untuk pasien jam pertama. Tekanan darah harus
lanjut usia. Namun, harus diperhatikan fungsi diturunkanlagi selama 2‐3 hari berikutnya
ginjal selama terapi dengan tiazid karena menggunakankombinasi diuretik, vasodilator
pasienlanjut usia lebih beresiko mengalami dan ACEi, jikadiperlukan.
gangguanginjal. Pasien yang lebih dari 80 Jika terapi intravena diperlukan maka yang
tahun dapatdiberi terapi seperti pasien usia > dianjurkan adalah sodium nitroprusid
55 tahun. ataugliseril trinitrat.
Diabetes Farmasis kardiologi
Pasien diabetes memerlukan kombinasi Sebagai anggota tim multidisiplin, farmasis
antihipertensi untuk dapat mencapai target mempunyai peran penting pada terapi
tekanan darah optimal. ACEi merupaka terapi hiperttensi.
awal pilihan karena dapat mencegah progresi Untuk membantu kesesuaian dan menjamin
ikroalbumiuria ke nefropati. Pasien dengan kepatuhan regimen pengobatan farmasis
nefropati diabet harus mendapat ACEi atau dapat
AIIRA untuk meminimalkan resiko kerusakan memberikan informasi mengenai manfaat dan
ginjal yang lebih lanjut, bahkan jika tekanan efek samping obat sehingga pasien dapat
darahnya normal. mengambil keputusan (informed decision)
Penyakit ginjal menegnai terapi mereka. Informasi ini
ACEi dapat menurunkan atau meliputimengapa obat diperlukan dan rsiko
menghilangkan filtrasi glomerular dan jika tidakmenggunakannya. Secara praktis,
menyebabkan kegagalan ginjal progresif berat. pemberianobat seakkli sehari juga akan
Oleh karena itu dikoktraindikasikan pada memingkatkankepatuhan.
pasienstenosis arteri ginjal bilateral. Namun, Obat lain yang juga dikonsumsi oleh psien
ACEitidak memberikan efek samping pada juga harus diperhitungkan. Penggunaan
fungsiginjal pada pasien dengan stenosis arteri bersama obat golongan NSAID/AINS, pil
ginjalunilateral. CCB dihidropiridin dapat kontrasepsi, glukokortikoid dan
ditambahkan jika diperlukan penurunan simpatomimetikdapat meningkatkan tekanan
tekana darah. Obat‐obatini, beberapa dapat dibeli
darah lebih jauh, sedangkan diuretik tiazid bebas, harus dihindaripada pasien dengan
tidak tekanan darah tinggi.Harus diingat bahwa
efektif. pasien mungkin jugamenderita penyakit
Hipertensi sistolik lain/ko‐morbid. Farmasisdapat memberikan
Hipertensi sistolik saja (isolated systolic nasehat dan me‐reviewpenyakit penyerta
hypertension, ISH) didefinisikan sebagai SBP untuk menjamin bahwaterapi yang diberikan
lebih dari 160 mmHg dengan DBP kurang dari sudah yang paling tepat.Untuk mengurangi
90 mmHg. Pasien dengan ISH mendapat terapi biaya, farmasis juga
yang sama sepeti pasien dengan peningkatan dapat menganjurkan untuk menggunakan
SBP dan DBP karena ISH juga beresiko selaluobat generik jika tersedia.
komplikasi yang sama. Tabel 1 Target tekanan darah untuk terapi
CCB dihidropiridin digunakan sebagai terapi farmakologis
untuk ISH pada pasien lanjut usia, terutama Tekanan darah awal Komplikasi *
jika Tindakan
diuretik tiazid dikontraindikasikan. Sistolik≥220 mmHg
Hipertensi cepat (accelerated Diastolik ≥ 160 mmHg
hypertension) Tidak Segera diterapi
Accelerated hypertension atau hipertensi Sistolik 180‐219 mmHg
yang sangat berat, didefinisikan sebagai DBP Atau
lebih dari 140 mmHg, memerlukan tindakan Diastolik 110‐119 mmHg
medis segera. Beta‐blocker seperti atenolol Tidak Konfirmasi dalam 1‐2 minggu dan jika
atau labetolol atau CCB dihidropiridin keadaan ternyata
diindikasikan untuk kondisi ini. DBP harus bertahan berikan terapi
diturunkan menjadi 100‐110 mmHg selama 24 Sistolik 160‐179 mmHg
Atau diuretik lain, beta blocker atau alpha‐blocker.
Diastolik 100‐109 mmHg Semua obat tersebut harus dititrasi dosisnya
Ya Konfirmasi dalam 1‐2 minggu dan jika seperti yang
keadaan ternyata dianjurkan pada BNF.
bertahan berikan terapi Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008

Sistolik 160‐179 mmHg 7


Atau Gambar 1 Diagram pedoman NICE
Diastolik 100‐109 mmHg penanganan hipertensi
Tidak Berikan nasehat untuk gaya hidup, cek Usia < 55 tahun Usia ≥ 55 tahun atau pasien
lagi tiap minggu berkulit hitam segala usia
dan obati jika keadaan bertahan selama 4‐12 A C atau D
minggu A + C atau A + D
Sistolik 140‐159 mmHg A+C+D
Atau Tambah
Diastolik 90‐99 mmHg Terapi diuretik lebih lanjut
Ya Konfirmasi dalam 12 minggu dan dan jika Atau alpha‐blocker
keadaan Atau beta‐blocker
ternyata bertahan berikan terapi Pertimbangkan untuk mencari
Sistolik 140‐159 mmHg pendapat spesialis
Atau A = ACEi (atau AIIRA jika tidak tahan
Diastolik 90‐99 mmHg ACEi)
Tidak Berikan nasehat untuk gaya hidup, cek C = CCB
lagi tiap bulan. D = diuretik tiazid
Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008
Berikan terapi untuk hipertensi ringan
8
persisten jika resiko
kardiovaskuler 10‐tahun adalah 20%.
* Komplikasi kardiovaskuler, kerusakan organ
target atau diabetes
Tabel 2 Pedoman NICE untuk penanganan
hipertensi
Pedoman terbaru dari NICE untunk
penanganan hipertensi adalah sebagai berikut:
Langkah 1 Untuk pasien hipertensi usia > 55
tahun atau pasien berkulit hitam semua usia,
pilihan
pertama terapi adalah CCB atau diuretik tiazid.
Untuk pasien < 55 tahun, pilihan pertama
terapi adalah
ACEi (atau AIIRA jika tidak tahan terhadap
ACEi)
Langkah 2 Jika diperlukan obat tambahan,
pilihannya adalah penambahan ACEi untuk
CCB atau diuretik
(dan sebaliknya).
Langkah 3 Jika diperlukan kombinasi tiga
obat maka kombinasi yang dianjurkan adalah
ACEi (atau AIIRA),
CCB dan diuretik tiazid.
Langkah 4 Jika diperlukan obat keempat
maka dosis diuretik tiazid dinaikkan, atau
alternatif lain adalah

Anda mungkin juga menyukai