1 blocker Farmakologi Hipertensi (misalnya amlodipin, nifedipin) dan Hipertensi merupakan faktor resiko untuk alphablocker banyak kasus koroner. Namun demikian, (misalnya doksasozin). tekanan darah dapat diturunkan melalui Yang lebih jarang digunakan adalah terapiyang tepat, sehingga menurunkan resiko vasodilator dan antihipertensi kerja sentral strok,kejadian koroner, gagal jantung dan dan ginjal. yang jarang dipakai, guanetidin, yang Patogenesis hipertensi melibatkan diindikasikan untuk keadaan krisis hipertensi. banyakfaktor. Termasuk diantaranya Diuretik tiazid peningkatancardiac output, peningkatan Diuretik tiazid adalah diuretic dengan tahanan perifer,vasokonstriksi dan penurunan potensi menengah yang menurunkan tekanan vasodilatasi.Ginjal juga berperan pada regulasi darah dengan cara menghambat reabsorpsi tekanandarah melalui kontrol sodium dan sodium pada daerah awal tubulus distal ginjal, ekskresi air,dan sekresi renin, yang meningkatkan ekskresi sodium dan volume mempengaruhi tekananvaskular dan urin. ketidakseimbangan elektrolit. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi Mekanisme neuronal seperti sistem saraf langsung pada arteriol, sehingga dapat simpatis dan sistem endokrin juga terlibat mempertahankan efek antihipertensi lebih padaregulasi tekanan darah. Oleh karena itu, lama. Tiazid diabsorpsi baik pada pemberian sistemsistemtersebut merupakan target untuk oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di terapiobat untuk menurunkan tekanan darah. hati. Tekanan darah target. Efek diuretik tiazid terjadi dalam waktu 1‐2 Tekanan darah sistolik (SBP) optimal adalah jam setelah pemberian dan bertahan sampai < 140 mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP) 12‐24 jam, sehingga obat ini cukup diberikan optimal adalah < 85 mmHg. Untuk pasien sekali sehari. dengan penyakit kardiovaskular aterosklerosis Efek antihipertensi terjadi pada dosis , rendah dan peningkatan dosis tidak diabetes atau gagal ginjal kronik target SBP memberikan manfaat pada tekanan darah, menjadi 130 mmHg dan DBP <80 mmHg. walaupun diuresis meningkat pada dosis tinggi. Pedoman untuk memulai terapi farmakologik Efek tiazid pada tubulus ginjal tergantung sepeti yang direkomendasikan pada BNF dapat pada tingkat ekskresinya, oleh karena itu tiazid dilihat pada Tabel 1. kurang bermanfaat untuk pasien dengan Seberapapun tingkat kegawatan hipertensi, gangguan fungsi ginjal. semua pasien harus mendapat Efek samping nasehat/anjuran Peningkatan eksresi urin oleh diuretik tiazid yang berkaitan dengan pengaturan gaya hidup dapat mengakibatkan hipokalemia, untuk menurunkan tekanan darah. Termasuk hiponatriemi, nasehat untuk berhenti merokok, menurunkan dan hipomagnesiemi. Hiperkalsemia berat badan, melakukan olah raga, dapat terjadi karena penurunan ekskresi mengurangi kalsium. Interferensi dengan ekskresi asam asupan alkohol dan diet. urat Golongan obat dapat mengakibatkan hiperurisemia, sehingga Golongan obat antihipertensi yang banyak pewnggunaan tiazid pada pasien gout harus digunakan adalah diuretik tiazid (misalnya hati‐hati. Diuretik tiazid juga dapat bendroflumetiazid), beta‐bloker, (misalnya mengganggu Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008 propanolol, atenolol,) penghambat 2 angiotensin toleransi glukosa (resisten terhadap insulin) converting enzymes (misalnya captopril, yang mengakibatkan peningkatan resiko enalapril), antagonis angiotensin II (misalnya diabetes mellitus tipe 2. Efek samping yang umum lainnya adalah simpatomimetik intrinsic), misalnya hiperlipidemia, menyebabkan peningkatan LDL acebutolol, dan trigliserida dan penurunan HDL. 25% pria bekerja sebagai stimulan‐beta pada saat yang mendapat diuretic tiazid mengalami aktivitas adrenergik minimal (misalnya saat impotensi, tetapi efek ini akan hilang jika tidur) tetapi akan memblok aktivitas beta pada pemberian tiazid dihentikan. saat aktivitas adrenergik meningkat (misalnya Beta-blocker saat berolah raga). Hal ini menguntungkan Beta blocker memblok beta‐adrenoseptor. karena mengurangi bradikardi pada siang hari. Reseptor ini diklasifikasikan menjadi reseptor Beberapa beta‐blocker, misalnya labetolol, beta‐1 dan beta‐2. Reseptor beta‐1 terutama dan terdapat pada jantung sedangkan reseptor carvedilol, juga memblok efek beta‐2 banyak ditemukan di paru‐paru, adrenoseptoralfa pembuluh darah perifer, dan otot lurik. perifer. Obat lain, misalnya celiprolol, Reseptor beta‐2 juga dapat ditemukan di mempunyai efek agonis beta‐2 atau jantung, sedangkan reseptor beta‐1 juga dapat vasodilator. dijumpai pada ginjal. Reseptor beta juga dapat Beta‐blocker diekskresikan lewat hati atau ditemukan di otak. ginjal tergantung sifat kelarutan obat dalam air Stimulasi reseptor beta pada otak dan atau lipid. Obat‐obat yang diekskresikan perifer akan memacu penglepasan melalui hati biasanya harus diberikan neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas beberapa system saraf simpatis. Stimulasi reseptor beta‐ kali dalam sehari sedangkan yang 1 diekskresikan pada nodus sino‐atrial dan miokardiak melalui ginjal biasanya mempunyai waktu meningkatkan heart rate dan kekuatan paruh kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal yang lebih lama sehingga dapat diberikan akan menyebabkan penglepasan rennin, sekali meningkatkan aktivitas system dalam sehari. Beta‐blocker tidak boleh renninangiotensin‐ dihentikan mendadak melainkan harus secara aldosteron. Efek akhirnya adalah bertahap, terutama pada pasien dengan peningkatan cardiac output, peningkatan angina, tahanan perifer dan peningkatan sodium yang karena dapat terjadi fenomena rebound. diperantarai aldosteron dan retensi air. Efek samping Terapi menggunakan beta‐blocker akan Blokade reseptor beta‐2 pada bronkhi dapat mengantagonis semua efek tersebut sehingga mengakibatkan bronkhospasme, bahkan jika terjadi penurunan tekanan darah. digunakan beta‐bloker kardioselektif. Efek Beta‐blocker yang selektif (dikenal juga samping lain adalah bradikardia, gangguan sebagai cardioselective beta‐blockers), kontraktil miokard, dan tanga‐kaki terasa misalnya dingin bisoprolol, bekerja pada reseptor beta‐1, karena vasokonstriksi akibat blokade reseptor tetapi beta‐2 pada otot polos pembuluh darah tidak spesifik untuk reseptor beta‐1 saja oleh perifer. karena itu penggunaannya pada pasien dengan Kesadaran terhadap gejala hipoglikemia riwayat asma dan bronkhospasma harus pada beberapa pasien DM tipe 1 dapat hatihati. berkurang. Hal ini karena beta‐blocker Beta‐blocker yang non‐selektif (misalnya membloksistem saraf simpatis yang propanolol) memblok reseptor beta‐1 dan bertanggung jawabuntuk “memberi beta‐ peringatan“ jika terjadihipoglikemia. 2. Berkurangnya aliran darah Beta‐blocker yang mempunyai aktivitas simpatetik juga menyebabkan rasa malas pada agonis parsial (dikenal sebagai aktivitas pasien. Mimpi buruk kadang dialami, terutama pada penggunaan beta‐blocker yang Banyak jaringan mampu mengkonversi larutlipidseperti propanolol. Impotensi juga angiotensin I menjadi angiotensin II tanpa dapatterjadi. Beta‐blockers non‐selektif melalui ACE. Oleh karena itu memblok sistem jugamenyebabkan peningkatan kadar renin‐angitensin melalui jalur antagonis trigilseridaserum dan penurunan HDL. reseptor AT1 dengan pemberianantagonis Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008 reseptor angiotensin II mungkin bermanfaat. 3 Antagonis reseptor angiotensin II ACE inhibitor (AIIRA)mempunyai banyak kemiripan dengan Angiotensin converting enzyme ACEi, tetapi AIIRA tidak mendegradasi kinin. inhibitor Karena efeknya pada ginjal, ACEi dan AIIRA (ACEi) menghambat secara kompetitif dikontraindikasikan pada stenosis arteri ginjal pembentukan angiotensin II dari prekursor bilateral dan pada stenosis arteri yang berat angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada yang mensuplai ginjal yang hanya berfungsi darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, satu. kelenjar Efek samping ACEi dan AIIRA adrenal dan otak. Sebelum mulai memberikan terapi dengan Angitensin II merupakan vaso‐konstriktor ACEi atau AIIRA fungsi ginjal dan kadar kuat yang memacu penglepasan aldosteron elektrolit dan pasien harus dicek. Monitoring ini harus terus aktivitas simpatis sentral dan perifer. dilakukan selama terapi karena kedua Penghambatan pembentukan angiotensin iI ini golongan akan menurunkan tekanan darah. Jika sistem obat ini dapat mengganggu fungsi ginjal. angiotensin‐renin‐aldosteron teraktivasi Baik ACEi dan AIIRA dapat menyebabkan (misalnya pada keadaan penurunan sodium, hiperkalemia karena menurun‐kan produksi atau pada terapi diuretik) efek antihipertensi aldosteron, sehingga suplementasi kalium dan ACEi akan lebih besar. penggunaan diuretik hemat kalium harus ACE juga bertanggungjawab terhadap dihindari jika pasien mendapat terapiACEI atau degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang AIIRA. mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan Perbedaan anatar ACEi dan AIIRA adalah degradasi ini akan menghasilkan efek batuk kering yang merupakan efek samping antihipertensi yang lebih kuat. yang dijumpai pada 15% pasien yang Beberapa perbedaan pada parameter mendapat farmakokinetik obat ACEi. Captopril cepat terapi ACEi. AIIRA tidak menyebabkan batuk diabsorpsi tetapi mempunyai durasi kerja yang karena tidak mendegaradasi bradikinin. pendek, sehingga bermanfaat untuk Calcium channel blocker menentukan apakah seorang pasien akan Calcium channel blockers (CCB) berespon baik pada pemberian ACEi. Dosis menurunkan influks ion kalsium ke dalam sel pertama ACEii harus diberikan pada malam miokard, sel‐sel dalam sistem konduksi harikarena penurunan tekanan darah jantung, mendadak dan sel‐sel otot polos pembuluh darah. Efek ini mungkin terjadi; efek ini akan meningkat jika akan menurunkan kontraktilitas jantung, pasien mempunyai kadar sodium rendah. menekan pembentukan dan propagasi impuls Antagonis Angiotensin II elektrik dalam jantung dan memacu aktivitas Reseptor angiotensin II ditemukan pada vasodilatasi, interferensi dengan konstriksi pembuluh darah dan target lainnya. otot Disubklasifikasikan menjadi reseptor AT1 dan polos pembuluh darah. Semua hal di atas AT2. Reseptor AT1 memperantarai respon adalah proses yang bergantung pada ion farmakologis angiotensin II, seperti kalsium. vasokonstriksi dan penglepasan aldosteron. Terdapat tiga kelas CCB: dihidropiridin Danoleh karenanya menjadi target untuk (misalnya nifedipin dan amlodipin); terapiobat. Fungsi reseptor AT2 masih belum fenilalkalamin (verapamil) dan benzotiazipin begitujelas. (diltiazem). Dihidropiridin mempunyai sifat vasodilator perifer yang merupakan kerja Minoksidil diasosiasikan dengan hipertrikosis antihipertensinya, sedangkan verapamil dan (hirsutism) sehingga kkurang sesuai untuk diltiazem mempunyai efek kardiak dan pasien wanita. dugunakan untuk menurunkan heart rate dan Obat‐obat kerja sentral tidak spesifik atau mencegah angina. tidak cukup selektif untuk menghindari efek Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008 samping sistem saraf pusat seperti sedasi, 4 mulut kering dan mengantuk, yang sering Semua CCB dimetabolisme di hati. terjadi. Metildopa mempunyai mekanisme Efek samping kerjayang mirip dengan konidin tetapi dapat Pemerahan pada wajah, pusing dan memnyebabkan efek samping pada sistem pembengkakan pergelangan kaki sering imun, termasuk pireksia, hepatitis dan anemia dijumpai, karena efek vasodilatasi CCB hemolitik. dihidropiridin. Nyeri abdomendan mual juga Pemilihan terapi sering terjadi. Update dari NICE dapat dilihat pada Tabel 2. Saluran cerna juga sering terpengaruh oleh Perubahan utama pada pedoman NICE adalah influks ion kalsium, oleh karena itu CCB sering beta‐blocker tidak lagi direkomendasikan mengakibatkan gangguan gastro‐intestinal, sebagai terapi lini pertama pada semua pasien. termasuk konstipasi. Beta blocker kurang efektif mengurangi Alpha-blocker kejadian kardiovaskular mayor, terutama Alpha‐blocker (penghambat adreno‐septor stroke, dibanding antihipertensi lainnya. alfa‐1) memblok adrenoseptor alfa‐1 perifer, Beta‐blocker juga kurang efektif dibanding mengakibatkan efek vasodilatasi karena ACEi atau CCB dihidropiridin untuk mengurangi merelaksaasi otot polos pembuluh darah. resiko diabetes, terutama pada pasien yang Diindikasikan untuk hipertensi yang resisten. mendapat terapi diuretik tiazid. Jika pasien Efek samping yang Alpha‐blocker dapat menyebabkan menggunakan beta‐blocker memerlukan hipotensi postural, yang sering terjadi pada antihipertensi lain, maka pilihan yang lebih pemberian dosis pertama kali. Alpha‐ dianjurkan diberikan adalah ACEi atau CCB, blocker daripada tiazid. bermanfaat untuk pasien laki‐laki lanjut usia Pertimbangan khusus karena memperbaiki gejala pembesaran Kehamilan prostat. Obat kerja sentral mempunyai profil SSP Golongan lain yang buruk. Namun, metildopa digunakan Antihipertensi vasodilator (misalnya pada hidralazin, minoksidil) menurunkan tekanan kehamilan, karena data keamanannnya darah dengan cara merelaksasi otot polos sedangkan beta‐blocker digunakan pada pembuluh darah. Antihipertensi kerj a sentral trimester ketiga. Labetolol intravena hanya (misalnya klonidin, metildopa, monoksidin) digunakan pada keadaan krisis hipertensi. bekerja pada adrenoseptor alpha‐2 atau Sediaan nifedipin lepas lambat juga dapat reseptor lain pada batang otak, menurunkan digunakan tetapi tidak dilisensi. aliran simpatetik ke jantung, pembuluh darah Etnik dan ginjal, sehingga efek ahirnya menurunkan Diuretik tiazid dan CCB dihidropiridin lebih tekanan darah. efektif daripada beta‐blocker untuk psien Afro‐ Efek samping Karibia. ACEi dan AIIRA meningkatkan Antihipertensi vasodilator dapat resikostroke pada pasien golongan etnik menyebabkan retensi cairan. Tes fungsi hati tersebut harus dipantau selama terapi dengan sehingga tidak dianjurkan sebagai terapi lini hidralazin pertama. karena ekskresinya melalui hati. Hidralazin Lanjut usia juga Pedoman NICE yang baru mengemukakan diasosiakan dengan sistemiklupus bahwa diuretik tiazid atau CCB dihidropiridin eritematosus. merupakan terapi lini pertama untuk pasien jam pertama. Tekanan darah harus lanjut usia. Namun, harus diperhatikan fungsi diturunkanlagi selama 2‐3 hari berikutnya ginjal selama terapi dengan tiazid karena menggunakankombinasi diuretik, vasodilator pasienlanjut usia lebih beresiko mengalami dan ACEi, jikadiperlukan. gangguanginjal. Pasien yang lebih dari 80 Jika terapi intravena diperlukan maka yang tahun dapatdiberi terapi seperti pasien usia > dianjurkan adalah sodium nitroprusid 55 tahun. ataugliseril trinitrat. Diabetes Farmasis kardiologi Pasien diabetes memerlukan kombinasi Sebagai anggota tim multidisiplin, farmasis antihipertensi untuk dapat mencapai target mempunyai peran penting pada terapi tekanan darah optimal. ACEi merupaka terapi hiperttensi. awal pilihan karena dapat mencegah progresi Untuk membantu kesesuaian dan menjamin ikroalbumiuria ke nefropati. Pasien dengan kepatuhan regimen pengobatan farmasis nefropati diabet harus mendapat ACEi atau dapat AIIRA untuk meminimalkan resiko kerusakan memberikan informasi mengenai manfaat dan ginjal yang lebih lanjut, bahkan jika tekanan efek samping obat sehingga pasien dapat darahnya normal. mengambil keputusan (informed decision) Penyakit ginjal menegnai terapi mereka. Informasi ini ACEi dapat menurunkan atau meliputimengapa obat diperlukan dan rsiko menghilangkan filtrasi glomerular dan jika tidakmenggunakannya. Secara praktis, menyebabkan kegagalan ginjal progresif berat. pemberianobat seakkli sehari juga akan Oleh karena itu dikoktraindikasikan pada memingkatkankepatuhan. pasienstenosis arteri ginjal bilateral. Namun, Obat lain yang juga dikonsumsi oleh psien ACEitidak memberikan efek samping pada juga harus diperhitungkan. Penggunaan fungsiginjal pada pasien dengan stenosis arteri bersama obat golongan NSAID/AINS, pil ginjalunilateral. CCB dihidropiridin dapat kontrasepsi, glukokortikoid dan ditambahkan jika diperlukan penurunan simpatomimetikdapat meningkatkan tekanan tekana darah. Obat‐obatini, beberapa dapat dibeli darah lebih jauh, sedangkan diuretik tiazid bebas, harus dihindaripada pasien dengan tidak tekanan darah tinggi.Harus diingat bahwa efektif. pasien mungkin jugamenderita penyakit Hipertensi sistolik lain/ko‐morbid. Farmasisdapat memberikan Hipertensi sistolik saja (isolated systolic nasehat dan me‐reviewpenyakit penyerta hypertension, ISH) didefinisikan sebagai SBP untuk menjamin bahwaterapi yang diberikan lebih dari 160 mmHg dengan DBP kurang dari sudah yang paling tepat.Untuk mengurangi 90 mmHg. Pasien dengan ISH mendapat terapi biaya, farmasis juga yang sama sepeti pasien dengan peningkatan dapat menganjurkan untuk menggunakan SBP dan DBP karena ISH juga beresiko selaluobat generik jika tersedia. komplikasi yang sama. Tabel 1 Target tekanan darah untuk terapi CCB dihidropiridin digunakan sebagai terapi farmakologis untuk ISH pada pasien lanjut usia, terutama Tekanan darah awal Komplikasi * jika Tindakan diuretik tiazid dikontraindikasikan. Sistolik≥220 mmHg Hipertensi cepat (accelerated Diastolik ≥ 160 mmHg hypertension) Tidak Segera diterapi Accelerated hypertension atau hipertensi Sistolik 180‐219 mmHg yang sangat berat, didefinisikan sebagai DBP Atau lebih dari 140 mmHg, memerlukan tindakan Diastolik 110‐119 mmHg medis segera. Beta‐blocker seperti atenolol Tidak Konfirmasi dalam 1‐2 minggu dan jika atau labetolol atau CCB dihidropiridin keadaan ternyata diindikasikan untuk kondisi ini. DBP harus bertahan berikan terapi diturunkan menjadi 100‐110 mmHg selama 24 Sistolik 160‐179 mmHg Atau diuretik lain, beta blocker atau alpha‐blocker. Diastolik 100‐109 mmHg Semua obat tersebut harus dititrasi dosisnya Ya Konfirmasi dalam 1‐2 minggu dan jika seperti yang keadaan ternyata dianjurkan pada BNF. bertahan berikan terapi Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008
Sistolik 160‐179 mmHg 7
Atau Gambar 1 Diagram pedoman NICE Diastolik 100‐109 mmHg penanganan hipertensi Tidak Berikan nasehat untuk gaya hidup, cek Usia < 55 tahun Usia ≥ 55 tahun atau pasien lagi tiap minggu berkulit hitam segala usia dan obati jika keadaan bertahan selama 4‐12 A C atau D minggu A + C atau A + D Sistolik 140‐159 mmHg A+C+D Atau Tambah Diastolik 90‐99 mmHg Terapi diuretik lebih lanjut Ya Konfirmasi dalam 12 minggu dan dan jika Atau alpha‐blocker keadaan Atau beta‐blocker ternyata bertahan berikan terapi Pertimbangkan untuk mencari Sistolik 140‐159 mmHg pendapat spesialis Atau A = ACEi (atau AIIRA jika tidak tahan Diastolik 90‐99 mmHg ACEi) Tidak Berikan nasehat untuk gaya hidup, cek C = CCB lagi tiap bulan. D = diuretik tiazid Beth Gormer, 2007, terj. Diana Lyrawati, 2008 Berikan terapi untuk hipertensi ringan 8 persisten jika resiko kardiovaskuler 10‐tahun adalah 20%. * Komplikasi kardiovaskuler, kerusakan organ target atau diabetes Tabel 2 Pedoman NICE untuk penanganan hipertensi Pedoman terbaru dari NICE untunk penanganan hipertensi adalah sebagai berikut: Langkah 1 Untuk pasien hipertensi usia > 55 tahun atau pasien berkulit hitam semua usia, pilihan pertama terapi adalah CCB atau diuretik tiazid. Untuk pasien < 55 tahun, pilihan pertama terapi adalah ACEi (atau AIIRA jika tidak tahan terhadap ACEi) Langkah 2 Jika diperlukan obat tambahan, pilihannya adalah penambahan ACEi untuk CCB atau diuretik (dan sebaliknya). Langkah 3 Jika diperlukan kombinasi tiga obat maka kombinasi yang dianjurkan adalah ACEi (atau AIIRA), CCB dan diuretik tiazid. Langkah 4 Jika diperlukan obat keempat maka dosis diuretik tiazid dinaikkan, atau alternatif lain adalah