Anda di halaman 1dari 31

HIPERTENSI

MEDICAL PEGADAIAN SEMARANG


DEFINISI HIPERTENSI

• Hipertensi didefinisikan dengan meningkatnya tekanan darah


yang persisten.

• Hipertensi adalah peningkatan tekanan arteri yang abnormal


dan menetap serta dapat mengakibatkan fatal kalau tidak
diobati
TIPE HIPERTENSI BERDASAR PENYEBAB

1. Hipertensi Primer / Esensial / Idiopatik :


• penyebab pasti tidak diketahui, meliputi 95 % kasus
2. Hipertensi Sekunder : penyebab diketahui (teridentifikasi)
• meliputi 5 % kasus yang terdiri dari :
• Penyakit (ginjal kronis, hiperaldosteronisme)
• Obat (kortikosterois, esterogen (pil KB), NSAID,
fenilpropanolamin, siklosporin dan takrolimus,
eritropoetin, antidepresan)
KLASIFIKASI HIPERTENSI
ALUR PENEGAKAN DIAGNOSIS
KRISIS HIPERTENSI

• HIPERTENSI URGENSI
• HIPERTENSI EMERGENSI : HIPERTENSI DERAJAT 3
(Sistol lebih dari 180, Diastol lebih dari 110) dengan bukti
klinis keterlibatan organ target
GEJALA

• Sakit Kepala
• Gangguan Penglihatan
• Nyeri dada
• Sesak napas
• Pusing kepala
• Gejala defisit neurologis
PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi:
• Penurunanan mortalitas dan morbiditas yg berhubungan
dengan kerusakan organ target (mis: kejadian kardiovaskular
atau serebrovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal)
Target TD:
• Normal : < 140/90 mmHg
• Pasien diabetes: < 130/80 mmHg
• Pasien ginjal kronis: < 130/80 mmHg
INDIKASI TERAPI

• Hipertensi derajat 1 -> Sarankan pola hidup sehat 4-6 bulan


• Hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan
darah setelah -> 6 bulan setelah merubah pola hidup
• Hipertensi derajat >2
PENATALAKSANAAN : NON-
FARMAKOLOGIS

1. Penurunan berat badan bagi overweight


2. DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) Diet kaya
dengan buah, sayur, produk susu rendah lemak
3. Diet rendah natrium (maks 2gr/hari)
4. Aktivitas fisik 30-60 menit/hari, minimal 3 hari sekali
5. Kurangi konsumsi alkohol
6. Berhenti merokok
PENATALAKSANAAN : FARMAKOLOGI

• Berikan obat dosis tunggal


• Obat generik (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi
biaya
• Berikan obat pada pasien usia lanjut (diatas usia 80 tahun)
seperti pada usia 55-80 tahun
• Hindari kombinasi ACE-I dengan ARBs
ALUR PENATALAKSANAAN
TERAPI FARMAKOLOGI
• Diuretik
1. Diuretika lengkung henle: furosemida, bumetanida, etakrinat
2. Diuretik thiazida: HCT, klopamida, klortalidon
3. Diuretik hemat kalium: spironolakton
4. Diuretik osmosis: manitol dan sorbitol
ACEI

Mekanisme kerja
• Merintangi enzim ACE yg mengubah AT I menjadi AT II
• ACEI juga mencegah degradasi bradikinin dan prostaglandin
yg seharusnya di rombak oleh ACE -> terjadi akumulasi di
saluran napas dan paru-paru -> batuk
ACEI

• Senyawa ACEI yg terpenting: kaptopril, benazepril, delapril,


enalaptil maleat, fosinopril, lisinopril, perindopril, kuinapril
• Kontraindikasi untuk ibu hamil karena menimbulkan masalah
neonatal, termasuk gagal ginjal dan kematian janin. Hal ini
dilaporkan untuk ibu hamil trimester kedua dan ketiga
ARB

Mekanisme kerja
• Menduduki reseptor AT II yg terdapat di myokard, dinding
pembuluh, susunan syaraf pusat, ginjal, anak ginjal dan hati.
Dimana reseptor AT II mempunyai efek vasokontriksi,
pelepasan aldosteron, pelepasan hormon antidiuretik.
• Tidak seperti ACEI, ARB tidak mencegah pemecahan bradikin
-> tdk memberikan efek samping batuk
ARB

• ARB tidak boleh digunakan pada ibu hamil


• Senyawa ARB terpenting: losartan, valsartan, irbesartan,
candesartan, telmisartan
BETA BLOKER

Reseptor β terdapat 2:
• Reseptor β1 terdapat di jantung. Blokade reseptor ini akan
mengakibatkan pelemahan daya kontraksi (efek ionotropik
negatif, penurunan frekuensi jantung (efek kronotropik
negatif, bradikardi)
• Reseptor β2 terdapat di paru-paru, pembuluh darah perifer dan
usus. Blokade reseptor ini menimbulkan penciutan bronchia
dan vasokontriksi perifer.
BETA BLOCKER

Sifat-sifat khusus beta bloker:


• Kardioselektivitas, yakni menghambat terutama reseptor β1
dengann penurunan TD tanpa penciutan bronchia dan
pembuluh perifer. Obat-obat kardioselektif seperti atenolol,
betaxolo, bisoprolol, metoprolol
• Efek adrenergik intrinsik (Intrinsic Sympathicomimetic
Activity), fungsi jantung kurang diperlemah, daya kontraksi
kurang ditekan, sirkulasi perifer relatif lebih baik
BETA BLOCKER

• Penghentian terapi dengan β bloker yg cepat dapat


menyebabkan tidak stabil, infark miokard, takikardi, sekresi
keringat, depresi.
CALCIUM CHANNEL BLOCKER

Mekanisme kerja
• Menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan
menghambat saluran kalsium yg sensitif terhadap tegangan
(voltage sensitive), sehingga mengurangi masuknya kalsium
ekstraseluler ke dalam sel.
• Relaksasi otot polos vaskuler menyebabkan vasodilatasi dan
berhubungan dengan reduksi tekanan darah
CCB
Penggolongan CCB;
• Derivat dihidropiridin: efek vasodilatasinya amat kuat. Yg
termasuk dalam derivat dihidropiridin yaitu nifedifin,
amlodipin, nicardifin, nimodipin.
• Non dihidropiridin: verapamil, diltiazem. Verapamil bekerja
terhadap jantung (menurunkan frekuensi dan daya kontraksi)
dan terhadap sistem pembuluh (vasodilatasi). Diltiazem
kerjanya sama dengan verapamil, tetapi efek ionotrop
negatifnya lebih ringan.
PENGHAMBAT Α1

• Contoh: prasozin, terasozin, dexasozin


• Mekanisme kerja: menginhibisi katekolamin pada sel otot
polod vaskular perifer yg memberikan efek vasodilatasi.
ANTAGONIS Α2

• Contoh: clonidine, guanabenz, guanfacine, dan metildopa


• Mekanisme kerja: menurunkan tekanan darah pada umumnya
dengan cara menstimulasi reseptor α2 adrenergik di otak,
penurunann denyut jantung, curah jantung, resistensi perifer
total, aktivitas renin plasma.
• Penghentian mendadak dapat menimbulkan hipertensi balik
NITRAT

• Contoh: gliseril trinitrat, isosorbid dinitrat, isosorbit


mononitrat, nitroglycerin, erythrityl tetranitrate,
• Mekanisme kerja: Nitrat oksida mengaktifkan otot polos larut
guanylyl cyclase ( GC ) untuk membentuk cGMP .
Peningkatan intraseluler cGMP menghambat masuknya
kalsium ke dalam sel , sehingga mengurangi konsentrasi
kalsium intraseluler dan menyebabkan relaksasi otot polos
KENDALA PENGOBATAN PASIEN HT

1. Obat diminum kalau perlu (tidak rutin)


2. Setelah tensi normal, obat dihentikan

3. Takut minum obat terus menerus karena takut terkena ginjalnya

4. Beralih ke obat alternatif, menghindari obat kimiawi

5. Minum obat tidak sesuai aturan dalam rangka penghematan

6. Minum obat tidak sesuai aturan oleh karena gejala belum hilang

7. Menentukan diagnosis sendiri, mengobati sendiri tanpa


konsultasi dokter
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai