Anda di halaman 1dari 37

Farmakoterapi

hipertensi
Yohana Ika Chrisanti S. Farm., Apt.
definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah arteri secara
persisten
Diagnosa hipertensi ditegakkan dari
pengukuran berulang tekanan darah dan
diperoleh hasil tekanan darah yang tinggi
(> 140/90 mmHg)
ETIOLOGI
Hipertensi primer / esensial
90% dari kasus hipertensi
Penyebab tidak diketahui
Tidak dapat disembuhkan hanya dapat
dikontrol
Faktor genetik memegang peranan penting
pada hipertensi esensial
ETIOLOGI
Hipertensi sekunder
< 10% kasus hipertensi
Disebabkan penyakit komorbid atau obat,
seperti:
oPenyakit penyerta: Gagal Ginjal Kronis,
Gangguan tiroid & paratiroid, dll
oObat: Steroid, dekongestan, AINS, dll
oSubstansi makanan: Natrium, etanol
patofisiologi
Tekanan darah arteri
Tekanan darah sistolik: nilai puncak yang
dicapai selama kontraksi jantung
Tekanan darah diastolik: nilai yang dicapai
setelah kontraksi, menggambarkan nilai
terendah
Pada kondisi normal mengikuti ritme
sirkardian yaitu tekanan darah terendah saat
tidur, kemudian peningkatan tekanan darah
dimulai setelah bangun tidur dan mencapai
puncak pada pagi menjelang siang.
Mekanisme humoral
patofisiologi
Regulasi neural
Stimulasi reseptor presinaptik (
2
)
menghabat pelepasan norephineprine
Stimulasi reseptor presinaptik
memfasilitasi pelepasan norephineprine
Stimulasi postsinaptik (
1
) vasokontriksi
Stimulasi reseptor
1
postsinaptik
meningkatkan heart rate dan kontraktilitas
Stimulasi reseptor
2
postsinaptik
vasodilatasi
Klasifikasi
Klasifikasi
Tekanan darah
sistolik (mmHg)
Tekanan darah
diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 139 80 89
Hipertensi stage 1 140 159 90 99
Hipertensi stage 2 > 160 > 100
Klasifikasi
Krisis Hipertensi
Peningkatan tekanan darah yang sangat tinggi,
biasanya lebih dari 180/120 mmHg:
Hipertensive Emergency
Peningkatan tekanan darah secara ekstrim
dengan adanya proses kerusakan organ target
Hipertensive Urgency
Peningkatan tekanan darah secara ekstrim
tanpa adanya proses kerusakan organ target

Faktor resiko
Usia (55 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun
untuk wanita)
Diabetes mellitus
Dislipidemia (peningkatan LDL, Total kolesterol
dan trigliserida, serta rendahnya nilai HDL)
Mikroalbuminuria
Riwayat keluarga penyakit kardiovaskuler
Obesitas(body mass index 30 kg/m2)
Tidak ada aktivitas fisik
Merokok
target organ damage
Kerusakan organ target adalah komplikasi yang
muncul dari hipertensi
Otak : Stroke, Transient ischemic attack
Mata : Retinopati
Jantung : LVH, Angina, MI, Heartfailure
Ginjal : Chronic Kidney Disease
Perifer : Peripheral Arterial Disease
Tujuan terapi
Menurunkan tekanan darah sampai tidak
mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung
maupun kualitas hidup serta mencegah
mortalitas dan morbiditas
Target terapi
Kelompok pasien Target terapi
Pasien tanpa penyakit
penyerta
< 140/90 mmHg
Pasien dengan DM, CKD < 130/80 mmHg
Pasien dengan Coronary
Artery Disease (Angina, MI),
Stroke iskemik, TIA, PAD
< 130/80 mmHg
Pasien dengan disfungsi
ventrikel kiri / gagal jantung
< 120/80 mmHg
Terapi non-farmakologi
Modifikasi gaya
hidup
Rekomendasi
Penurunan TD
sistolik (mmHg)
Penurunan berat
badan
Menjaga berat badan
norma ( BMI 18,5-24,9)
5-20/10 kg
penurunan BB
Pola makan
DASH
Konsumsi buah, sayur dan
produk yang rendah lemak
8-14
Mengurangi
konsumsi natrium
Mengurangi konsumsi
natrium 1,5 gr/hari
2-8
Aktivitas fisik
Aktivitas fisik minimal 30
menit per hari
4-9
Mengurangi
konsumsi alkohol
Membatasi komsumsi
alkohol
2-4
Terapi
farmakologi
Penggolongan
Diuretik
ACE Inhibitor
ARB
Beta Blocker
Calcium Chanel
Blocker
Alpha 1 blocker
Central alpha 2
agonis
Vasodiator

DIURETIK
1. Tiazid
Merupakan diuretik pilihan pada terapi hipertensi
Mekanisme Aksi : Menghambat reabsorbsi air dan NaCl
di tubulus distal ginjal
Contoh : Hidroklorotiazid, Klortalidon, Indapamide
2.Loop diuretik
Lebih poten menyebabkan diuresis, dipilih untuk
mengatasi edea dan terapi hipertensi pada pasien CKD
Mekanisme Aksi: Menghambat reabsorbsi NaCl dan air
di lengkung Henle asenden
Contoh : Furosemid

3. Diuretik hemat kalium
Merupakan diuretik yang lemah, digunakan sebagai
kombinasi dengan diuretik lain untuk mencegah
hipokalemia
Mekanisme Aksi: Menurunkan reabsorpsi Na
+
(ekskresi
Na
+
dan sekresi K
+
)
Contoh : Amiloride
4. Antagonis Aldosteron
~ diuretik hemat kalium
Contoh: Spironolacton
Efek samping:
Hipokalemia, hipomagneseia, hiperkalemia
Hiperurisemia
Hiperglikemia, dislipidemia
Sistem Renin-Angiotensin
ACE INHIBITOR
Mekanisme Obat ACE Inhibitor :
Menghambat kerja ACE sehingga Angiotensin I tidak
dapat diubah menjadi Angiotensin II penurunan
sekresi aldosteron dan reabsorbsi air & Na
Vasodilatasi
Menghambat degradasi bradikinin menjadi peptida
aktif
Bradikinin berperan menyebabkan vasodilatasi
Bila tidak terdegradasi menyebabkan batuk
kering
Efek samping : hiperkalemia, GGA, angioedema, batuk
Contoh : Captopril , Lisinopril, Enalapril, Ramipril
ARB (Angiotensin reseptor blocker)
ARB menghabat Angiotensin II dari semua jalur
Mekanisme Aksi :
Berikatan dengan reseptor Angiotensin II tipe 1 (AT1)
sehingga Angiotensin II tidak dapat lagi berikatan
dengan reseptor AT1 Vasodilatasi
Tidak melibatkan Bradykinin Batuk kering
Efek samping: setara dengan ACE Inhibitor
Kombinasi ARB dengan ACE inhibitor tidak
memberikan manfaat namun meningkatkan ESO
Contoh : Valsartan ,Candesartan, Losartan , Irbesartan,
Olmesartan

CCB (CALCIUM CHANEL BLOCKER)
Mekanisme Aksi :
Menghambat Ca
2+
ekstrasel masuk ke intrasel elalui ebran
sel relaksasi otot polos vasodilatasi TD
Subkelas:
1. Non dihidropiridin
Efek pada jantung menurunkan HR dan konduksivitas
Hindari penggunaan bersama beta bloker heart block
Contoh : Verapamil ,Diltiazem
2. Dihidropiridin
Efek pada jantung minimal efek vasodilatasi perifer
Contoh : Amlodipin, Nifedipin, Nicardipin
Reseptor beta Adrenergik
Reseptor Beta 1
Berada di jantung dan ginjal
Aktivasi reseptor beta 1 mengakibatkan
meningkatkan kecepatan dan kekuatan kontraksi
jantung, meningkatkan pelepasan renin
Reseptor Beta 2
Berada di paru-paru, liver, pankreas, otot polos
Aktivasi reseptor beta 2 mengakibatkan vasodilatasi,
bronkodilatasi, relaksasi uterus, penurunan motilitas
GI, meningkatkan sekresi insulin dan glycogenolisis
Beta bloker
Beta bloker tidak digunakan sebagai terapi awal lini
pertama karena tidak ada bukti menunjukkan
penurunan resiko CV event
Mekanisme Aksi :
Berikatan dengan reseptor beta adrenergik sehingga
tidak dapat diaktivasi kontraktilitas jantung
Curah jantung TD
Beta bloker bersifat sangat lipofilik sehingga dapat
menebus SSP dapat digunakan sebagai terapi pada
tirotoxicosis, tremor, pencegahan migrain (Propranolol
adalah agen dengan lipofilisitas tertinggi)
Dosis inisial tinggi dapat menyebabkan gagal jantung
Beta bloker
Jenis Beta Bloker
1. Non selektif :
Menghambat reseptor Beta 1 dan Beta 2
Bronkospasme
Contoh: Propranolol, Karvedilol , Labetalol
2. Selektif :
Menghambat hanya pada reseptor Beta 1
Lebih aman pada pasien asma dan DM
Contoh: Asebutolol, Atenolol, Bisoprolol,
Metoprolol
Alpha 1 blocker
Mekanisme aksi:
Menghambat reseptor alpha 1 di pembuluh darah
terhadap efek vasokontriksi dari epinephrine dan
norephineprine dilatasi arteriol dan vena
menurunkan resistensi perifer
Menghambat reseptor alpha 1 di kapsul prostat relaksasi
vasodilatasi terapi pada BPH
Efek samping: hipotensi orthostatik
Hindari pada pasien lansia
Berikan pada malam hari sebelum tidur
Contoh : Doxazosin, Prazosin, Terazosin


Central alpha 2 agonis
Mekanisme aksi:
Menstimulasi reseptor alpha 2 adrenergik di otak
menurunkan simpatetik dari pusat vasomotor di otak
diikuti peningkatan aktivitas parasimpatik
penurunan frekuensi heart rate
Efek samping: hipotensi orthostatik tinggi hindari pada
pasien lansia
Contoh : Clonidine, Methyldopa, Reserpin

vasodilator
Mekanisme :
Meningkatkan diameter vaskuler baik sistem arteri
atau vena melalui mekanisme relaksasi langsung
pada otot polos vaskuler

Contoh : Hydralazine, Minoxidil
terapi krisis hipertensi
Hipertensi Urgency
Pemberian akut antihipertensi short acting oral (Captopril,
Clonidin, Labetalol) diikuti observasi selama beberapa jam
terhadap penurunan tekanan darah
Hipertensi Emergency
Mebutuhkan terapi parenteral, paling tidak untuk terapi
awal
Tujuan terapi: tekanan darah tidak lebih rendah dari
140/90 Hg. Bila tekanan darah turun terlalu cepat dapat
menyebabkan iskmeik atau infark
Jika pasien dapat menoleransi terapi yang diberikan
penurunan secara bertahap dapat dilakukan setelah 24-48
jam
Nitropruside adalah agen pilihan pada sebagian besar
kasus kecuali pada pasien dengan CKD
Monitoring
Perkembangan penyakit
Monitoring tanda dan gejala terjadinya kerusakan organ
target
Efikasi
Monitoring tekanan darah
Monitor 2-4 minggu setelah terapi dimulai atau mengganti
terapi.
Bila target tercapai monitor tiap 3-6 bulan
Toksisitas
Monitor ESO, parameter laboratorium (BUN, SCr, Serum
elektrolit)
Monitor 2-4 minggu setelah terapi dimulai atau mengganti
terapi.
Bila pasien stabil monitor tiap 6-12 bulan
Kepatuhan

studi kasus
Bapak ART berusia 45 tahun dengan berat badan 80 kg,
seorang perokok yang bisa menghabiskan 4-6 batang rokok
perhari, mengeluh adanya rasa sakit pada kaki. Sebelumnya
bapak ART telah mendapatkan terapi antihipertensi selama 2
tahun dengan Hidrochlorthiazide 12,5 mg 1x sehari.

Hasil Pemeriksaan Laboratorium beliau :
TD : 150/90 mmHg
HR : 70x per menit
Kolesterol : 150 mg/dl Normal 110-200 mg/dl
Trigliserida : 100 mg/dl Normal 30-160 mg/dl
GDN : 100 mg/dl Normal 70-110 mg/dl
Kreatinin : 1,72 mg/dl Normal 0,5-1,5 mg/dl
Asam urat : 11 mg/dl Normal 3,5-8,5 mg/dl

Diagnosa : Hipertensi Grade I

Anda mungkin juga menyukai