Anda di halaman 1dari 26

OBAT SISTEM KARDIOVASKULER

A. Kardiovaskuler
Obat kardiovaskuler merupakan kelompok obat yang mempengaruhi &
memperbaiki sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah ) secara
langsung ataupun tidak langsung. Jantung dan pembuluh darah merupakan
organ tubuh yang mengatur peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan
sisa metabolisme jaringan dapat terangkut dengan baik. Jantung sebagai organ
pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai penyalur darah ke
jaringan. Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui
nodus SA, nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye. Pembuluh darah juga
dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf simpatis dan parasimpatis.
Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada
sistem kardiovaskuler. Sebagai salah satu dari tim medis perawat seyogyanya
telah paham betul akan pemanfaatan obat yang bertujuan memberikan manfaat
maksimal dengan tujuan minimal.

B. Macam-macam Obat kardiovaskuler Ada beberapa jenis obat pada sistem


kardiovaskuler yaitu
1. Obat Anti angina
2. Obat Anti aritmia
3. Obat Glikosida
4. Obat Anti hipertensi
5. anti hipotensi
6. anti pembekuan darah (koagulansia)
7. anti pendarahan (hemostatis)

1. ANTIANGINA

Angina pektoris adalah nyeri dada hebat yang terjadi ketika aliran darah koroner
tidak cukup memberikan oksigen yang dibutuhkan oleh jantung dan ini disebut
sebagai Iskemia jaringan dimana obat-obat vasilisator dapat digunakan. Anti
angina adalah obat untuk ketidak seimbangan antara permintaan (demand) dan
penyediaan (supply) oksigen pada salah satu bagian jantung (angina pectoris).
Angina pektoris pertama kali dijelaskan sebagai suatu penyakit klinik tersendiri
oleh Wiliam Heberden di akhir pertengahan abad ke 18. Pada pertengahan kedua
abad ke 19 ditemukan bahwa amil nitrit memberikan penyembuhan yang
sementara. Tetapi pengobatan yang efektif terhadap serangan akut angina pektoris
baru mungkin setelah diperkenalkan nitrogliserin pada tahun 1879. Selanjutnya
banyak vasolidator lain ,(misalnya : teofilin,papaverin) Diperkenalkan untuk
pengobatan angina. Namun ketika di uji klinik bersama ganda,ditemukan bahwa
obat-obat nonnitrat tersebut ternyata tidak lebih baik daripada plasebo. Ada
beberapa penyebab angina antara lain (1) Kebutuhan O2 meningkat → exercise
berlebihan; dan (2) Penyediaan O2 menurun → sumbatan vaskuler.

Cara kerja Anti angina:

o Menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan kerjanya


→ (penyekat reseptor beta)

o Melebarkan pembuluh darah koroner → memperlancar aliran darah


(vasodilator)

o Kombinasi keduanya

Obat Antiangina:

o Nitrat organic

o Beta bloker

o Calsium antagonis

a. Nitrat organic
Farmakodinamik:
o Dilatasi pembuluh darah → dapat menyebabkan hipotensi → sinkop
o Relaksasi otot polos → nitrat organik membentuk NO → menstimulasi
guanilat siklase →kadar siklik-GMP meningkat → relaksasi otot polos
(vasodilatasi)
o Menghilangkan nyeri dada → bukan disebabkan vasodilatasi, tetapi karena
menurunya kerja jantung.

Pada dosis tinggi dan pemberian cepat → venodilatasi dan dilatasi arteriole perifer
→ tekanan sistol dan diastol menurun, curah jantung menurun dan frekuensi
jantung meningkat (takikardi). Efek hipotensi terutama pada posisi berdiri →
karena semakin banyak darah yang menggumpul di vena → curah darah jantung
menurun. Menurunya kerja jantung akibat efek dilatasi pembuluh darah sistemik
→ penurunan aliran darah balik ke jantung. Nitrovasodilator menimbulkan
relaksasi pada hampir semua otot polos yaitu bronkus, saluran empedu, cerna,
tetapi efeknya sekilas → tidak digunakan di klinik

Farmakokinetik

 Metabolisme nitrat organik terjadi di hati


 Kadar puncak 4 menit setelah pemberian sublingual
 Ekskresi sebagian besar lewat ginjal

Sediaan dan Posologi

 Untuk serangan, baik digunakan sediaan sublingual: isosorbit dinitrat 30%:


2,5 – 10 mg dan nitrogliserin 38%: 0,15 – 0,6 mg
 Untuk pencegahan digunakan sediaan per oral: kadar puncak 60 – 90 menit,
lama kerja 3 – 6 jam
 Par enteral (IV) baik digunakan untuk vasospasme koroner dan angina
pectoris tidak stabil, angina akut dan gagal jantung kongestif
 Salep untuk profilaksis: puncak 60 menit, lama kerja 4 – 8 jam
 Nitrat kerja singkat (serangan akut)
o Sediaan sublingual (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil
tetranitrat)
o Amil nitrit inhalasi
 Nitrat kerja lama:
o Sediaan oral (nitrogliserin, isosorbit dinitrat, eritritil tetranitrat,
penta eritritol tetranitrat)
o Nitrogliserin topikal (salep 2%, transdermal)
o Nitrogliserin transmucosal/buccal
o Nitrogliserin invus intravena

Efek samping: sakit kepala, hipotensi, meningkatnya daerah ischaemia

Indikasi:
o Angina pectoris
o Gagal jantung kongestif
o Infark jantung
b. Beta Blocker
Beta bloker adalah obat yang memblok reseptor beta dan tidak mempengaruhi
reseptor alfa. Beta Bloker menghambat pengaruh epineprin → frekuensi denyut
jantung menurun. Beta bloker → meningkatkan supply O2 miokard → perfusi
subendokard meningkat.
Farmakodinamik
 Beta bloker menghambat efek obat adrenergik, baik NE dan epi endogen
maupun obat adrenergik eksogen
 Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar
terhadap reseptor beta-1 daripada beta-2
 Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol dan
labetolol mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) → efek
anastesik local
 Kardiovaskuler: mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard
 Menurunkan tekanan darah
 Antiaritmia: mengurangi denyut dan aktivitas fokus ektopik
 Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2)
 Efek bronkospasme (hati2 pada asma)
 Menghambat glikogenolisis di hati
 Menghambat aktivasi enzim lipase
 Menghambat sekresi renin → antihipertensi

Farmakokinetik
 Beta bloker larut lemak (propanolol, alprenolol, oksprenolol, labetalol dan
metoprolol) diabsorbsi baik (90%)
 Beta bloker larut air (sotolol, nadolol, atenolol) kurang baik absorbsinya
 Kardioselektif: asebutolol, metoprolol, atenolol, bisoprolol
 Non kardioselektif: propanolol, timolol, nadolol, pindolol, oksprenolol,
alprenolol

Contoh Obat :
1. Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg
2. Alprenolol: tab 50 mg
3. Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg
4. Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg
5. Bisoprolol: tab 5 mg
6. Asebutolol: kap 200 mg dan tab 400 mg
7. Pindolol: tab 5 dan 10 mg
8. Nadolol: tab 40 dan 80 mg
9. Atenolol: tab 50 dan 100 mg

Efek Samping

 Akibat efek farmakologisnya: bradikardi, blok AV, gagal jantung,


bronkospasme
 Sal cerna: mual, muntah, diare, konstipasi
 Sentral: mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing, depresi
 Alergi; rash, demam dan purpura

Dosis lebih: hipotensi, bradikardi, kejang, depresi

Indikasi: angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard, kardiomiopati


obstruktif hipertropik, feokromositoma (takikardi dan aritmia akibat tumor),
tirotoksikosis, migren, glaukoma, ansietas

Kontra indikasi: Penyakit Paru Obstruktif, Diabetes Militus (hipoglikemia),


Penyakit Vaskuler, Disfungsi Jantung

2. ANTIARITMIA

Aritmia jantung adalah masalah yang sering terjadi dalam praktik klinis, yang
timbul hingga 25% dari pasien yang diobati dengan digitalis, 50% dari pasien-
pasien yang dianestesi, dan lebiuh dari 80% pasien dengan infarktus miokardium
akut. Beberapa aritmia dapat memicu ganguan irama jantng yang lebih serius atau
bahkan gangguan irama yang mematikan misalnya, depolarisasi ventrikuler
premature yang dini dapat memicu timbulnya fibrilasi ventrikuler. Pada pasien
tersebut obat antiaritmia diduga dapat menyelamatkan kehidupan. Sebaliknya
resiko penggunaan obat aritmia (secara paradoksal) dapt memicu timbulnya aritmia
yang lebih fatal.
Mekanisme Kerja:

Aritmia disebabkan karena aktivitas pacu jantung yang abnormal atu penyebaran
impuls abnormal. Pengobatan aritmia bertujuan mengurangi aktivitas pacu jantung
ektopik dan memperbaiki hantaran atau pada sirkuit reentry yang membandel ke
pergerakan melingkar yang melumpuhkan.

Mekanisme utama untuk mencapai tujuan adalah :

o Hambatan saluran natrium.


o Hambatan efek otonom simpatis pada jantung
o Perpanjangan periode refrakter yang efektif
o Hambatan pada saluran kalsium.

Obat anti aritmia menurunkan otomatisitas pacu jantung ektropik lebih


daripada nodus sinoatrial. Hal ini terutama dicapai dengan menghambat secara
selektif saluran natrium atau saluran kalsium daripada sel yang didepolarisasi.
Obat penghambat saluran yang berguna untuk pengobatan mempunyai afinitas
tinggi untuk saluran aktif (yaitu selama fase 0) atau saluran inaktif (selama fase
2) tetapi afinitasnya sangat rendah untuk saluran lainnya. Karena itu, obat ini
menghambat aktifitas listrik apabila ada takikardia yang cepat (banyak saluran
aktif dan tidak aktif per satuan waktu) atau ada potensial istirahat hilang secara
bermakna (banyak saluran tidak aktif selama istirahat). Kerja tersebut sering
digambarkan sebagai “ use dependent atau state dependent “ yaitu saluran yang
sering digunakan atau dalam status inaktif,yang lebuh mudah dihambat. Saluran
dalam sel normal yang dihambat oleh obat selama siklus normal aktif atau tidak
aktif akan segera melepaskan obat dari reseptor selama bagian siklus istirahat.
Saluran dalam otot jantung yang didepolarisasi secara kronis (yaitu mempunyai
potensial istirahat lebih positif dari pada -75 MV ) akan pulih dari hambatan
secara sangat lambat . Pada aritmia reentry, yang tergantung pada hantaran
yang tertekan secara kritis, kebanyakan obat antiaritmia memperlambat
hantaran lebih lanjut melalui satu atu kedua mekanisme

3. GLIKOSIDA

Glikosida jantung (derivat digitalis dan obat sejenisnya) terdiri atas senyawa
steroid yang dapat meningkatkan curah jantung. Juga mempunyai efek terhadap
otot polos dan jaringan lainnya. Efek terapi utama pada gagal jantung kongestif
adalah peningkatan kontraktilitas jantung (efek inotropik positif) yang
memperbaiki ketidak seimbangan karena kegagalan tersebut. Sekalipun
demikian masih ada sejumlah keraguan evektivitas jangka panjang glikosida
jantung pada pasien gagal jantung. Telah ada kesepakatan umum bahwa
glikosida yang lazim digunakan mempunyai batas keamanan yang sempit dan
diperlukan senyawa yang kurang toksik dengan efek inotropik positif.

Glikosida Jantung

 Digitalis berasal dari daun Digitalis purpurea


 Digitalis adalah obat yang meningkatkan kontraksi miokardium
 Digitalis mempermudah masuknya Ca dari tempat penyimpananya di
sarcolema kedalam sel →digitalis mempermudah kontraksi
 Digitalis menghambat kerja Na-K-ATP-ase → ion K didalam sel menurun
→ aritmia (diperberat jika dikombinasi dengan HCT)

Farmakodinamik

 Efek pada otot jantung: meningkatkan kontraksi

Mekanisme kerjanya:

 Menghambat enzim Na, K ATP-ase


 Mempercepat masukanya Ca kedalam sel
 Efek pada payah jantung: menurunya tekanan vena, hilangnya edema,
meningkatnya diuresis, ukuran jantung mengecil
 Konstriksi vaskuler, sal cerna (mual, muntah, diare), nyeri pada tempat
suntukan (iritasi jaringan)

Farmakokinetik

 Absorbsi dipengaruhi makanan dalam lambung, obat (kaolin, pectin) serta


pengosongan lambung
 Distribusi glikosida lambat
 Eliminasi melalui ginjal

Intoksikasi, Keracunan biasanya terjadi karena:


 Pemberian dosis yang terlalu cepat
 Akumulasi akibat dosis penunjang yang terlalu besar
 Adanya predisposisi keracunan

Dosis berlebihan

 Gejala: sinus bradikardi, blokade SA node, takikardi ventrikel, fibrilasi


ventrikel, gangguan neurologik (sakit kepala, letih, lesu, pusing, kelemahan
otot), penglihatan kabur

Sediaan

 Tablet Lanatosid C (cedilanid) 0,25 mg


 Digoksin 0,25 mg
 Beta-metildigoksin 0,1 mg

4. ANTIHIPERTENSI

Peningkatann tekanan darah biasanya disebabkan kombinasi berbagai


kelainan(multifaktorial). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah tekanan darah
di atas 140/90mmHg (WHO). Bukti-bukti epidermiologik menunjukkan adanya
faktor keturuna, ketegangan jiwa, faktor lingkungan dan makanan mungkin sebagai
kontributor berkembangnya hipertensi. Obat antihipertensi adalah obat yang
digunakan untuk menurunkan tekanan darah tingggi hingga mencapai tekanan
darah normal. Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih tempat
kontrol anatomis dan efek tersebut terjadi dengan mempengaruhi mekanisme
normal regulasi TD.

Perjalanan penyakit hipertensi sangat perlahan. Penderita mungkin tidak


menunjukkan gejala selama bertahun-tahun. Masa laten ini menyelubungi
perjalanan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna. Bila terdapat
gejala, sifatnya nonspesifik, misalnya sakit kepala atau pusing. Kalau hipertensi
tetap tidak diketahui dan tidak dirawat, maka akan mengakibatkan kematian karena
payah jantung, infark miokard, stroke atau payah ginjal. Mekanisme bagaimana
hipertensi dapat mengakibatkan kelumpuhan atau kematian berkaitan langsung
dengan pengaruh pada jantung dan pembuluh darah. Peningkatan tekanan darah
sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri;
akibatnya beban kerja jantung bertambah. Sebagai akibatnya terjadi hipertropi
ventrikel untuk meningkatkan kontraksi. Akan tetapi kemampuan ventrikel untuk
mempertahankan curah jantung dengan hipertropi kompensasi akhirnya
terlampaui, dan terjadi dilatasi dan payah jantung. Jantung semakin terancam oleh
semakin parahnya aterosklerosis koroner . bila proses aterosklerosis berlanjut maka
suplai oksigen miokar berkurang. Kebutuhan miokardium akan meningkat akibat
hipertropi ventrikel dan peningkatan beban kerja jantung, akhirnya menyebabkan
angina atau infark miokardium. Sekitar separuh kematian karena hipertensi adalah
akibat infark miokard atau payah jantung.

Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan Penyebabnya

a. Hipertensi Esensial/ Primer, usia, stress psikologis, dan hereditas


(keturunan). Sekitar 90%.
b. Hipertensi Sekunder, kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), penyakit adrenal. Sekitar 10%.

Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan katagori

Obat Antihipertensi dibedakan:


1. Diuretik, bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah
jantung dan menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air
Contoh obat :
a. Furosemide
o Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix,
salurix, uresix.
o Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
o Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen
tubuli ke dalam intersitium pada ascending limb of henle.
o Indikasi : Edema paru akut, edema yang disebabkan penyakit jantung
kongesti, sirosis hepatis, nefrotik sindrom, hipertensi.
o Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
o Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. O
o Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek
ototoksit meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak
boleh diberikan bersama asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat
bila diberikan bersamaan.
o Dosis : Dewasa 40 mg/hr Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
b. HCT (Hydrochlorothiaside)
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium
sehingga volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer
menurun.
o Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna.
Didistribusi keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam
jaringan ginjal.
o Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung,
cirrhosis hati, gagal ginjal kronis, hipertensi.
o Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia,
hipertensi pada kehamilan.
o Dosis : Dewasa 25 – 50 mg/hr Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/12 – 24 jam
2. Beta bloker, bekerja pada reseptor Beta jantung untuk menurunkan
kecepatan denyut dan curah jantung.
a. Asebutol (Beta bloker)
o Nama Paten : sacral, corbutol,sectrazide.
o Sediaan obat : tablet, kapsul.
o Mekanisme kerja : menghambat efek isoproterenol, menurunkan
aktivitas renin, menurunka outflow simpatetik perifer.
o Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia,feokromositoma,
kardiomiopati obtruktif hipertropi, tirotoksitosis.
o Kontraindikasi : gagal jantung, syok kardiogenik, asma, diabetes
mellitus, bradikardia, depresi. o Efek samping : mual, kaki tangan
dingin, insomnia, mimpi buruk, lesu
o Interaksi obat : memperpanjang keadaan hipoglikemia bila diberi
bersama insulin. Diuretic tiazid meningkatkan kadar trigleserid dan
asam urat bila diberi bersaa alkaloid ergot. Depresi nodus AV dan SA
meningkat bila diberikan bersama dengan penghambat kalsium
o Dosis : 2 x 200 mg/hr (maksimal 800 mg/hr).
b. Atenolol (Beta bloker)
o Nama paten : Betablok, Farnomin, Tenoret, Tenoretic, Tenormin,
internolol.
o Sediaan obat : Tablet o Mekanisme kerja : pengurahan curah jantung
disertai vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP,
penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor di ginjal.
o Indikasi : hipertensi ringan – sedang, aritmia
o Kontraindikasi : gangguan konduksi AV, gagal jantung tersembunyi,
bradikardia, syok kardiogenik, anuria, asma, diabetes.
o Efek samping : nyeri otot, tangan kaki rasa dingin, lesu, gangguan
tidur, kulit kemerahan, impotensi.
o Interaksi obat : efek hipoglikemia diperpanjang bila diberikan
bersama insulin. Diuretik tiazid meningkatkan kadar trigliserid dan
asam urat. Iskemia perifer berat bila diberi bersama alkaloid ergot.
o Dosis : 2 x 40 – 80 mg/hr
c. Metoprolol (Beta bloker)
o Nama paten : Cardiocel, Lopresor, Seloken, Selozok
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : pengurangan curah jantung yang diikuti
vasodilatasi perifer, efek pada reseptor adrenergic di SSP,
penghambatan sekresi renin akibat aktivasi adrenoseptor beta 1 di
ginjal.
o Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari.
o Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat
perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta
dan dapat masuk ke ASI.
o Indikasi : hipertensi, miokard infard, angina pektoris
o Kontraindikasi : bradikardia sinus, blok jantung tingkat II dan III,
syok kardiogenik, gagal jantung tersembunyi
o Efek samping : lesu, kaki dan tangan dingin, insomnia, mimpi buruk,
diare
o Interaksi obat : reserpine meningkatkan efek antihipertensinya
o Dosis : 50 – 100 mg/kg
d. Propranolol (Beta bloker)
o Nama paten : Blokard, Inderal, Prestoral
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : tidak begitu jelas, diduga karena menurunkan
curah jantung, menghambat pelepasan renin di ginjal, menghambat
tonus simpatetik di pusat vasomotor otak.
o Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Sangat
mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat –
obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein.
o Farmakodinamik : penghambat adrenergic beta menghambat
perangsangan simpatik, sehingga menurunkan denyut jantung dan
tekanan darah. Penghambat beta dapat menembus barrier plasenta
dan dapat masuk ke ASI.
o Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren,
stenosis subaortik hepertrofi, miokard infark, feokromositoma
o Kontraindikasi : syok kardiogenik, asma bronkial, brikadikardia dan
blok jantung tingkat II dan III, gagal jantung kongestif. Hati – hati
pemberian pada penderita biabetes mellitus, wanita haminl dan
menyusui.
o Efek samping : bradikardia, insomnia, mual, muntah, bronkospasme,
agranulositosis, depresi.
o Interaksi obat : hati – hati bila diberikan bersama dengan reserpine
karena menambah berat hipotensi dan kalsium antagonis karena
menimbulkan penekanan kontraktilitas miokard. Henti jantung dapat
terjadi bila diberikan bersama haloperidol. Fenitoin, fenobarbital,
rifampin meningkatkan kebersihan obat ini. Simetidin menurunkan
metabolism propranolol. Etanolol menurukan absorbsinya.
o Dosis : dosis awal 2 x 40 mg/hr, diteruskan dosis pemeliharaan.
3. Alfa bloker, menghambat reseptor alfa diotot polos vaskuler yang secara
normal berespon terhadap rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
a. Klonidin (alfa antagonis)
o Nama paten : Catapres, dixarit
o Sediaan obat : Tablet, injeksi.
o Mekanisme kerja : menghambat perangsangan saraf adrenergic di
SSP.
o Indikasi : hipertensi, migren o Kontraindikasi : wanita hamil,
penderita yang tidak patuh.
o Efek samping : mulut kering, pusing mual, muntah, konstipasi.
o Interaksi obat : meningkatkan efek antihistamin, andidepresan,
antipsikotik, alcohol. Betabloker meningkatkan efek
antihipertensinya.
o Dosis : 150 – 300 mg/hr.
4. Ca antagonist, menurunkan kontraksi otot polos jantung dan atau arteri
dengan mengintervensi influks kalsium yang dibutuhkan untuk kontraksi.
Penghambat kalsium memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
menurunkan denyut jantung. Volume sekuncup dan resistensi perifer.
a. Diltiazem (kalsium antagonis)
o Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
o Sediaan obat : Tablet, kapsul o
o Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium
melalui slow cannel calcium.
o Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
o Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
o Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan
saluran cerna.
o Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama
beta bloker. Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila
diberikan bersama amiodaron dan digoksin. Simotidin meningkatkan
efeknya.
o Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan
b. Nifedipin (antagonis kalsium)
o Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat,
Nifecard, Vasdalat.
o Sediaan obat : Tablet, kaplet
o Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer,
menurunkan spasme arteri coroner.
o Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner,
gagal jantung refrakter.
o Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan
menyusui.
o Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
o Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan
hipotensi berat atau eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam
darah. Meningkatkan waktu protombin bila diberikan bersama
antikoagulan. Simetidin meningkatkan kadarnya dalam plasma.
o Dosis : 3 x 10 mg/hr
c. Verapamil (Antagonis kalsium)
o Nama paten : Isoptil
o Sediaan obat : Tablet, injeksi
o Mekanisme kerja : menghambat masuknya ion Ca ke dalam sel otot
jantung dan vaskuler sistemik sehingga menyebabkan relaksasi arteri
coroner, dan menurunkan resistensi perifer sehingga menurunkan
penggunaan oksigen.
o Indikasi : hipertensi, angina pectoris, aritmia jantung, migren.
o Kontraindikasi : gangguan ventrikel berat, syok kardiogenik, fibrilasi,
blok jantung tingkat II dan III, hipersensivitas.
o Efek samping : konstipasi, mual, hipotensi, sakit kepala, edema, lesu,
dipsnea, bradikardia, kulit kemerahan.
o Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker bias menimbulkan
efek negative pada denyut, kondiksi dan kontraktilitas jantung.
Meningkatkan kadar digoksin dalam darah. Pemberian bersama
antihipertensi lain menimbulkan efek hipotensi berat. Meningkatkan
kadar karbamazepin, litium, siklosporin. Rifampin menurunkan
efektivitasnya. Perbaikan kontraklitas jantung bila diberi bersama
flekaind dan penurunan tekanan darah yang berate bila diberi bersama
kuinidin. Fenobarbital nemingkatkan kebersihan obat ini.
o Dosis : 3 x 80 mg/hr
5. Penghambat ACE, berfungsi untuk menurunkan angiotensin II dengan
menghambat enzim yang diperlukan untuk mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Hal ini menurunkan tekanan darah baik secara langsung
menurunkan resisitensi perifer. Dan angiotensin II diperlukan untuk sintesis
aldosteron, maupun dengan meningkatkan pengeluaran netrium melalui
urine sehingga volume plasma dan curah jantung menurun.
a. Kaptopril
o Nama paten : Capoten
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
menurunkan angiotensin II yang berakibat menurunnya pelepasan
renin dan aldosterone. o Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
o Kontraindikasi : hipersensivitas, hati – hati pada penderita dengan
riwayat angioedema dan wanita menyusui.
o Efek samping : batuk, kulit kemerahan, konstipasi, hipotensi,
dyspepsia, pandangan kabur, myalgia.
o Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika.
Tidak boleh diberikan bersama dengan vasodilator seperti
nitrogliserin atau preparat nitrat lain. Indometasin dan AINS lainnya
menurunkan efek obat ini. Meningkatkan toksisitas litium.
o Dosis : 2 – 3 x 25 mg/hr.
b. Lisinopril
o Nama paten : Zestril
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu,
mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi
aldosterone.
o Indikasi : hipertensi
o Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, wanita hamil,
hipersensivitas.
o Efek samping : batuk, pusing, rasa lelah, nyeri sendi, bingung,
insomnia, pusing.
o Interaksi obat : efek hipotensi bertambah bila diberikan bersama
diuretic. Indomitasin meningkatkan efektivitasnya. Intoksikasi litium
meningkat bila diberikan bersama.
o Dosis : awal 10 mg/hr
c. Ramipril
o Nama paten : Triatec
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga
perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu,
mengakibatkan menurunnya aktivitas vasopressor dan sekresi
aldosterone.
o Indikasi : hipertensi
o Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema,
hipersensivitas. Hati – hati pemberian pada wanita hamil dan
menyusui.
o Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut,
bingung, susah tidur.
o Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika.
Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm
meningkat.
o Dosis : awal 2,5 mg/hr
6. Penghambat saraf sentral
7. Vasodilator
a. Hidralazin
o Nama paten : Aproseline
o Sediaan obat : Tablet
o Mekanisme kerja : merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi
perifer menurun, meningkatkan denyut jantung.
o Indikasi : hipertensi, gagal jantung.
o Kontraindikasi : gagal ginjal, penyakit reumatik jantung.
o Efek samping : sakit kepala, takikardia, gangguan saluran cerna,
muka merah, kulit kemerahan.
o Interaksi obat : hipotensi berat terjadi bila diberikan bersama
diazodsid.
o Dosis : 50 mg/hr, dibagi 2 – 3 dosis.

Tahapan Terapi secara umum

 Modifikasi pola hidup


 Penurunan BB
 Aktivitas fisik teratur
 Pembatasan garam dan alcohol
 Berhenti merokok
5. ANTI HIPOTENSI
Tekanan darah rendah atau hipotensi terjadi bila tekanan darah lebih rendah
dari biasanya, yang berarti jantung, otak dan bagian tubuh lain tidak
mendapatkan cukup darah. Biasanya, seseorang disebut menderita hipotensi
bila tekanan darahnya di bawah 90/60 mmHg. Namun hal itu tidak berlaku
bagi setiap orang. Ada orang yang tekanan darah normalnya selalu rendah
dan tidak merasakan gangguan. Sementara, ada orang yang bertekanan darah
di atas angka tersebut dan mengalami masalah hipotensi. Faktor yang paling
penting adalah adanya perubahan tekanan darah dari kondisi normal.
Tekanan darah normal manusia berada pada kisaran 90/60 sampai 130/80
mm Hg, namun penurunan yang signifikan, bahkan hanya 20 mm Hg, dapat
menyebabkan masalah bagi sebagian orang.
Jenis-Jenis Hipotensi
Ada tiga jenis utama hipotensi:
a. Hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik disebabkan oleh perubahan
tiba-tiba posisi tubuh, biasanya ketika beralih dari berbaring ke berdiri,
dan biasanya hanya berlangsung beberapa detik atau menit. Hipotensi
jenis ini juga dapat terjadi setelah makan dan sering diderita oleh orang
tua, orang dengan tekanan darah tinggi dan orang dengan penyakit
Parkinson.
b. Hipotensi Dimediasi Neural (NMH dalam singkatan bahasa Inggris).
NMH paling sering mempengaruhi orang dewasa muda dan anak-anak
dan terjadi ketika seseorang telah berdiri untuk waktu yang lama.
c. Hipotensi akut akibat kehilangan darah tiba-tiba (syok)

Gejala Hipotensi:

Gejala tekanan darah rendah antara lain

o Penglihatan kabur
o Kebingungan
o Pingsan
o Pusing
o Kantuk
o Lemas

Penyebab hipotensi

Penyebab hipotensi bervariasi antara lain karena:

o Dehidrasi.
o Efek samping obat seperti alkohol, anxiolytic, beberapa antidepresan,
diuretik, obatobatan untuk tekanan darah tinggi dan penyakit jantung
koroner, analgesik.
o Masalah jantung seperti perubahan irama jantung (aritmia), serangan
jantung, gagal jantung.
o Kejutan emosional, misalnya syok yang disebabkan oleh infeksi yang
parah, stroke, anafilaksis (reaksi alergi yang mengancam nyawa dan
trauma hebat.
o Perdarahan, dll. Anda sangat disarankan berkonsultasi dengan dokter
atau spesialis jika sering pingsan atau hipotensi mengganggu kualitas
hidup Anda.
o Diabetes tingkat lanjut

Pengobatan :

o Hipotensi pada orang sehat yang tidak menimbulkan masalah


biasanya tidak memerlukan perawatan.
o Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala tekanan darah rendah,
Anda mungkin memerlukan pengobatan, yang tergantung pada
penyebabnya.
o Jika hipotensi ortostatik disebabkan oleh obat-obatan, dokter Anda
dapat mengubah dosis atau memberikan obat yang berbeda. Jangan
berhenti minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter.
Pengobatan lain untuk hipotensi ortostatik termasuk penambahan
cairan untuk mengobati dehidrasi atau memakai selang elastis untuk
meningkatkan tekanan darah di bagian bawah tubuh.
o Mereka yang menderita hipotensi jenis NMH harus menghindari
pemicu, seperti berdiri untuk waktu yang lama. Pengobatan lain
melibatkan banyak minum cairan dan meningkatkan jumlah garam
dalam makanan. (Pengobatan ini harus atas rekomendasi dokter
karena terlalu banyak garam juga dapat berbahaya bagi kesehatan).
o Hipotensi akut yang disebabkan oleh syok adalah kedaruratan medis.
Anda mungkin akan diberi transfusi darah intravena, obat-obatan
untuk meningkatkan tekanan darah dan kekuatan jantung, serta obat
lainnya seperti antibiotik.

Beberapa Tips bagi Penderita Hipotensi

o Banyak wanita penderita hipotensi yang memiliki tingkat zat besi


sangat rendah karena menstruasi yang sangat banyak. Mintalah
nasihat spesialis bila membutuhkan suplemen penambah darah.
o Terjatuh sangat berbahaya bagi orang tua karena dapat membuat
cedera patah tulang dan komplikasi lainnya. Selalu dampingi orang
tua Anda yang menderita hipotensi berat.
o Bila Anda merasakan gejala penurunan tekanan darah, Anda harus
segera duduk atau berbaring dan mengangkat kaki Anda di atas
ketinggian jantung.
o Jika tekanan darah rendah menyebabkan seseorang pingsan,
segeralah cari perawatan medis. Jika orang tersebut tidak bernafas,
segeralah lakukan pertolongan bantuan pernafasan.

6. ANTI PERDARAHAN
Obat anti perdarahan disebut juga hemostatik yang merupakan proses
penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang cedera. Jadi, Obat
haemostatik(Koagulansia) adalah obat yang digunakan untuk menghentikan
pendarahan.
Obat haemostatik ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi
daerah yang luas. Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat
sesuai dengan patogenesis perdarahan. Dalam proses hemostasis berperan
faktor-faktor pembuluh darah (vasokonstriksi), trombosit (agregasi), dan
faktor pembekuan darah
Secara garis besar proses pembekuan darah berjalan melalui 3 tahap yaitu :
o aktivasi tromboplastin
o pembentukan trombin dari protrombin
o pembentukan fibrin dari fibrinogen

Dalam proses ini diperlukan faktor-faktor pembekuan darah yang hingga


kini dikenal 15 faktor pembekuan darah (faktor IV-Ca++ , faktor VIII-anti
hemofilik, faktor IX-tromboplastin plasma.) Perdarahan dapat disebabkan
oleh defisiensi satu faktor pembekuan darah dan dapat pula akibat defisiensi
banyak faktor yang mungkin sulit untuk didiagnosis dan diobati. Defisiensi
atau factor pembekuan darah dapat diatasi dengan memberikan factor yang
kurang yang berupa konsentrat darah manusia. Perdarahan dapat pula
dihentikan dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan factor-faktor
pembentukan darah misalnya vitamin K atau yang menghambat mekanisme
fibrinolitik seperti asam aminokaprot.

Obat hemostatik sendiri terbagi dua yaitu

1. Obat hemostatik local dan


2. Obat hemostatik sistemik.
1. Hemostatik Lokal
golongan obat ini dibagi lagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan mekanisme hemostatiknya.
a. Hemostatik serap
Mekanisme kerja : Menghentikan perdarahan dengan
pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-
serat yang mempermudah bila diletakkan langsung pada
permukaan yang berdarah. Dengan kontak pada permukaan
asing trombosit akan pecah dan membebaskan factor yang
memulai proses pembekuan darah.
Indikasi : Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi
perdarahan yang berasal dari pemubuluh darah kecil saja
misalnya kapiler dan tidak efektif untuk menghentikan
perdarahan arteri atau vena yang tekanan intra vaskularnya
cukup besar.
Contoh obat :
o Spon gelatin, oksisel ( selulosa oksida )
Spon gelatin, dan oksisel dapat digunakan sebagai
penutup luka yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini
menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran
yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang
terjadi pada penggunaaan kain kasa . Untuk absorpsi
yang sempurna pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6
jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi
tulang dan dapat mengakibatkan pembentukan kista bila
digunakan jangka panjang pada patah tulang. Selain itu
karena dapat menghambat epitelisasi, selulosa oksida
tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangka panjang.
Busa fibrin insani yang berbentuk spon, setelah dibasahi
dengan tekanan sedikit dapat menutupi dengan baik
permukaan yang berdarah
b. Astringen
Mekanisme kerja : Zat ini bekerja local dengan
mengendapkan protein darah sehingga perdarahan dapat
dihentikan, sehubungan dengan cara penggunaannya zat ini
dinamakan juga stypic.
Indikasi : Kelompok ini digunakan untuk menghentikan
perdarahan kapiler tetapi kurang efektif bila dibandingkan
dengan vasokontriktor yang digunakan local.
Contoh Obat : feri kloida, nitras argenti, asam tanat.
c. Koagulan
Mekanisme kerja : Obat kelompok ini pada penggunaan lokal
menimbulkan hemostatis dengan 2 cara yaitu dengan
mempercepat perubahan protrombin menjadi thrombin dan
secara langsung menggumpalkan fibrinogen.
Contoh Obat : Russell’s viper venom yang sangat efektif
sebagai hemostatik local dan dapat digunakan umpamanya
untuk alveolkus gigi yang berdarah pada pasien hemofilia.
Untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0,1% dan
ditekankan pada alveolus sehabis ekstrasi gigi, zat ini tersedia
dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaaan lokal.
Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segara
menimbulkan bahaya emboli.
d. Vasokonstriktor
Mekanisme Kerja : Epinefrin dan norepinefrin berefek
vasokontriksi , dapat digunakan untuk menghentikan
perdarahan kapiler suatu permukaan.
Cara pemakaian : Penggunaanya ialah dengan mengoleskan
kapas yang telah dibasahi dengan larutan 1: 1000 tersebut pada
permukaan yang berdarah. hemostatik sistemik
Dengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan
dapat dihentikan dengan segera. Hasil ini terjadi karena
penderita mendapatkan semua faktor pembekuan darah yang
terdapat dalam darah transfusi. Keuntungan lain transfusi ialah
perbaikan volume sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan
defisiensi faktor pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan
mengganti/ memberikan faktor pembekuan yang kurang.
2. Faktor anti hemoflik (faktor VIII) dan cryoprecipitated anti
Hemophilic Factor Indikasi:
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi
perdarahan pada penderita hemofilia A (defisienxi faktor VIII)
yang sifatnya herediter dan pada penderita yang darahnya
mengandung inhibitor factor VII
Efek samping
Cryoprecipitated antihemofilik factor mengandung fibrinogen dan
protein plasma lain dalam jumlah yng lebih banyak dari sediaaan
konsentrat faktor IIIV, sehingga kemungkinan terjadi reaksi
hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain yang dapat
timbul pada penggunaan kedua jenis sediaan ini adalah hepatitis
virus, anemi hemolitik, hiper fibrinogenemia, menggigil dan
demam.
Cara pemakaian
Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV
biasanya digunakan untuk mengatasi perdarahan pada penderita
hemofilia. Biasanya hemostatik dicapai dengan dosis tunggal 15-
20 unit/kg BB. Untuk perdarahan ringan pada otot dan jaringan
lunak, diberikan dosis tunggal 10 unit/kg BB. Pada penderita
hemofilia sebelum operasi diperlukan kadar anti hemofilik
sekurang kurangnya 50% dari normal, dan pasca bedah diperlukan
kadar 20-25 % dari normal untuk 7- 10 hari.
3. kompleks Faktor X
Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II, VII, IX,X serta sejumlah kecil
protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan hemofilia B,
atau bila diperlukan faktor-faktor yang terdapat dalam sediaan
tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada
kemungkinan timbulnya hepatitis preparat ini sebaiknya tidak
diberikan pada pendrita nonhemofilia.
Efek samping
trombosis,demam, menggigil, sakit kepala, flushing, dan reaksi
hipersensivitas berat (shok anafilaksis).
Dosis
Kebutuhan tergantung dari keadaan penderita. Perlu dilakukan
pemeriksaan pembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai
petunjuk untuk menentukan dosis. 1 unit/KgBB meningkatkan
aktivitas factor IX sebanyak 1,5%, selama fase penyembuhan
setelah operasi diperlukan kadar factor IX 25-30% dari normal
4. Vitamin K
Mekanisme kerja :
Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas
farmakodinamik, tetapi pada penderita defisiensi vitamin K,
vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa
faktor pembekuan darah yang berlangsung di hati. Sebagai
hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat
menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang
pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu.
Indikasi :
Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat
defisiensi vitamin K. Efek samping :
Pemberian filokuinon secara intravena yang terlalu cepat dapt
menyebabkan kemerahan pada muka, berkeringat, bronkospasme,
sianosis, sakit pada dada dan kadang menyababkan kematian.
Perhatian : Defisiensi vit. K dapat terjadi akibat gangguan
absorbsi vit.K, berkurangnya bakteri yang mensintesis Vit. K pada
usus dan pemakaian antikoagulan tertentu. Pada bayi baru lahir
hipoprotrombinemia dapat terjadi terutama karena belum adanya
bakteri yg mensintesis vit.
Sediaan :
Tablet 5 mg vit. K (Kaywan)
Dosis :
1-3 x sehariuntuk ibu menyusui untuk mencegah pendarahan pada
bayinya
3-4 x sehari untuk pengobatan hipoprotrombinemia
5. Asam aminokaproat
Mekanisme kerja : Asam aminokaproat merupakan penghambat
bersaing dari activator plasminogen dan penghambat plasmin.
Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen/ fibrin dan
faktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu asam amikaproat
dapat mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisisyang
berlebihan.
Indikasi :
Pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan
pembentukan thrombus yang mungkin bersifat fatal hanya
digunakan untuk mengatasi perdarahan fibrinolisis berlebihan ,
asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria yang
berasal dari kandung kemih, asam aminokaproat dilaporkan
bermanfaat untuk pasien homofilia sebelum dan sesudah ekstraksi
gigi dan perdarahan lain karena troma didalam mulut, asam
aminokaproat juga dapat digunakan sebagai antidotum untuk
melawan efek trombolitik streptokinase dan urokinase yang
merupakan activator plasminogen.
Cara pemakaian :
Dapat diberikan secara peroral dan IV Efek samping Asam
aminokaproat dapat menyebabkan prutius,eriterna konjungtiva,
dan hidung tersumbat. Efk samping yang paling berbahaya ialah
trombosis umum, karena itu penderita yang mendapat obat ini
harus diperiksa mekanisme hemostatik.
6. Asam traneksamat
Mekanisme Kerja :
o Sebagai anti plasmin, bekerja menghambat aktivitas dari
aktivator plasminogen dan plasmin
o Sebagai hemostatik, bekerja mencegah degradasi fibrin,
meningkatkan agregasi platelet
o memperbaiki kerapuhan vaskular dan meningkatkan
aktivitas factor koagulasi.

Indikasi :

o Hipermenorrhea
o Pendarahan pada kehamilan dan pada pemasangan
AKDR
o Mengurangi pendarahan selama dan setelah operasi

Perhatian Bila diberikan IV dianjurkan untuk menyuntikkan


perlahan-lahan (10 ml / 1-2 menit)

Efek Samping :

Gangguan gastrointestinal : mual, muntah, sakit kepala,


anoreksia

Gangguan penglihatan, gejala menghilang dengan pengurangan


dosis atau penghentian pengobatan

Sediaan : Kapsul 250 mg, 500 mg

Injeksi 5 ml/250 mg dan 5 ml/500 mg

7. Karbazokrom Na Sulfonat (ADONA)


Mekanisme Kerja :
Menghambat peningkatan permeabilizas kapiler
Meningkatkan resistensi kapiler Indikasi
Pendarahan disebabkan menurunnya resistensi kapiler dan
meningkatnya permeabilizas kapiler
Pendarahan abnormal selama/pasca operasi akibat penurunan
resistensi kapiler
Pendarahan otak
Sediaan : Tablet 10 mg/ Forte 30 mg Injeksi 2 ml/10 mg dan 5
ml/25 mg

Anda mungkin juga menyukai