PENDAHULUAN
1.2Rumusan Masalah
1.3Tujuan
1
BAB 11
PEMBAHASAN
Distrimia jantung seringkali diikuti oleh infark miokardium (serangan jantung) atau
timbul dari hipoksia (kekurangan oksigen pada jaringan tubuh), hiperkapsia (meningkatnya
karbon dioksida dalam darah), kelenihan katekolamin, atau ketidakseimbangan elektrolit.
Kerja yang diharapkan dari obat antidistrimia adalah pemulihan irama jantung, yang bisa
dicapai dengan berbagai cara.
2
2.2 Farmakokinetik
2.3 Farmakodinamik
Quinidin, prokainamid, dan disopiramid mempunyai mula kerja yang serupa. Kerja
puncak disopiramid lebih lama dan masa kerja prokainamid lebih singkat.
Beta bloker menghambat efek obat adrenergenik, baik NE dan epiendogen maupun
obat adrenergik eksogen.
Beta bloker kardioselektif artinya mempunyai afinitas yang lebih besar terhadap
reseptor beta-1 darpada beta-2.
Propanolol, oksprenolol, alprenolol, asebutolol, metoprolol, pindolol, dan labetolol
mempunyai efek MSA (membrane stabilizing actvity) efek anastesik lokal
Kardiovaskular : mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard.
Menurunkan tekanan darah.
Antiaritmia : mengurangi denyut dan aktifitas fokus ektopik.
Menghambat efek vasodilatasi, efek tremor (melalui reseptor beta-2)
Efek bronkospasme (hati- pada asma).
Menghambat glikogenolisis di hati.
Menghambat aktivitas enzim lipase.
3
2.4 Mekanisme Kerja
Aritmia disebabkan karena aktivitas pacu jantung yang abnormal atau penyebaran
impuls abnormal. Pengobatan aritmia bertujuan mengurangi aktivitas pacu jantung ektopik
dan memperbaiki hantaran atau pada sirkuit reentry yang membandel ke pergerakan
melingkar yang melumpuhkan. Mekanisme utama untuk mencapai tujuan adalah 1.
Hambatan saluran natrium. 2. Hambatan efek otonom simpatis pada jantung. 3. Perpanjangan
periode refrakter yang efektif, dan 4. Hambatan pada saluran kalsium.
Obat antiaritmia menurunkan otomatisitas pacu jantung ektropik lebih daripada nodus
sinoatrial. Hal ini terutama dicapai dengan menghambat secara selektif saluran natrium atau
saluran kalsium daripada sel yang didepolariasi. Obat penghambat saluran yang berguna
untuk pengobatan mempunyai afinitas tinggi untuk saluran aktif (yaitu selama fase 0) atau
saluran inaktif (selama fase 2) tetapi afinitasnya sangat rendah untuk saluran lainnya. Karena
itu, obat ini menghambat aktivitas listrik apabila ada takikardia yang cepat (banyak saluran
aktif dan tidak aktif per satuan waktu) atau ada potensial istirahat hilang secara bermakna
(banyak saluran tidak aktif selama istirahat). Kerja tersebut sering digambarkan sebagai “ use
dependent atau state dependent” yaitu saluran yang sering digunakan atau dalam status
inaktif, yang lebih mudah dihambat. Saluran dalam sel normal yang dihambat oleh obat
selama siklus normal aktif atau tidak aktif akan segera melepaskan obat dari reseptor selama
bagian siklus istirahat. Saluran dalam otot jantung yang didepolarisasi secara kronis (yaitu
mempunyai potensial istirahat lebih positif daripada -75mV) akan pulih dari hambatan secara
sangat lambat. Pada aritmia reentry, yang tergantung pada hantaran yang tertekan secara
kritis, kebanyakan obat antiaritmia memperlambat hantaran lebih lanjut melalui satu atau
kedua mekanisme.
4
Verapamil (Calan, Isoptin), suatu penghambat rantai (kalsium) yang lambat,
menghambat influks kalsium, sehingga mengurangi eksitabilitas dan kontraktilitas (inotropik
negatif) dari miokardium. Obat ini meningkatkan masa refraktor dari nodus AV, sehingga
mengurangi respon ventrikel. Verapamil merupakan kontraindikasi untuk klien dengan blok
AV atau payah jantung kongestif.
KLASIFIKASI ANTIDISRITMIA
5
(Enkaid) dapat ditingkatkan menyebabkan disritmia ventrikular baru.
sampai 50-75 mg Kategori kehamilan B. Disetujui oleh FDA
setiap 8 jam. untuk situasi yang mengancam jiwa.
II : Penghambat Beta
Propranolol D: PO: 10-30 mg, t.i.d, Untuk disritmia ventrikel,takikardia atrial
(Inderal) q.i.d. (setiap 6-8 jam).paroksismal, dan denyut ektopik atrium dan
ventrikel.
Asebutolol D: PO: 200 mg, b.i.d, Terutama untuk kontrasi ventrikel prematur.
(Sectral) dosis dapat dinaikkan Penghambat beta baru yang mempengaruhi
secara bertahap. reseptor beta1pada jantung. Kategori
kehamilan B. Dapat menyebabkan bradikardia
dan menurunkan curah jantung.
III : Obat-obat yang Memperpanjang Repolarisasi
Bretilium D: IM: 5-10 mg/kg, Untuk takikardia dan fibrilasi ventrikel (untuk
(Bretylol) setiap 6-8 jam. mengubah menjadi ritmesinus yang normal).
IV: 5-10 mg/kg, ulangi Dipakai jika lidokain dan prokainamid tidak
dalam 15 menit, tetes efektif.
IV atau bolus IV.
Amiodaron D: PO: DP: 400-1600 Untuk disritmia ventrikel yang mengancam
(Cordarone) mg/hari dalam dosis nyawa. Mula-mula dosis lebih besar dan
terbagi. kemudian diturunkan. Kadar serum: 1-2,5
R: 200-600 mg/hari. mikrogram/mL.
2.6 Pengkajian
Dapatkan riwayat kesehatan dan obat: palapitasi jantung, batuk, dan nyeri dada,
termasuk tipe,lama, dan beratnya, angina sebelumnya atau aritmia, dan obat-obat yang
biasanya dipakai oleh klien.
Periksa tanda-tanda vital dan EKG. Tanda-tanda vital dasar dan EKG dapat
dibandingkan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
Periksa kadar terapeutik obat di dalam serum. Jika kadar serum lebih rendah dari
normal, pengobatan tidak efektif, dan bila lebih tinggi dari normal, akan timbul
keracunan.
6
2.7 Perencanaan
Pantau tanda-tanda vital. Pada pemakaian penghambat saluran natrium bisa timbul
hipotensi.
Bila pemberian obat secara IV atau bolus, harus diberikan dalam periode 2-3 menit
atau seperti yang dituliskan dokter.
Pantau EKG untuk pola abnormal dan laporkan hasilnya.
Beritahu klien untuk melaporkan efek samping dan reaksi yang merugikan kepada
perawat atau dokter. Efek samping yang dimaksud dapat meliputi pusing, ingin
pingsan, mual dan muntah.
Beritahukan klien untuk meminum obat sesuai yang dianjurkan dokter. Mentaati cara
pemakaian obat adalah penting.
Nasihati klien untuk tidak meminum minuman yang mengandung alkohol, kafein, dan
merokok. Alkohol dapat memperberat reaksi hipotensi; kafein meningkatkan
katekolamin; dan merokok dapat menyebabkan vasokonstriksi.
Berikan instruksi yang spesifik untuk masing-masing obat (misalnya, fotosentivitas
untuk amiodaron).
2.9 Evaluasi
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang
disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Penyebab dari gangguan irama jantung adalah Gangguan artikulasi coroner misalnya
aterosklerosis coroner, spasme arteri coroner, iskemi miokard, infark miokard, Peradangan
jantung,Gagaljantung,danlain-lain.
Terapi Farmakologi :
3.Kelas III : Golongan obat yang memperpanjang potensial aksi dan repolarisasi (paling
aman)
Ex : verapamil, diltiazem
Obat Aritmia Kelas I : meningkatkan waktu repolarisasi, interval QTc, dan resiko
TdP. Kelas II Dan IV : menurunkan denyut jantung, menurunkan kekuatan kontraksi
ventrikel, menurunkan stroke volume, memperpanjang interval PR.Kelas IB : hanya bekerja
pada jarinagnventrikuler. Kelas IC : tidak boleh digunakan setelah MI, atau pada pasien
dengan HF, atau hipertrofi ventrikuler kiri. Terapi non farmakologi : Kurangi merokok,
Kurangi stress, Kurangi minuman beralkohol, Diet dan lain-lain.
3.2 Saran
Dari informasi yang terdapat pada makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan informasi yang terdapat pada makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca tentang penyakit gangguan irama jantung atau aritmia.
8
DAFTAR PUSTAKA
Kee, Joyce L., & Evelyn R. Hayes (Ed. Yasmin Asih, Skp.). 1996. Farmakologi. Pendekatan
Proses Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
http://wwwacieblogspotcom.blogspot.com/2011/01/obat-sistem-kardiovaskuler.html?m=1
https://books.google.co.id/books/about/Farmakologi.html?id=BftFTitO30AC&redir_esc=y