Anda di halaman 1dari 12

RESUME

MATA KULIAH FARMAKOLOGI


OBAT PADA SISTEM KARDIOVASKULAR

DOSEN PENGAJAR :

STEFANI KARTIKA OCTAVIA, M.Farm., Apt

DISUSUN OLEH :

F. X. RISAL MARU
NIM : 2021013

PRODI DIII KEPERAWATAN PARALEL


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021

OBAT PADA SISTEM KARDIOVASKULAR

1
I. PENDAHULUAN
Sistem kardiovaskular merupakan organ sirkulasi darah yang terdiri dari
jantung, komponen darah, pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan
mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan tubuh yang
diperlukan dalam proses metabolisme.
Berfungsi sebagai sistem transport tubuh yang membawa nutrisi, hormon,
gas-gas pernapasan dan zat-zat lain ke dan dari jaringan tubuh. Komponen
Sistem Kardiovaskular :

1. Jantung : Berperan untuk memompa darah ke seluruh tubuh

2. Pembuluh Darah

 ARTERI : Mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh.


membawa darah yang mengandung oksigen
 VENA : Mengalirkan darah kembali ke jantung
 KAPILER : Pembuluh halus menghubungkan arteri dan vena.
Sebagai tempat pertukaran nutrisi, udara, hormon, dan
metabolit.
3. Darah

2
II. OBAT KARDIOVASKULAR
Obat Kardiovaskular merupakan kelompok obat yang memperbaiki dan
mempengaruhi Sistem Kardiovaskular (Jantung dan Pembuluh Darah) baik
secara langsung maupun tidak langsung.

III. MACAM OBAT KARDIOVASKULAR


1. Nitrat Organik
2. Beta Blocker
3. Alfa Blocker
4. Calsium Antagonist
5. Glikosida
6. ACE Inhibitor
7. Diuretik
8. Vasodilato

1) NITRAT ORGANIK
Digunakan untuk menghilangkan nyeri dada pada kasus Angina
Pectoris, Gagal Jantung Kongestif, Infark Jantung.
Nyeri pada pada kasus di atas timbul akibat ketidakseimbangan antara
persediaan dan permintaan oksigen pada miokardial.
Obat Golongan Nitrat bekerja dengan cara menimbulkan vasodilatasi
dan dilatasi arteriole perifer sehingga tekanan sistol dan diastol
menurun, curah jantung menurun. Akibatnya kebutuhan oksigen
jantung berkurang.

Kondisi iskemik menyebabkan turunnya suplai Oksigen ke miokard.


Sementara itu kebutuhan oksigen jantung tidak berubah / meningkat
dengan aktivitas berat. Ketidak seimbangan ini menyebabkan
timbulnya nyeri dada (Angina).

MEKANISME KERJA :
Radikal Bebas NO Menstimulasi Guanilat siklase

Peningkatan Kadar C GMP

Defosfolirasi rantai miosin

Relaksasi otot polos (Vasodilatasi)

3
 Contoh Obat golongan nitrat tersedia dalam bentuk oral maupun
injeksi:
1. Nitrogliserin
 Bentuk Sediaan : Tablet, Injeksi
 Keamanan pada Ibu Hamil : KATEGORI C
 Memberikan efek setelah 3 menit (subllingual); 1 jam
(Extended release). Dengan durasi efek selama 25 menit
(sublingual) ; 4-8 jam untuk sediaan Extended release.
 Dieksresikan melalui : Urine
 Dosis:
Angina : 2,5-6,5 mg 3-4 x sehari dapat dititrasi sampai 26 mg
4 kali sehari. Injeksi IV : 5 mcg/mnt dapat ditingkatkan
sampai 20 mcg/mnt maksimal 400 mcg/mnt. Sublingual -,3-
0,6 mg tiap 5 mnt, maksimal 3 dosis dalam 15 menit.

2. Isosorbid dinitrat :
 Bentuk Sediaan : Tablet, Injeksi
 Keamanan pada Ibu Hamil : KATEGORI C
 Memberikan efek setelah 3 menit (sublingual); 1 jam (tablet
konvensional). Dengan durasi efek selama 1-2 jam
(sublingual) ; s/d 8 jam untuk tablet konvensional
 Dieksresikan melalui : Urine dan Feses
 Tidak perlu penyesuaian dosis pada kondisi khusus
(gangguan ginjal atau hati)
 Dosis:
Angina : Sublingual ( 2,5-5 mg tiap 5-10 menit) maksimal 3
dosis selama 15-30 menit. Tablet konvensional : 5-20 mg 2-
3xsehari. Injeksi IV : 2-10 mg/jam
Gagal Jantung : 20 mg 3-4 x sehari (awal), selanjutnya
160mg/hari (dalam 4 dosis terbagi)

Untuk serangan akut Angina gunakan sedian sublingual sedangkan


untuk pencegahan jangka panjang gunakan sediaan oral konvensional.
Sediaan parenteral baik digunakan pada kasus vasospasme koroner &
angina pectoris tidak stabil, angina akut, gagal jantung kongestif.
Efek samping yang sering muncul : Pusing, hipotensi, takikardi.

 TOLERANSI BEBAS NITRAT


Beberapa pasien yang mendapat golongan Nitrat dapat
mengalami toleransi (efek terapi berkurang). Sehingga perlu dilakukan
penghentian penggunaan sementara selama 8 jam setelah pemberian
dosis pertama.

2) BETA BLOCKER
Bekerja pada reseptor β jantung (β1 dan β2) untuk menurunkan
kecepatan denyut jantung dan curah jantung, meningkatkan suplai
oksigen miokard dan perfusi sub-endokard meningkat.
Reseptor β terdapat dalam 2 jenis, yaitu :

4
a. Reseptor β1: terdapat di jantung, SSP, ginjal
b. Reseptor β2 : terdapat di Bronchia
Beta Bloker banyak digunakan untuk pengobatan Hipertensi
( kombinasi), PJK, Gagal Jantung
Contoh Golongan Beta Blocker : Atenolol (Dosis 2 x 40 mg-80 mg),
Bisoprolol (1 x 5-10mg), Metoprolol (Dosis 50-100mg/KgBB), Propanolol
(Dosis 2 x 40mg).

Efek samping yang sering muncul : Bronkospasme, jari kaki-tangan


dingin, bradikardi, hypoglicaemi masking effect pada pasien DM dengan
Insulin → Monitoring penggunaannya pada pasien dengan Asma,
bronkitis, emfisema paru, DM.
Tidak semua Beta Blocker adalah sama. Sifat-sifat khusus Beta Blocker
yang perlu dipertimbangan pada pemilihan untuk terapi Kardiovaskular
antara lain :
1. Kardioselektivitas
Berdasarkan selektivitasnya terhadap reseptor β, obat golongan
Beta Blocker di klasifikasikan menjadi :
a. β1 Selective: Acebutolol, Atenolol, Bisoprolol, Esmolol,
Metoprolol
b. Non-Selective : Propanolol, Carvedilol, Labetalol, Timolol

β1 Selective, hanya bekerja pada reseptor β1 yang ada di jantung


tanpa menimbulkan penciutan bronchia sehingga efek samping
pada pernapasan sangat minimal → AMAN bagi pasien ASMA atau
PPOK dengan gangguan jantung atau hipertensi.

2. Efek Adrenergik Intrinsik (Intrinsic symphatomimetic activity /


ISA)
Selain selektivitas, pengaruh Beta Blocker terhadap kardiovaskular
dipengaruhi oleh ISA. Beta blocker yang dianggap baik untuk terapi
kardiovaskular adalah tanpa ISA. Karena dapat mengurangi resiko
efek samping berupa dekompensasi, bradikardi berkurang, keluhan
jari kaki-tangan dingin menjadi berkurang
Contoh : Atenolol , Bisprolol, metoprolol

3. Bisoprolol (Profil Dan Keamananya)


 Golongan Beta Blocker yang paling sering digunakan di
Indonesia untuk terapi hipertensi, PJK, Gagal Jantung
 Merupakan Golongan β1 selective sekaligus tanpa ISA.
 Selektivitasnya membuat obat ini lebih spesifik bekerja, efek
samping di saluran pernapasan akibat blokade reseptor β2
sangat minimal, tidak mempengaruhi metabolisme lemak dan
karbohidrat.
 Bisoprolol dapat menjaga tekanan darah dalam 24 jam sesuai
ritme sirkardian, Khususnya pada pagi hari dimana tekanan
darah cenderung memuncak dan merupakan waktu yang
beresiko terjadinya “event” kardiovaskuler

5
 Farmakokinetik Bisoprolol dibandingkan Beta Blocker lainnya :

Kriteria Bisoprolol Atenolol Metoprolol Carvedilol


T ½ Eliminasi (jam) 10-12 6-9 3-4 6-10
Absorbsi (%) >90 50 > 95 85
First-pass effect (%) < 10 - 50 60-75
Bioavailability (%) 90 50 50 25
Protein Binding (%) 35 3 12 98
Balance Clearance + - - -

Waktu paruh eliminasinya yang panjang (10-12 jam) memungkinkan


untuk pemberian 1 x Sehari (5-10 mg).
Bisoprolol menunjukkan ketersediaan hayati yang tinggi ( 90%) yang
merupakan hasil dari absrobsi yang tinggi (>90%) dan first-past effect
yang rendah (<10 %).
Penggunaannya tidak dipengaruhi makanan sehingga dapat diminum
sebelum atau sesudah makan.
Bisoprolol menunjukkan pembersihan yang seimbang, antara
metabolisme di hati dan ekskresi melalui ginjal (50:50) sehingga tidak
perlu penyesuaian dosis pada kondisi gangguan hati maupun ginjal.

3) ALFA BLOCKER
Menghambat reseptor alfa di otos polos vaskuler yang secara normal
berespon pada rangsangan simpatis dengan vasokonstriksi.
Contoh : Klonidin. Klonidin diindikasikan untuk Hipertensi dan migrain.
Dosis yang direkomendasikan : 150-300 mg/hr tersedia dalam bentuk
tablet & injeksi
Obat Golongan Alfa Blocker BUKAN menjadi pilihan utama pada kondisi
hipertensi karena pertimbangan banyaknya efek samping (Sedasi,
mulut kering, bradikardi, depresi, gelisah)
Tidak boleh dihentikan mendadak, melainkan berangsur-angsur dalam
2-4 hari untuk menghindari “Hipertensi Rebound”

4) CALSIUM ANTAGONIST / CALCIUM CHANNEL BLOCKER

6
Ion-Ca intrasel bebas diperlukan untuk kontraksi otot polos jantung,
pembentukan dan penyaluran impuls-AV jantung. Ion-Ca berada di luar
sel saat ada rangsangan terjadilah depolarisasi membran-sel sehingga
menjadi permeabel. Hal ini memungkinkan ion-ca melintas masuk ke
dalam sel. Ketika mencapai kadar tertentu, menstimulasi otot polos
jantung berkontraksi.

Antagonis kalsium menghambat pemasukan ion-ca ektrasel ke dalam.


Dengan demikian mengurangi penyaluran impuls dan kontraksi otot
jantung.
Antagonis Kalsium secara kimiawi dapat dibedakan menjadi 2
kelompok yaitu :
1. Derivat dihidropiridin : efek vasodilatasi kuat. Contoh : Nifedipin,
Amlodipin, Nicardipin, Nimodipin
2. Derivat Non-dihidropiridin : efek vasodilatasi lebih lemah
dibanding derivat Dihidropiridin. Contoh : Verapamil, Diltiazem
Efek samping umum golongan Antagonis Kalsium : pusing, rasa panas
pada wajah (flushing), oedema pergelangan kaki, takikardi.

Kriteria Nifedipin Amlodipin Diltiazem Verapamil


T ½ Eliminasi Dewasa : 2-5 jam 30 Jam Oral : immediate Normal :3-7 jam
Geriatri : 7 Jam release 3-4 jam, Gangguan Fungsi
Sirosis : 7 Jam extended release Hati : 14-16 jam
6-9 jam
IV : 3-4 jam
Absorbsi 89% > 90% > 90 % > 90%
Metabolisme Hati Hati ( > 90%) Hati Hati
Ekskresi Urine dan Feses Urine Urine , feses Urine (70%), Feses
(16%)
Mula Kerja Obat 20 menit Oral : 30-60 menit Oral : 1-2 jam
IV : 3 menit IV : 1-5 menit
Durasi kerja Oral : 24 jam IV bolus 1-3 jam Oral : 6-8 jam
IV Continous 0,5- IV : 10-20 menit
10 jam

 DOSIS ANTAGONIS KALSIUM :


1. Amlodipin
 Hipertensi : 1x5 mg, maksimal 1x10 mg

7
 Geriatri : 1 x 2,5 mg, makimal 1 x 5 mg
 Penyesuaian dosis pada gangguan Hati : Untuk Hipertensi 1 x
2,5 mg. Untuk angina 1 x 5 mg
2. Nifedipin
 Angina : 3x10 mg
 Hipertensi : 1x30-60 mg (maksimum 90-120 mg / hari)
 Tidak perlu penyesuaian dosis pada kondisi gangguan ginjal
maupun hati
3. Verapamil
 Atrial Fibrilasi : IV 0,075-0,15 mg/KgBB, Oral 1x 180-480 mg
 Angina : 3 x 80-120 mg
 Hipertensi : 3x80 mg
4. Diltiazem
 Angina : 1 x 120 mg (extended release)
 Hipertensi : kapsul extended release 1 x 180-240 mg
(maksimum 480 mg / hari)
 Atrial Fibrilasi : extended kapsul / tabet 1 x 120-360 mg

5) GLIKOSIDA
Merupakan derivat digitalis yang diperoleh dari daun tanaman Digitalis
purpurea dan Digitalis Lanata. Digunakan untuk pengobatan Gagal Jantung
Kongestif (CHF) dan Atrial Fibrilasi (AF).
Bekerja dengan meningkatkan kontraktilitas jantung (efek inotropik
positif) /Kardiotonik
 Mekanisme Kerja Golongan Glikosida :
1. Mempengaruhi pergerakan ion Na dan K melewati membrane
miokardial sehingga sel kehilangan ion K
2. Bekerja langsung pada aktin dan miosin dari miokardial
3. Meningkatkan kadar ion Ca dalam sel dengan melepaskan kation
tersebut dari tempat ikatannya dan meningkatkan pemasukan ion
melalui membran sel. (akibat penghambatan pada enzim 〖𝑁𝑎〗^+,
𝐾^+− ATP-ase)
Obat golongan Glikosida memiliki Indeks Terapeutik Sempit →
Monitoring ketat pengggunaannya !!!
Toksisitas terhadap golongan Glikodisa ditandai dengan aritmia
jantung. Hal ini lebih cepat timbul jika pasien mengalami kekurangan
kalium (hipokalemia) karena otot jantung akan lebih peka pada
golongan ini.
Contoh : Lanatosid C, Digoksin, Beta-metildigoksin

 Bentuk sediaan : tablet dan injeksi

8
 Keamanan pada Ibu Hamil : KATEGORI C & terdistribusi ke ASI
Absorbsi Sal. Cerna : Baik (tablet 60%-80%)
 Metabolisme : sediaan oral di metabolisme oleh bakteri di sal.
Cerna menjadi 3-keto digoxigenin & 3-beta-digoxigenin (16%)
 T ½ eliminasi : 36-48 jam
 Ekskresi : urine (50%-70%)
 Dosis (Dewasa) :
CHF : 0,125 mg-0,25 mg 1 x sehari
AF : 0,125 mg-0,375 mg 1x sehari
 Penyesuaian Dosis pd kondisi khusus :
- Gangguan Fungsi Hati : tidak perlu penyesuaian dosis
- Gangguan Fungsi Ginjal ClCr 10-50 ml/mnt : berikan 25-
75% dari dosis normal / tiap 36 jam ClCr < 10 ml/mnt,
berikan 10-25% dari dosis normal atau tiap 48 jam
 Pemberian Injeksi : IV atau IM ; injeksi
 intravena pelan selama ≥ 5 menit
 j. Efek samping : Takikardia, pusing,
 mual-muntah gelisah, konvulsi

6) ACE Inhibitor

 Bekerja pada RAAS dengan cara Menghambat enzim yang diperlukan


untuk mengubah angiotensi I menjadi angiotensin II sehingga akan
menurunkan tekanan darah karena curah jantung menurun.
 Obat ini juga bekerja dengan mengaktifkan bradikinin, suatu
vasodilator yang meransang pengeluaran nitrioksida dan prostasiklin.
 Obat ini memiliki efek menstabilkan fungsi ginjal dan dapat
mengurangi proteinuria. Efek ini menguntungkan bagi pasien
Hipertensi dengan penyerta diabetes melitus
 Semua obat ACE inhibitor di eksresikan melalui ginjal kecuali
Fosinopril sehingga perlu penyesuaian dosis.
 Efek samping yang umum muncul antara lain : Hiperkalemia, batuk
kering, angiodema.
 Contoh : Kaptopril, Lisinopril, Ramipril, Elanapril, Fosinopril

 Dosis :

9
7) DIURETIK
Bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah jantung dan
menyebabkan ginjal meningkatkan ekskresi garam dan air sehingga volume
darah dan tekanan darah menurun.Sebaiknya diberikan pada Pagi hari
agak efek diuresis tidak mengganggu aktivitas pasien.
Pada umumnya Diuretika dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu :
1. Thiazide
 Bekerja pada tubulus distal dengan cara menghambat reabsorbsi
natrium dan klorida.
 Merupakan diuretik lini pertama pada pengobatan Hipertensi.
 Memiliki kurva dosis-efek datar yang artinya peningkatan dosis
tidak akan meningkatkan efektivitasnya. Justru akan
menyebabkan perubahan yang tajam pada kadar elektrolit.
2. Loop Diuretic
 Bekerja pada Ansa Henle bagian asenden dengan cara merintangi
transport 〖𝐶𝑙〗^− dan reabsorpsi 〖𝑁𝑎〗^+ pengeluaran 𝐾^+ dan
air juga diperbanyak
 Banyak digunakan pada kondisi akut, seperti oedema otak dan
paru.
 Contoh : Furosemid, asam etakrinat
3. Potassium sparing-diuretics
 Efek terhadap kardiovaskular kurang kuat dan khusus digunakan
sebagai kombinasi dengan Loop Diuretic guna menghemat
ekskresi kalium.
 Obat golongan ini menghambat proses reabsorpsi 〖𝑁𝑎〗^(+ )dan
ekskresi 𝐾^+ di Tubulus Pengumpul (Collecting Duct) ginjal
 Contoh : Spironolakton
4. Hidroklorotiazid
 Dosis :
- Hipertensi 1 xx 12,5 mg dapat ditingkatkan sampai 1 x 25
mg.
- Oedema : 1 x 12,5 - 25 mg. Pada pasien yang tidak
mampu mentoleransi duretika kuat berikan dosis awal 1
x 75 mg.
 Hati-hati dalam menggunakan dosis tinggi karena akan
menyebabkan perubahan yang tajam pada kadar kalium,

10
natrium, asam urat dan glukosa, TANPA meningkatkan
pengendalian tekanan darah.

5. Furosemida
 Merupakan diuretik kuat dengan titik kerja di Loop of Henle.
 Sangat efektif pada keadaan oedema yang akut
 Mula kerja cepat 0,5-1 jam (Oral) dan bertahan 4-6 jam,
beberapa menit (injeksi) dan bertahan 2,5 jam. T ½ eliminasi 30-
60 menit, diekskresi melalui ginjal
 Pemberian Furosemid injeksi IV terlalu cepat menyebabkan
ketulian (reversible) dan hipotensi
 Dosis :
- Hipertensi : 1-2 x 40 mg
- Oedema & Gagal jantung : dosis awal 20-80 mg dapat
ditingkatkan 20-40 mg dengan interval 6-8 jam. Dosis harian
1-2 x sehari

6. Spironolakton
 Efek kombinasi dengan Diuretika lainnya merupakan suatu adisi
disamping mencegah kehilangan kalsium, ditemukan bahwa
spironolakton dapat mengurangi mortalitas pasien gagal jantung
sebesar 30%
 Memiliki durasi kerja yang panjang (2 hari) sehingga
pemberiannya cukup 1 x sehari.
 Dosis Dewasa : 1 x 25-50 mg (kombinasi dengan obat lain),
Oedema : 1-2 x sehari (25-200 mg), Asites : 1x100 mg (maksimal
400mg/hari)
 Penyesuaian dosis pada gangguan Ginjal :
- CLCr 30-40 ml/mnt : 1 x 12,5 mg
- ClCr < 30 ml.mnt : tidak direkomendasikan
-
 “Resistensi Diuretika”
Kondisi dimana pemberian Furosemid oral s/d dosis 250 mg / hari dengan
asupan garam terbatas, tidak memberikan efek. Hal ini dapat diatasi
dengan penambahan suatu Thiazid.

 Titik Kerja Golongan Diuretik :

11
8) VASODILATOR
 Merelaksasi otot polos arteriol sehingga resistensi perifer menurun,
denyut jantung meningkat
 Contoh Hidralazin
 Diberikan pada kondisi hipertensi, gagal jantung
 Efek samping : pusing, takikardi, gangguan saluran cerna, wajah &
kulit kemerahan
 Dosis : 50 mg/ hari terbagi dalam 2-3 dosis

12

Anda mungkin juga menyukai