Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ANTROPOLOGHY

REVIEW JURNAL

DOSEN PENGAMPU : M. Zul Azhri, SKM., M. Kes.

NAMA KELOMPOK : 1. FATRIK SUGIARTO (2021014)

2. ISKANDAR SELIBAS (2021019)

3. MEGA FEBININGTYAS (2021020)

4. RIZAL MARU (2021013)

JUDUL Interaksi Sosial Muslim-Kristiani di Sumatera Utara


JURNAL Tsaqafah
VOLUME & HALAMAN Vol 10.No.
TAHUN 2/November / 2014
PENULIS Oleh : Irwansyah
REVIEWER FATRIK SUGIARTO (2021014)
ISKANDAR SELIBAS (2021019)
MEGA FEBININGTYAS (2021020)
RIZAL MARU (2021013)
TANGGAL 11 Maret 2021
TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial yang terjadi
antara Muslim dan Kristiani di Sumatera Utara terbentuk
dalam berbagai pola yang bergantung pada model dan
kawasan pemukiman.
SUBJEK PENELITIAN Interaksi sosial yang terjadi antara Muslim dan Kristiani pada
pemukiman di Sumatera Utara .
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini ialah
metode deskriptif. Handari Nawawi, mengemukakan bahwa
metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat dan
lain-lain) pada saat sekarang bedasarkan fakta-fakta yang
tampak, atau sebagaimana adanya.
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan interaksi sosial yang terjadi
antara Muslim dan Kristiani di Sumatera Utara terbentuk
dalam berbagai pola yang bergantung pada model dan
kawasan pemukiman. Pada model-model pemukiman yang
membaur interaksi sosial cenderung positif, namun pada
model-model pemukiman mengelompok interaksi sosial
cenderung negatif. Keberadaan Gereja di kawasan
pemukiman mayoritas Muslim cenderung memicu konflik
dengan alasan regulasi, biasanya didorong oleh provokasi-
provokasi yang dilakukan pihak luar. Persoalan ternak babi
juga menjadi penghambat yang membuat interaksi sosial
Muslim-Kristiani terganggu di kawasan pemukiman.
KEKUATAN Hubungan Muslim dan Kristiani dengan model membaur di
daerah-daerah kecil yang tidak disebut dengan istilah kota dan
mungkin bisa dipadankan dengan istilah ‘desa’ ataupun
‘kampung’, menunjukkan pola hubungan positif. Kondisi ini
terjadi baik di daerah-daerah yang dikenal sebagai ‘kawasan
Melayu’ maupun ‘kawasan Batak’, namun tidak banyak kasus
model membaur yang ditemukan pada kawasan Melayu
karena yang lebih menonjol adalah pola pemukiman orang-
orang Batak yang hidup mengelompok
KELEMAHAN Melihat perkembangan hubungan antarumat beragama di
tanah air, dapat dikatakan sampai akhir abad 20 M, umat
beragama di Indonesia masih menyimpan potensi ketegangan-
ketegangan, intoleransi dan bahkan bermusuhan. Artinya,
sampai sekarang antarumat beragama di mana-mana masih
menyimpan potensi ketegangan-ketegangan, baik yang
disebabkan oleh agama-agama itu sendiri maupun yang terjadi
karena faktor di luar agama, seperti faktor ekonomi, faktor
politik dan sebagainya.
PERBEDAAN DENGAN Perbedaan dengan istilah Muslim yang berarti penganut
RENCANA agama Islam. Penggunaan ini berkaitan dengan dua agama
yang memiliki hubungan genealogis sebelum akhirnya
terbelah menjadi Protestan dan Katolik pasca gerakan protes
Martin Luther disekitar abad ke-16. Akan tetapi Konsep
‘interaksi sosial’ sendiri dalam kajian Sosiologi, bisa terjadi
dalam dua bentuk, yaitu: bentuk asosiatif dan bentuk
disasosiatif. Bentuk asosiatif merupakan sebuah proses yang
terjadi karena saling pengertian dan kerjasama timbal balik
antara orang per orang atau kelompok yang satu dengan yang
lainnya. Sementara itu, bentuk disosiatif merupakan proses
perlawanan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok
dalam proses sosial sebuah masyarakat.7 Karenanya, interaksi
sosial adalah cermin dari sebuah hubungan atau “kontak
sosial” yang juga terdiri dari dua bentuk: positif dan negatif.
Hubungan positif terjadi manakala bentuk kontak sosial
tersebut mengarah pada pola- pola yang menunjukkan
kerjasama, sebaliknya hubungan negatif terjadi ketika kontak
sosial tersebut mengarah pada pertentangan yang
mengakibatkan putus-nya interaksi.

Penelitian ini tidak menentukan daerah -daerah khusus yang


dijadikan sebagai lokasi penelitian, karena titik berangkatnya
bukan-lah kasus-kasus yang terjadi pada daerah tertentu, akan
tetapi bentuk-bentuk hubungan di pemukiman yang tidak
selalu terikat pada ruang dan waktu. Bukan berarti penelitian
ini mengabaikan pemetaan daerah sebagai tempat tinggal
Muslim-Kristiani yang tentu saja di dalamnya terjadi
hubungan, tapi penelusuran terhadap data-data tersebut bisa
saja dilakukan mulai dari pantai timur hingga pantai barat
provinsi Sumatera Utara tanpa membatasi daerah. Karena
sifat-nya yang grounded, yang memungkinkan data-data pada
penelitian kualitatif berkembang dalam proses penelitian,
maka diasumsikan daerah-daerah yang dikunjungi untuk
menelusuri data juga akan berkembang dalam proses
penelitian.

Pada tahap selanjutnya, penelusuran data dilakukan dengan


cara observasi ke titik-titik terdekat yang dianggap
merepresentasi-kan pemukiman-pemukiman di mana salah
satunya mayoritas dan yang lainnya menjadi minoritas serta
pemukiman- pemukiman dengan keadaan yang seimbang.
Identifikasi terhadap lokasi-lokasi pemukiman ini tidak hanya
mengandalkan pemetaan daerah, tapi pada tahap tertentu
dilakukan juga wawancara kepada expert (orang yang
dianggap ahli), baik yang mewakili Muslim maupun yang
mewakili Kristiani. Hal ini dilakukan untuk mengkonfirmasi
dugaan-dugaan dan berbagai kemungkinan terjadinya
hubungan Muslim- Kristiani pada daerah-daerah tertentu,
karena bisa saja suatu daerah menggambarkan kondisi
mayoritas-minoritas maupun seimbang, tapi tidak terjadi
hubungan di dalamnya.

Anda mungkin juga menyukai