Anda di halaman 1dari 47

MANAJEMEN CAIRAN & ELEKTROLIT

Kelas D Kelompok 4

1. Sarah Dewi Permata Sari 1910711017


2. Endah Dwi Cahyani 1910711044
3. Dwi Rahmawati 1910711049
4. Miqdad 1910711059
Dosen Pengampu: Ns. Diah Tika Anggraeni, M.Kep
Jenis Cairan Intravena

ISOTONIS (iso, sama; tonik, konsentrasi)


Kristaloid berisi sama dengan jumlah elektrolit plasma,
Memiliki konsentrasi yang sama,
Tidak terjadi perpindahan yang signifikan antara cairan di
dalam intravascular dan sel
KRISTALOID
Tidak mengandung HIPERTONIS (hiper, tinggi, tonik, konsentrasi).
partikel onkotik Tristaloid berisi lebih elektrolit dari plasma tubuh,
Terkonsentrasi lebih
Cairan akan menarik cairan dari sel ke ruang intravascular

HIPOTENIS (hipo, rendah; tonik, konsentrasi)


Kristaloid elektrolitnya lebih sedikit dari plasma dan
kurang terkonsentrasi
cairan cepat berpindah dari intravaskuler ke sel
Jenis Cairan Intravena
Jenis Cairan Intravena

KOLOID ALAMI
fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5% dan
25%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma 60°C selama
10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya

KOLOID KOLOID SINTETIK


Molekul tinggi 1. Dextran Koloid berasal dari molekul polimer glukosa dengan
dengan aktivitas jumlah yang besar. Dextrans diproduksi untuk mengganti
osmotik cairan
2. Hydroxylethyl Starch (Hetastarch) sering digunakan saat ini,
potensinya sebagai plasma volume expander yang besar
dengan toksisitas yang rendah dan tidak mengganggu
koagulasi
3. Gelatin terbuat dari gelatin, biasanya berasal dari collagen
bovine serta dapat memberikan reaksi
Jenis Cairan Intravena
Jenis Cairan Intravena

Perbandingan Kristaloid dan Koloid


Jenis Cairan Intravena

Kristaloid Koloid

1. Lebih mudah tersedia dan murah 1. Ekspansi volume plasma tanpa


Keuntungan
2. Komposisi serupa dengan plasma ekspansi interstitial
(Ringer asetat/ringer laktat) 2. Ekspansi volume lebih besar
3. Bisa disimpan di suhu kamar 3. Durasi lebih lama
4. Bebas dari reaksi anafilaktik 4. Oksigenasi jaringan lebih baik
5. Komplikasi minimal 5. Insiden edema paru dan/atau edema
sistemik lebih rendah
Jenis Cairan Intravena

Kristaloid Koloid

1. Edema bisa mengurangi 1. Anafilaksis


Kekurangan
ekspansibilitas dinding dada 2. Koagulopati
2. Oksigenasi jaringan terganggu 3. Albumin bisa memperberat depresi
karena bertambahnya jarak kapiler dan miokard pada pasien syok
sel
3. Memerlukan volume 4 kali lebih
banyak
Jenis Obat-obatan di Keperawatan Kritis
Obat Inotropik
Inotropik adalah obat yang mengubah tekanan kontraksi otot jantung (detak jantung). Ada dua tipe
berbeda obat-obatan inotropik: negatif dan positif.
ex : Digoksin, glikosida jantung yang paling sering digunakan, terutama untuk alasan farmakokinetik.
Digitoksin, mempunyai waktu paruh lebih panjang, lebih banyak diabsorbsi dari saluran cerna, lebih
banyak terikat protein dan dimetabolisme lebih luas sebelum ekskresi

Antikonvulsan
Antikonvulsan adalah obat yang digunakan untuk merilekskan otot, mengatasi kejang dan
epilepsi (Zhou,, dkk. 2018). Fenitoin adalah obat antikonvulsan yang digunakan untuk status epileptikus fokal dan
umum. Carbamazepine adalah obat antiepilepsi yang umum digunakan dalam pengobatan kejang umum dan kejang
tonik-klonik serta nyeri neuropatik. Asam valproat, Asam valproat adalah obat antikonvulsan yang digunakan pada
status epileptikus dan untuk mengobati epilepsi
Jenis Obat-obatan di Keperawatan Kritis
Antikoagulan
obat untuk mencegah penggumpalan darah. contoh antikoagulan yaitu Heparin merupakan antikoagulan injeksi
yang bekerja dengan cara mengikat anti trombin dimana menghasilkan peningkatan yang sangat besar pada
aktivitas anti thrombin. Heparin dapat diberikan secara intravena dan subkutan,selain itu, Antikoagulan oral
berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli.

Antiplatelet/ anti trombus


Antitrombotik adalah obat yang menghambat agregasi trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya
pembentukan trombus yang terutama sering ditemukan pada system arteri. contoh Aspirin. Aspirin terikat pada
platelet dan mencegahnya membentuk gumpalan dalam dinding pembuluh darah, jadi aspirin mengurangi
resiko kematian karena penyakit arteri koroner. Penderita yang alergi terhadap aspirin, bisa menggunakan
tiklopidin. (contohnya aspirin)
Jenis Obat-obatan di Keperawatan Kritis
Vasoakctive drugs
Anti angina
Obat vasoaktif adalah obat yang
- Beta-blocker , Obat ini mempengaruhi efek hormon epinephrine dan norepinephrine pada
menyebabkan kontraksi otot
jantung dan organ lainnya. Beta blocker mengurangi denyut jantung pada saat istirahat.
arteri dan kapiler. contoh obat
Selama melakukan aktivitas, beta-blocker membatasi peningkatan denyut jantung
vasoaktif adalah vasopresin,
sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen. Beta-blocker dan nitrat telah terbukti
norepinefrin, dopamin dosis
mampu mengurangi kejadian serangan jantung dan kematian mendadak. (Contohnya:
tinggi. Vasopresin
Propanolol, pindolol, nadolol, metoprolol, dan atenolol)
direkomendasikan untuk
- Nitrat, Obat ini berfungsi untuk merelaksasi otot halus di pembuluh darah dan
mengobati syok septik yang
memvasodilatasi pembuluh darah. contoh : nitrogliserin, isosorbid dinitrat
tidak terkendali setelah
- Calcium channel blocker beta blocker, obat ini mengganggu pergerakan kalsium melalui
resusitasi cairan
kanal kalsium, obat ini berfungsi menurunkan tekanan darah. contoh contoh amlodipine
Jenis Obat-obatan di Keperawatan Kritis
Emergency drugs
Anti aritmia
(Hunne,, dkk.2020) - Jenis antiaritmia kelas I bekerja dengan cara menghambat saluran natrium, sehingga
1) Epinephrine konduksi listrik jantung dapat diperlambat. Obat antiaritmia kelas Ia: quinidine,. Obat
(adrenaline) antiaritmia kelas Ib: lidocaine. Obat antiaritmia kelas Ic: flecainide
2) salbutamol puff - Obat antiaritmia kelas II berasal dari golongan Obat golongan beta blocker bekerja
3) atropine dengan cara menghalangi impuls yang dapat menyebabkan irama jantung tidak

4) aspirin teratur. (contoh obat:Propanolol Esmolol Sotalol)

5) furosemide - Jenis antiaritmia kelas III, jenis ini dapat memperlambat impuls listrik di jantung
dengan menghalangi penyerapan kalium di jantung. (contoh obat: Amiodaron
6) hydrocortisone
Bretilium)
7) insulin
- Jenis antiaritmia ke IV. jenis ini dapat memperlambat impuls listrik jantung dengan
8) lidocaine
cara menghalangi saluran kalsium di jantung (Contoh obat: verapamil)
Jenis Obat-obatan di Keperawatan Kritis
Menurut Burgahrt (2011), tiga kelas analgesik yang biasa digunakan oleh perawat perawatan kritis adalah:

Opioid
Non Opioid
Opioid bekerja dengan menghalangi pelepasan neurotransmiter yang terlibat dalam transmisi
Non Opioid adalah pilihan pertama untuk mengelola nyeri sinyal rasa sakit ke otak.
ringan tetapi penggunaannya terbatas pada pasien sakit - Agonis opioid, menghilangkan rasa sakit dengan mengikat reseptor rasa sakit, yang, pada
kritis karena efek samping dan bentuk parenteral yang dasarnya, menghasilkan penghilang rasa sakit. Contoh agonis opioid adalah: morfin (
terbatas. Mereka mengurangi rasa sakit dengan Roxanol ), fentanil ( Sublimaze ), hidromorfon ( Dilaudid ), kodein,
menghambat peradangan di lokasi cedera. Contoh non - Antagonis opioid, Antagonis opioid menempel pada reseptor opiat tanpa menghasilkan
opioid adalah: efek agonis. Mereka bekerja dengan menggantikan opioid di situs reseptor dan
- Acetaminophen (Tylenol) & NSAID, seperti membalikkan efek analgesik dan depresan pernapasan dari opioid. Contoh antagonis

ibuprofen (Motrin) dan naproxen (Naprosyn), opioid adalah: nalokson & naltrekson ( ReVia ).

- Salisilat seperti aspirin - Campuran agonis-antagonis opioid, Campuran agonis-antagonis opioid menghilangkan

- Lidokain (Lidoderm) rasa sakit dengan mengikat reseptor opiat untuk mempengaruhi berbagai tingkat aktivitas
agonis dan antagonis. Contoh agonis-antagonis opioid campuran adalah: buprenorfin (
Buprenex ), butorphanol ( Stadol ), pentazocine .
Jenis Obat-obatan di Keperawatan Kritis
Menurut Burgahrt (2011), tiga kelas analgesik yang biasa digunakan oleh perawat perawatan kritis adalah:

Obat adjuvant
Analgesik adjuvan adalah obat yang mempunyai indikasi utama lain tetapi digunakan sebagai analgesik dalam beberapa keadaan.
Ajuvan dapat diberikan dalam kombinasi dengan opioid atau sendiri untuk mengobati pasien dengan nyeri kronis. Obat-obatan yang
digunakan sebagai analgesik adjuvan meliputi:
- Antikonvulsan, seperti carbamazepine ( Tegretol ), clonazepam ( Klonopin ), dan gabapentin (Neurontin)
- Antidepresan trisiklik, seperti amitriptyline (Elavil) dan nor - riptyline ( Aventyl )
- Benzodiazepin, seperti alprazolam (Xanax), diazepam (Valium), dan lorazepam
- Kortikosteroid, seperti deksametason ( Decadron ) dan methylprednisolone (Medrol).
Jenis Obat-obatan di Keperawatan Kritis

Obat penenang/ Sedative


Benzodiazepin, seperti midazolam, lorazepam (Ativan), dan propofol ( Diprivan ) digunakan untuk sedasi sadar dan sedasi pra operasi untuk mengurangi kecemasan dan
kesadaran pada pasien yang menjalani prosedur diagnostik atau bedah. Obat ini juga digunakan untuk meredakan kecemasan dan meningkatkan sedasi pada pasien yang
menggunakan ventilator mekanik, terutama mereka yang menerima agen penghambat neuromuskular. Agen tersebut menyebabkan kelumpuhan tanpa mengubah LOC pasien,
yang tanpa sedasi menakutkan bagi pasien (Zhou,, dkk. 2018)
1) Propofol , Propofol . Propofol adalah anestesi dan obat penenang yang umum digunakan di ICU. Menginduksi dan mempertahankan anestesi &
menenangkan pasien yang berventilasi mekanis
2) Diazepam. Diazepam adalah obat penenang lain dari keluarga benzodiazepine yang dapat digunakan di ICU untuk sedasi atau pengobatan
antikonvulsan.
3) Dexmedetomidine . Dexmedetomidine (DEX), digunakan di ICU untuk mendapatkan sedasi ringan dan analgesia,
4) Lorazepam , Lorazepam adalah turunan benzodiazepine dengan sifat anti ansietas dan sedatif-hipnotis mengurangi kecemasan, mempertahankan status
epileptikus , Insomnia, Premedikasi sebelum prosedur operasi
5) Midazolam. Midazolam. Midazolam adalah benzodiazepin yang biasa digunakan untuk sedasi di unit gawat darurat dan ICU. Sedasi pra operasi (untuk
menginduksi kantuk dan menghilangkan ketakutan), Sedasi sadar sebelum prosedur diagnostik atau endoskopi singkat, Infus berkelanjutan untuk sedasi
pasien yang diintubasi dan berventilasi mekanis sebagai komponen anestesi atau selama perawatan dalam pengaturan perawatan kritis
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis
1. Pengertian Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah proses pergerakan atau perjalanan obat di dalam tubuh untuk mencapai kerja obat.

1. Absorbsi 2. Distribusi
Obat ketika diserap di saluran cerna Distribusi adalah proses di mana obat
umumnya absorpsi terjadi di bagian usus menjadi berada dalam cairan tubuh dan
halus. Sedangkan untuk obat intravena jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi
langsung masuk melalui pembuluh darah, oleh aliran darah, afinitas (kekuatan
sehingga tidak melalui proses absorpsi. penggabungan) terhadap jaringan, dan efek
pengikatan dengan protein.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis
1. Pengertian Farmakokinetik

3. Metabolisme
Hati merupakan tempat utama 4. Ekskresi atau Eliminasi
untuk metabolisme. Kebanyakan obat Obat bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air, dan
diinaktifkan oleh enzim-enzim hati dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh ginjal. Obat-obat yang
kemudian diubah atau berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali
ditransformasikan oleh enzim-enzim obat dilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi
hati menjadi metabolit inaktif atau zat bebas dan akhirnya akan diekskresikan melalui urin.
yang larut dalam air untuk
diekskresikan.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis
2. Pengertian Farmakodinamik

Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia tubuh dan juga
mekanisme kerja obat.

1. Mula, Puncak dan Lama Kerja Obat


Mula kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif minimum
(MEC= minimum effective concentration). Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam
darah atau plasma. Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis
2. Pengertian Farmakodinamik

2. Efek Terapetik, Efek Samping, Reaksi yang merugikan dan Efek Toksik
Efek terapeutik dari suatu obat disebut juga efek yang diinginkan, adalah efek yang utama yang dimaksudkan yakni
alasan obat diresepkan. Hasil yang tidak diharapkan ini disebut efek samping.
Efek samping terjadi karena interaksi yang rumit antara obat dengan sistem biologis tubuh, antar individu bervariasi.
Efek samping obat bisa terjadi antara lain:
● Penggunaan lebih dari satu obat sehingga interaksi antara obat menjadi tumpang tindih pengaruh obat terhadap organ
yang sama
● Obat-obat tersebut punya efek saling berlawanan terhadap organ tertentu
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis
1. Epinefrin (Adrenalin)
Farmakokinetik
Absorpsi
Pada pemberian oral, epi tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar dirusak oleh enzim COMT dan MAO
yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati. Pada penyuntikan SK, absorpsi lambat karena vasokonstriksi lokal,
Absorpsi yang lebih cepat terjadi dengan penyuntikan IM. Pada pemberian lokal secara inhalasi, efeknya terbatas
terutama pada saluran napas, tetapi efek sistemik dapat terjadi, terutama bila digunakan dosis besar.
Biotransformasi dan Ekskresi
Epinefrin stabil dalam darah. Degradasi Epinefrin terutama terjadi dalam hati yang banyak mengandung enzim
COMT dan MAO.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis
1. Epinefrin (Adrenalin)
Farmakodinamik
Kardiovaskular: Pemberian epi pada manusia secara SK atau secara IV lambat menyebabkan kenaikan tekanan sistolik
yang sedang dan penurunan tekanan diastolik. Dengan demikian, denyut jantung, curah jantung, curah sekuncup dan kerja
ventrikel meningkat akibat stimulasi langsung epi pada jantung dan peningkatan aliran balik vena.
Saluran Cerna: Tonus dan motilitas usus dan lambung berkurang.
Kandung Kemih: Epi menyebabkan relaksasi otot detrusor melalui reseptor β2, dan kontraksi otot trigon, sfingter dan otot
polos prostat melalui reseptor α1, yang dapat menimbulkan kesulitan berkemih dan retensi urin.
Pernapasan: Efek bronkodilatasi ini jelas sekali bila sudah ada kontraksi otot polos bronkus karena asma bronchial,
histamine, esterkolin, pilokarpin, bradikinin, zat anafilaksis dan lain-lain.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis

2. Norepinefrin
Farmakokinetik
Dosis Infus 2-29 µg/menit (0,04-0,4 µg/kg/menit)
Suntikan 1 mg/ml
Eliminasi Degradasi enzimatik, paru-paru
Farmakodinamik
Efek samping utama
Kardiovaskular: bradikardi, takiaritmia, hipertensi, penurunan curah jantung.
SSP : sakit kepala.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis
3. Efedrin
Farmakokinetik
Awitan aksi :IV hampir langsung IM beberapa menit
Efek puncak :IV 2-5 menit, IM kurang 10 menit
Lama aksi : IV/ IM 10-60 menit
Interaksi / toksisitas : peningkatan resiko aritmia dengan obat anestetik volatil, dipotensiasi, oleh antidepresan siklik meningkatkan efek
anestesi volatil.
Farmakodinamik
Efek farmakodinamik efedrin menyerupai efek epinefrin, perbedaannya ialah bahwa efedrin bukan katekolamin, maka efektif pada
pemberian oral, masa kerjanya jauh lebih panjang, efek sentralnya lebih kuat, tetapi diperlukan dosis yang jauh lebih besar daripada
dosis epinefrin.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis

4. Sulfas Atropin (Anti Muskarinik)


Farmakokinetik
Atropin mudah diserap di semua tempat, kecuali di kulit. Pemberian atropin sebagai obat tetes mata, terutama pada
anak-anak dapat menyebabkan absorpsi dalam jumlah yang cukup besar lewat mukosa nasal, sehingga menimbulkan efek
sistemik dan bahkan keracunan. Dari sirkulasi darah atropin cepat memasuki jaringan dan separuhnya mengalami
hidrolisis enzimatik di hepar.Sebagian di ekskresi melalui ginjal dalam bentuk asal. Waktu paruh atropin sekitar 4 jam.
Farmakodinamik
Saluran cerna Karena bersifat menghambat peristaltik lambung dan usus, atropine juga disebut sebagai antispasmodik.
Atropin menyebabkan berkurangnya sekresi liur dan sebagian juga sekresi lambung.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis
5. Aminofilin (Derivat Xantin: theophylline ethylenediamine)
Farmakokinetik
Metilxantin cepat diabsorpsi setelah pemberian oral, rectal atau parenteral. Sediaan bentuk cair atau tablet tidak bersalut
akan diabsorbsi secara cepat dan lengkap. Absorbsi juga berlangsung lengkap untuk beberapa jenis sediaan lepas lambat.
Absorbsi teofilin dalam bentuk garam yang mudah larut, misalnya teofilin Na glisinat atau teofilin kolin tidak lebih baik.
Farmakodinamik
Teofilin merupakan suatu antagonis kompetitif pada reseptor adenosin.Adenosin dapat menyebabkan bronkokonstriksi
pada pasien asma dan memperkuat penglepasan mediator dari sel mast yang diinduksi oleh rangsang imunologis. Oleh
karenanya penghambatan kerja adenosin juga merupakan mekanisme kerja teofilin untuk mengatasi bronkokonstriksi pada
pasien asma.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis
6. Deksametason (Kortikosteroid)
Farmakokinetik
Kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral diabsorbsi cukup baik. Untuk mencapai kadar
tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh, ester kortisol dan derivat sintetiknya diberikan secara IV.
Untuk mendapatkan efek yang lama kortisol dan esternya diberikan secara IM.
Farmakodinamik
Kortikosteroid dapat mempengaruhi sistem kardiovaskular secara langsung maupun tidak langsung.
Pengaruh tidak langsung ialah terhadap keseimbangan air dan elektrolit sedangkan pengaruh langsung
steroid terhadap sistem kardiovaskular antara lain pada kapiler, arteriol dan miokard.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis

7. Lidokain
Farmakokinetik
Awitan aksi : IV 45-90 detik
Efek Puncak : IV 1 – 2 menit
Lama aksi : IV 10-20 menit
Farmakodinamik
Anestetik lokal turunan amida menstabilisasi membran neuronal dengan inhibisi fluks natrium untuk
memulai hantaran impuls.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis

8. Amiodaron
Farmakokinetik
Awitan aksi : beberapa menit IV, PO 2-4 hari
Efek Puncak : IV 1 jam, PO 1-3 minggu
Lama aksi : IV 6-7 jam, PO 45 hari
Farmakodinamik
Turunan benzofuran ini dapat memperpanjang lama potensial aksi dan meningkatkan periode refrakter serat
jantung. Juga menyebabkan inhibisi adrenergic alfa dan beta non kompetisi. Terapi jangka panjang menimbulkan
dilatasi arteri koronaria dan peningkatan aliran darah.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis
9. Diazepam
Farmakokinetik
Lama aksi : IV < 2 menit, rektal < 10 menit, PO 15 menit-1 jam (lebih singkat pada anak-anak)
Efek puncak : IV 3-4 menit, PO 1 jam
Lama aksi : IV 15 menit- 1 jam, PO 2-6 jam
Interaksi/toksisitas : efek sedatif dan depresi sirkulasi dipotensi oleh opioid, alkohol, dan pendepresi SSP lainnya,
eliminasi dikurangi oleh simetidin, mengurangi kebutuhan akan anestetik volatil, timbul tromboflebitis pada
pemberian IV, bersihan dan kebutuhan dosis pada usia tua menurun, efek diantagonisir oleh flumazenil, dapat
menyebabkan hipotermi neonatorum, berinteraksi dengan wadah plastik, dan set pemberian secara bermakna
mengurangi bioavailabilitas
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis

9. Diazepam
Farmakodinamik
Kontraindikasi pada glaukoma sudut sempit atau sudut-terbuka kecuali jika pasien mendapat terapi
yang sesuai. Kurangi dosis pada pasien manula/berisiko tinggi, atau hipovolemik, pasien dengan
cadangan paru yang terbatas, dan penggunaan bersamaan dengan sedatif atau narkotik. Suntikan
dengan lambat melalui vena besar untuk mengurangi tromboflebitis. Mengantuk dapat kembali terjadi
6-8 jam setelah dosis diberikan karena resirkulasi enterohepatik.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis

9. Diazepam
Farmakodinamik
Kontraindikasi pada glaukoma sudut sempit atau sudut-terbuka kecuali jika pasien mendapat terapi
yang sesuai. Kurangi dosis pada pasien manula/berisiko tinggi, atau hipovolemik, pasien dengan
cadangan paru yang terbatas, dan penggunaan bersamaan dengan sedatif atau narkotik. Suntikan
dengan lambat melalui vena besar untuk mengurangi tromboflebitis. Mengantuk dapat kembali terjadi
6-8 jam setelah dosis diberikan karena resirkulasi enterohepatik.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis

10. Dobutamin
Farmakokinetik
Kurang efektif dengan penyekat beta, penggunaaan dengan nitroprusid menimbulkan curah jantung yang lebih tinggi dan
tekanan baji pulmoner yang lebih rendah Bretilium mempotensiasi efek dari dobutamin dan dapat menimbulkan aritmia
Diinaktivasi dalam larutan basa Peningkatan risiko aritmia supraventrikel dan ventrikel pada penggunaan anestetik volatil.
Farmakodinamik
Pada pasien dengan fibrilasi atrium dan kecepatan ventrikel yang tinggi, suatu preparat digitalis atau pengontrol nadi lain
harus diberikan sebelum terapi dengan dobutamin dimulai.
Farmakokinetik & Farmakodinamik
obat di area keperawatan kritis

11. Dopamin
Farmakokinetik
Peningkatan risiko aritmia supraventrikel dan ventrikel pada penggunaan anestetik volatil,
kemungkinan terjadinya nekrosis pada pasien dengan penyakit vaskular oklusif, terinaktivasi dalam
larutan basa
Farmakodinamik
Dopamin tidak boleh diberikan kepada pasien Dengan feokromositoma atau dengan adanya
takiaritmia atau fibrilasi ventrikel yang tidak dikoreksi
Side Effect Obat-obatan di ICU

Terlampir dimakalah
Jenis dan Fungsi Elektrolit
1. Natrium
Natrium dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan elektrolit,
mengendalikan cairan dalam tubuh, dan mengatur kontraksi otot serta
fungsi saraf.
2. Kalium
Elektrolit yang satu ini berfungsi untuk mengatur irama dan pompa
jantung, menjaga tekanan darah tetap stabil, mendukung aktivitas listrik
saraf, mengatur kontraksi otot dan metabolisme sel, serta menjaga
kesehatan tulang dan keseimbangan elektrolit.
3. Klorida
Klorida dalam tubuh berfungsi untuk menjaga pH atau tingkat keasaman
darah, jumlah cairan tubuh, dan aktivitas saluran pencernaan.
Jenis dan Fungsi Elektrolit
4. Kalium
Kalsium merupakan mineral dan elektrolit penting yang berperan untuk menstabilkan
tekanan darah, mengendalikan kontraksi otot dan aktivitas listrik saraf, menguatkan
tulang dan gigi, serta menunjang proses pembekuan darah.
5. Magnesium
Magnesium berperan penting dalam proses pembentukan sel dan jaringan tubuh,
menjaga irama jantung, serta mendukung fungsi saraf dan kontraksi otot. Mencukupi
kebutuhan magnesium juga bermanfaat untu memperbaiki kualitas tidur pada penderita
insomnia.
6. Klorida
Fosfat berfungsi untuk memperkuat tulang dan gigi, menghasilkan energi, serta
mendukung pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh.
7. Bikarbonat
Jenis elektrolit ini berfungsi untuk menjaga pH darah tetap normal, menyeimbangkan
kadar cairan tubuh, dan mengatur fungsi jantung.
Implikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Cairan, Elektrolit & Administering obat

Prinsip pemberian terapi intravena dengan “5R”

Routine
Resuscitation Replacement
maintenance

Redistribution Reassesment
Implikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Cairan, Elektrolit & Administering obat
Cara Mencegah Kesalahan Pemberian Obat
Kewaspadaan Rasional
Baca label obat dengan teliti Banyak produk yang tersedia dalam kotak, warna, dan bentuk yang
sama.
Pertanyakan pemberian Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul atau vial
banyak tablet atau vial dosis tunggal. Interpretasi yang salah terhadap program obat dapat
untuk dosis tunggal mengakibatkan pemberian dosis tinggi berlebihan.
Waspadai obat-obatan Banyak nama obat terdengar sama (misalnya, digoksindan digitoksin,
bernama sama keflex dan keflin, orinase dan ornade)
Cermati angka di belakang Beberapa obat tersedia dalam jumlah seperti dibawah ini : tablet
koma coumadin dalam tablet 2,5 dan 25 mg, Thorazine dalam Spansules
(sejenis kapsul) 30 dan 300 mg
Implikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Cairan, Elektrolit & Administering obat
Cara Mencegah Kesalahan Pemberian Obat
Kewaspadaan Rasional
Pertanyakan peningkatan dosis Kebanyakan dosis diprogramkan secara bertahap supaya dokter dapat
yang tiba-tiba dan berlebihan memantau efek terapeutik dan responsnya.
Ketika suatu obat baru atau Jika dokter tidak lazim dengan obat tersebut maka risiko pemberian
obat yang tidak lazim dosis yang tidak akurat menjadi besar
diprogramkan, konsultasi
kepada sumbernya
Jangan beri obat yang Banyak dokter menggunakan nama pendek atau singkatan tidak resmi
diprogramkan dengan nama untuk obat yang sering diprogramkan. Apabila perawat atau ahli
pendek atau singkatan tidak farmasi tidak mengenal nama tersebut, obat yang diberikan atau
resmi dikeluarkan bisa salah
Implikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Cairan, Elektrolit & Administering obat
Keamanan Dalam Pemberian Obat Melalui Injeksi
Langkah
Jangan pernah menutup jarum kembali. Gunakan prosedur ini hanya bila sebuah wadah pembuangan
benda tajam tidak tersedia dan anda tidak dapat meninggalkan ruangan
Sebelum memberi injeksi, tempatkan tutup jarum di atas benda padat yang tidak bergerak, misalnya tepi
meja disisi tempat tidur. Bagian tutup jarum yang terbuka harus menghadap ke wajah dan dalam
jangkauan tangan perawat yang dominan, atau jangkauan infeksi, atau jangkauan tangan.
Beri injeksi, lalu Tempatkan ujung jarum pada pintu masuk tutup jarum. Dengan perlahan masukkan
jarum ke dalam tutupnya
Begitu jarum berada di dalam tutupnya, gunakan sebuah benda untuk menahan sehingga jarum dapat
ditutup seluruhnya. terakhir Buang jarum pada kesempatan pertama.
Implikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Cairan, Elektrolit & Administering obat

Langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang terkait dengan rute pemberian
obat (Lestari, 2016) :
1. Mengobservasi adanya memar, inflamasi, nyeri setempat atau pendarahan di tempat injeksi.
2. Menanyakan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di tempat injeksi.
3. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan diare pada klien.
4. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya flebitis, termasuk demam, pembengkakan
dan nyeri tekan setempat
Pemberian (administering) Titrasi Obat
dengan Syringe Pump dan Infus Pump
Terapi titrasi adalah pemberian terapi intravena secara continous dimulai dengan dosis yang kecil, bertahap dan bisa berubah-ubah
sewaktu-waktu menyesuaikan respon pasien. Pemberian terapi secara titrasi pada pasien kritis di ICU bertujuan untuk mencapai dosis
obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien dan respon yang dikehendaki.

- Banyak obat di ICU diberikan dengan cara titrasi


- Pemberian terapi titrasi secara continous menggunakan alat syringe pump atau infus pump dan bisa berubah dalam hitungan jam – menit – detik
- Membutuhkan monitoring yang ketat karena obat-obatan yang diberikan secara titrasi memiliki efek yang cepat sehingga mempengaruhi hemodinamik dan
kondisi pasien
- Memiliki target yang harus segera dicapai dan dosis obat selalu berubah sesuai dengan respon pasien.

Contoh Obat yang Diberikan Secara Titrasi :


- Dopamin (Dosis 2- 50 µg/kgBB/mnt) - Pemberiannya harus diencerkan dengan Normal saline 0,9%, D5% atau RL - Dosis kecil = dosis renal - Monitor tekanan
darah dan heart rate - Kemasan: 200 mg/ 10 ml
- Dobutamin (Dosis 2,5-40 µg/kgBB/mnt) - Obat inotropik turunan (sintetis) dari dopamin - Digunakan dengan indikasi shock kardiogenik, hipotensi berat setelah
mendapat terapi cairan - Pemberiannya harus diencerkan dengan Normal saline 0,9%, RL atau D10%
Rumus pemberian obat titrasi
- Rumus konsentrasi

Konsentrasi obat Dopamine, Dobutamine, Adrenalin, Noradrenaline


(Kandungan Obat (mg))/(Jumlah Pelarut (cc)) x 1000 (micro) = … mcg/ml Atau
Konsentrasi obat Nitrogliserin, Heparin, dan Cardarone (Kandungan Obat (mg))/(Jumlah Pelarut (cc))= … mcg/ml
- Rumus pemberian
Rumus Pemberian Dopamine, Dobutamine, Adrenalin, Noradrenaline
(Dosis x BB x 60)/Konsentrasi (dengan syringe pump atau infus pump) = … ml/jam
Rumus Pemberian Nitrolgilserin
(Dosis x 60)/Konsentrasi (dengan syringe pump atau infus pump) = … ml/jam
Rumus Pemberian Heparin
(Dosis )/Konsentrasi (dengan syringe pump atau infus pump) = … ml/jam
Rumus Pemberian Cordarone
(Dosis )/(Konsentrasi x jam pemberian) (dengan syringe pump atau infus pump) = … ml/jam
Rumus pemberian obat titrasi
Contoh Soal
A. Cara Pemberian Terapi Titrasi dengan Syringe Pump
Pasien Tn. S (45thn) BB 60 kg, mendapat terapi Dopamine 10 mcg/kgBB/mnt, berapa kecepatan
pemberian syringe pump ? (Diket: 1 ampul Dopamine = 200 mg/ 10 ml)

Jawaban :
Langkah: 1) Tentukan dosis kebutuhan pasien /jam
Kebutuhan : 10 mcg x 60 kg BB x 60 mnt = 36.000 mcg
2) Tentukan konsentrasi pengenceran
Konsentrasi : Dopamin 200 mg (200.000 ugr) diencerkan menjadi 50 ml
konsentrasi = 200.000/50 ml = 4000 mcg/cc
3) Menghitung kecepatan Syringe pump/jam dengan memasukkan rumus
Kecepatan = Dosis /konsentrasi = 36.000 / 4000 = 9 cc/jam
Contoh Soal
B. Contoh soal dengan menggunakan drip:
Ny Dn menderita AMI harus mendapatkan Heparin 1500 u/jam, diberikan lewat infus D5%. Berapa tetes
yang anda atur ? (faktor tetesan 1 cc = 15 tts)
Jawaban :
1. Dosis / Kebutuhan 1500 u/jam
2. Konsentrasi : Masukkan 2 cc (10.000 unit) heparin kedalam 500 cc ( 1 flabot) D5 %.
Konsentrasi = 10.000 : 500 = 20 unit/cc
3. Kecepatan Pemberian :
Dosis / Konsentrasi = 1500 / 20 = 75 cc/jam Konversi tetesan : 15 x 75/60 menit = 18 tts/mnt.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai