Dosen Penguji :
oleh :
Rahmawati Risna
NIM : G1A214057
UNIVERSITAS JAMBI
2017
1. Indikasi dan contoh aplikasi klinis dari koloid dan kristaloid?
Jawab :
a. Kristaloid
Cairan kristaloid merupakan cairan untuk resusitasi awal pada pasien
dengan syok hemoragik dan syok septic, pasien luka bakar, pasien
dengan trauma kepala untuk menjaga tekanan dan perfusi otak, dan
pasien dengan plasmaphersis dan reseksi hepar. Jika 3-4 L cairan
kristaloid telah diberikan, dan respon hemodinamik tidak adekuat, cairan
koloid dapat diberikan.
Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan
koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk
mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di
ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit.
` Heugman et al (1972) mengemukakan bahwa walaupun dalam
jumlah sedikit larutan kristaloid akan masuk ruang interstitiel sehingga
timbul edema perifer dan paru serta berakibat terganggunya oksigenasi
jaringan dan edema jaringan luka, apabila seseorang mendapat infus 1
liter NaCl 0,9%. Penelitian Mills dkk (1967) di medan perang Vietnam
turut memperkuat penelitan yang dilakukan oleh Heugman, yaitu
pemberian sejumlah cairan kristaloid dapat mengakibatkan timbulnya
edema paru berat. Selain itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan juga
dapat menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan intra kranial.
b. Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut “plasma
substitute” atau “plasma expander”. Di dalam cairan koloid terdapat
zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas
osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama
(waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid
sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok
hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia
berat dan kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar). Biasanya
indikasi pemakaian cairan koloid adalah :
1. Koloid alami
Koloid alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5
dan 2,5%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C
selama 10 jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi
protein plasma selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa
globulin dan beta globulin. Prekallikrein activators (Hageman’s factor
fragments) seringkali terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan
dalam albumin. Oleh sebab itu pemberian infuse dengan fraksi protein
plasma seringkali menimbulkan hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.
2. Koloid sintesis
Dextran
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan
Dextran 70 (Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000 diproduksi
oleh bakteri Leuconostoc mesenteroides B yang tumbuh dalam media
sukrosa. Walaupun Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih
baik dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu
memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro karena dapat
menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain itu Dextran
mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangi platelet
adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis
dan melancarkan aliran darah.
Gelatin
Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat
molekul rata-rata 35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada 3
macam gelatin, yaitu: modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell),
urea linked gelatin, oxypoly gelatin.Merupakan plasma expanders dan
banyak digunakan pada penderita gawat. Walaupun dapat menimbulkan
reaksi anafilaktik (jarang) terutama dari golongan urea linked gelatin.
Jawab :
Amnesia ( neurologis dan amnesia fungsional) didefinisikan sebagai
kesulitan dalam mempelajari informasi baru dan mengingat kejadian di
masa lampau.
Secara umum, amnesia terbagi menjadi :
Amnesia Retrograde adalah hilangnya ingatan mengenai kejadian
dan segenap hal yang mendahului suatu kecelakaan. Semua kesan
masa lalu sebelum terjadinya kecelakaan, jadi hilang. Hal ini
biasanya berlangsung pendek.
Amnesia anterograde adalah hilangnya ingatan mengenai
pristiwa-peristiwa segera sesudah kecelakaan atau kejadian
terjadi.
Jawab :
Epinefrin
a. Kardiovaskular
b. Saluran Cerna
- Reseptor α1, α2, β1 dan β2 terdapat pada membran sel otot polos. Pada
sfingter pylorus dan ileosekal, epinefrin menimbulkan kontraksi
melalui aktivasi reseptor α1.
c. Uterus
d. Kandung Kemih
Epinefrin pada dosis terapi tidak mempunyai efek stimulasi SSP yang kuat
karena obat ini relatif polar sehingga sukar masuk ke dalam SSP. Tetapi
pada banyak orang, epinefrin dapat menimbulkan kegelisahan, rasa kuatir,
nyeri kepala dan tremor.
g. Mata
h. Proses Metabolik
B. Farmakokinetik
a. Absorpsi
C. Indikasi
Komposisi : Epinefrin
Dosis :
Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan yang disebut efedra
atau ma-huang. Ma-huang mengandung banyak alkaloid mirip efedrin
yang kemudian dapat diolah menjadi efedrin. Bahan herbal yang
mengandung efedrin telah digunakan di Cina selama 2000 tahun, dan sejak
puluhan tahun merupakan komponen obat herbal Cina untuk berbagai
klaim misalnya obat pelangsing, obat penyegar atau pelega napas.
A. Farmakodinamik
B. Farmakokinetik
C. Indikasi
Dosis:
- Pada dosis biasa sudah bisa terjadi efek sentral seperti gelisah, nyeri
kepala, cemas, dan sukar tidur.
Norepinefrin
A. Farmakodinamik
B. Farmakokinetik
C. Indikasi
Dipakai pada hipotensi berat (TD sistolik < 70 mmHg, tanpa hipovolemia)
dan keadaan resistensi perifer total yang rendah. Norefineprin
meningkatkan konsumsi oksigen, sehingga harus berhati-hati
penggunaannya pada pasien penyakit jantung iskemik.
D. Dosis
- Dopamin
B. Dosis
- Dobutamin
Gambar . Sediaan Dobutamin
A. Mekanisme Kerja
B. Dosis
Tekanan Darah
TD < 70 mmHg TD 70 – 100 mmHg TD 70 – 100 mmHg
Tanda / gejala syok Tanda/ gejala syok (+) tanda / gejala syok (-)
(+)
Contoh :
1) *di ubah dari miligram (mg) menjai mikrogram (mcg), dalam sediaan:
2) *rumus pengencer
Vascon 4000 : 50 = 80
pengencer
= 6 mcg X 50 X 60
4000
= 4,5 ml/jam
2. 2 Antikolinergik
- Sulfas Atropin
3. Derivat sintetis
4. Bronkodilatasi.
Strukur Kimia
A. Farmakodinamik
2. Reseptor M2 di jantung.
Berikut ini adalah dampak pemberian atropin pada berbagai organ tubuh :
b. Sistem kardiovaskular
-
Pengaruh atropin terhadap jantung bersifat bifasik. Dengan dosis 0,25-
0,5 mg yang biasa digunakan, frekuensi jantung berkurang, mungkin
disebabkan oleh perangsangan pusat vagus. Bradikardi biasanya tidak
nyata dan tidak disertai perubahan tekanan darah atau curah jantung.
-
Pada dosis lebih dari 2 mg yang biasanya hanya digunakan pada
keracunan insektisida organofosfat, terjadi hambatan N. vagus
sehingga terjadi takikardia. Atropin tidak mempengaruhi pembuluh
darah maupun tekanan darah secara langsung. Dilatasi kapiler pada
bagian muka dan leher terjadi pada dosis toksik (atropine flush).
Vasodilatasi ini merupakan kompensasi kulit untuk melepaskan panas
dari naiknya suhu kulit akibat penghentian evaporasi.
b. Mata
c. Saluran napas
d. Saluran cerna
- Saluran kemih dipengaruhi oleh atropin dalam dosis agak besar (kira-
kira 5 mg). Pada pielogram akan terlihat dilatasi kaliks, pelvis, ureter,
dan kandung kemih. Hal ini dapat mengakibatkan retensi urin. Retensi
urin disebabkan oleh relaksasi otot detrusor dan konstriksi sfingter
uretra.
f. Kelenjar eksokrin
B. Farmakokinetik
C. Indikasi
a. Emergensi
b. Saluran napas
c. Oftalmologi
Atropin biasanya dipakai dengan kekuatan larutan 0,5-1%, dua atau tiga
tetes larutan ini cukup untuk menyebabkan midriasis selama beberapa hari
sampai seminggu.
e. Indikasi lain
2. Premedikasi Anestesi:
2.3 Antiaritmia
- Amiodaron
Indikasi
A. Dosis
Pada henti jantung 300 mg IV cepat (dalam panduan AHA tahun 2000,
dianjurkan untuk diencerkan dengan 20-30 ml dekstrose 5 % ).
Pertimbangkan pemberian berikutnya sebanyak 150 mg IV dalam 3-5
menit. Dosis kumulatif maksimum 2.2 gram IV/24 jam.
Pada kompleks QRS lebar yang stabil, maksimum pemberian 2.2 gram IV
/24 jam. Cara pemberian dengan bolus 150 mcg IV dalam 5-10 menit
dapat diulang 150 mg IV setiap 10 menit jika diperlukan. Dilanjutkan
dosis 360 mg IV selama 6 jam (1 mg/menit). Dosis pemeliharaan 540 mg
IV dalam 18 jam (0,5 mg/menit). Jangan diberikan secara bersamaan
dengan procainamide.
Adenosin
A. Indikasi
B. Dosis
- Letakkan pasien pada posisi tredelenburg sebelum pemberian obat.
- Jika diberikan pada takikardia dengan QRS lebar (VT) karena dapat
menyebabkan perburukan termasuk hipotensi
D. Kontraindikasi
Jawab :
1. Ketamin/ketalar
- efek analgesia kuat sekali. Terutama untuk nyeri somatik, tapi tidak
utk nyeri visceral
- Efek hipnotik kurang
- Efek relaksasi tidak ada
- Refleks pharynx & larynx masih ckp baik batuk saat anestesi
refleks vagal
- disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu,
halusinasi, gaduh gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt
timbul eksitasi
- Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek
ini dapat diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya)
- TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat.
(akibat peningkatan aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor).
Cegah dengan premedikasi opiat, hiosin.
- dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine.
Baik untuk penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme
bronkus pada anesthesia umum yang masih ringan.
- Dosis berlebihan scr iv depresi napas
- Pd anak dpt timbulkan kejang, nistagmus
- Meningkatkan kdr glukosa darah + 15%
- Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit
- Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya
utuh melalui urin
- Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain
bekerja pd pusat retikular otak
Indikasi:
Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn pelarut
tdd minyak kedelai & postasida telur yg dimurnikan.
Kadang terasa nyeri pada penyuntikan dicampur lidokain 2%
+0,5cc dlm 10cc propolol jarang pada anak karena sakit & iritasi
pad saat pemberian
Analgetik tidak kuat
Dapat dipakai sebagai obat induksi & obat maintenance
Obat setelah diberikan didistribusi dengan cepat ke seluruh tubuh.
Metabolisme di liver & metabolit tidak aktif dikeluarkan lewat ginjal.
Saat dipakai untuk induksi juga dapat terjadi hipotensi karena
vasodilatasi & apnea sejenak
Efek Samping
bradikardi.
nausea, sakit kepala pada penderita yang mulai sadar.
Ekstasi, nyeri lokal pada daerah suntikan
Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pada penderita dengan gangguan
jalan napas, ginjal, liver, syok hipovolemik.
3. Thiopental
Ultra short acting barbiturat
Dipakai sejak lama (1934)
Tidak larut dlm air, tapi dalam bentuk natrium (sodium thiopental)
mudah larut dalam air
Indikasi : induksi pada anestesi umum
Kontraindikasi : hipotensi, gagal jantung, gagal ginjal dan stroke
iskemik
Dosis : 3-6 mg/kgBB
Efek samping : hipotensi, takikardi, cardiac ouput menurun, hipoksia,
penurunan peredaran darah serebral dan penurunan tekanan intra
cranial.
4. Pentotal
Zat dr sodium thiopental. Bentuk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru),
1 gr(merah) & 5 gr. Dipakai dilarutkan dengan aquades
Larutan pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
Larutan tidak begitu stabil, hanya bisa dismp 1-2 hr (dalam kulkas
lebih lama, efek menurun)
Pemakaian dibuat larut 2,5%-5%, tapi dipakai 2,5% untuk
menghindari overdosis, komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih
mudah
Obat mengalir dalam aliran darah (aliran ke otak ↑) efek
sedasi&hipnosis cepat terjadi, tapi sifat analgesik sangat kurang
TIK ↓
Mendepresi pusat pernapasan
Membuat saluran napas lebih sensitif terahadap rangsangan
depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah
hipotensi. Dapat menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal
tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta
Dapat melewati ASI
menyebabkan relaksasi otot ringan
reaksi. anafilaktik syok
gula darah sedikit meningkat.
Metabolisme di hepar
cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
Kontraindikasi
syok berat
Anemia berat
Asma bronkiale menyebabkan konstriksi bronkus
Obstruksi sal napas atas
Penyakit jantung & liver
kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
1. Halothan/fluothan
cepat tidur
Tidak merangsang saluran napas
Salivasi tidak banyak
Bronkhodilator obat pilihan untuk asma bronkhiale
Waktu pemulihan cepat (1 jam post anestesi)
Kadang tidak mual & tidak muntah, penderita sadar dalam kondisi
yang enak
Kerugian
overdosis
Perlu obat tambahan selama anestesi
Hipotensi karena depresi miokard & vasodilatasi
aritmia jantung
Sifat analgetik ringan
Cukup mahal
Dosis dapat kurang sesuai akibat penyusutan
4. Enfluran
Isomer isofluran
Tidak mudah terbakar, namun berbau.
Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak
seperti kejang (pada EEG).
Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan
dan enfluran lebih iritatif dibanding halotan.
5. Isofluran
cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu
kamar
menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan
terhadap penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar
matahari.
Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai
isofluran
6. Sevofluran
Jawab :
Thiopental
Sifat Anestesi
Indikasi Pemakaian
1. Induksi Anestesi
2. Anestesia tungga misalnya operasi reposisi
3. anti kejang
4. Hipnotik pada ICU
Dosis Dan Cara Pemakaian
Buat larutan dengan menggunakan air atau NaCl 0,9% dengan konsentrasi
2,5% atau 5%. Dosis untuk induksi 4 - 5 ml / KgBB, diberikan IV pelan -
pelan. Perlu modifikasi dosis pada anak - anak, orang tua, ataupun pada
pasien yang mengalami malnutrisi.
Pada saat pemberian obat harus dipastikan obat tersebut masuk kedalam
pembuluh darah karena apabila terjadi ekstravasasi kedalam jaringan sekitar
akan menyebabkan iritasi bahkan nekrosis jaringan yang mengakibatkan
nyeri. Penanggulangan jika terjadi keadaan tersebut adalah diberi anestesi
lokal isobarik atau hipobarik.
Efek Samping
Kontraindikasi
1. PPOK
2. Dekom kordis
3. Syok berat
4. Insufisiensi adrenokortika
5. Status asmatikus
6. Porfiria
Ketamin
Ketamin hidroklorida merupakan obat anestesi yang merupakan
golongan fenil sikloheksilamin. Obat ini dikenal sebagai 'Rapid Acting Non
Barbiturate General Anesthetic Drug'
Indikasi
Pada penggunaannya ketamin sering digunaan dengan kombinasi Diazepam
yang berhasiat menekan efek buruk ketamin. Indikasi penggunaan ketamin,
diantaranya :
1.Induksi anestesi
- Bedah sesar karena efek depresi nya minimal, sebagai analgesik, dan
tidak mendepresi tonus otot uterus
- Anak - anak balita yang tidak kooperatif diberikan secara intramuskular
- Pasien yang menderita asma, hipotensi dan syok
2. Obat Anestesi Pokok
- Pada operasi yang letak operasinya superficial, berlangsung singkat , dan
tidak memerlukan relaksasi otot maksimal, misalnya pada bidang bedah
mulut
3. Analgetik pasca trauma atau pasca bedah
Biasanya digunakan dengan kombinasi obat sedatif (Diazepam)
Efek Samping
1. Efek disosiasi, meliputi halusinasi, mimpi buruk, gelisah, dan banjir
kata-kata
2. Pada respirasi, sering terjadi spasme laring
3. Pada kardiovaskulat, terjadi hipetensi dan takikardi
4. Pada endokrin, terjadi peningkatan kadar gula darah
5. Pada otot rangka terjadi rigiditas
6. Meningkatkan konsumsi oksigen jaringan
7. Meningkatkan jumlah perdarahn pada luka operasi
Kontraindikasi
Propofol
Dosis obat
Dosis yang digunakan untuk menginduksi anestesi pada orang sehat adalah
1,5 - 2,5 mg/Kg BB. Dosis inisial masih dapat digunakan adalah 1,25
mg/KgBB. Dosis dapat ditingkatkan sebanyak 10mg. Pada anak - anak dosis
nya adalah 3-3,5 mg/Kg BB. Namun obat ini tidak dianjurkan untuk diberikan
pad anak berusia < 1 tahun. efek kardiovaskular dapat berkurang dengan
administrasi propofol secara perlahan-lahan. Sedasi yang diberikan selama
anestesi regional ataupun endoskopi dapat terjadi dengan tingkat infus 1,5 -
4,5 mg/KgBB/jam
Efek Samping
1. Depresi kardiovaskuler -> jika obat ini tidak diberikan secara perlahan
– lahan makan akan menyebabkan kondisi ini, bahkan efek depresinya
lebih berat dibanding obat golongan barbiturate
2. Depresi respirasi -> obat ini memiliki efek depresi pernafasan lebih
lazim dan lebih laa dibanding barbiturate
3. Fenomena eksitatori -> Fenomena ini lebih lazim dibanding thiopental.
Fenomana seperti myoclonus atau kejang terjadi pada fase recoveri
4. Reaksi alergi -> ruam pada kulit dan reaksi anafilaktik
5. Nyeri saat injeksi -> nyeri saat injeksi mencangkup 40% pada pasien
yang diberikan propofol. Hal ini dapat dicegah dengan pemberian
lidocaine 10 ml sesaat sebelum administrasi propofol. Dapat juga
dilakukan denga mencampurkan 1% lidocaine per 20ml propofol.
Kontraindikasi