Anda di halaman 1dari 3

TUGAS DIVISI HIGH CARE UNIT

15 Februari 2022

Tia Yuliarti Ahda


1608154216

TERAPI CAIRAN
Terapi cairan adalah salah satu terapi yang sangat menentukan keberhasilan
penanganan pasien kritis. Terapi cairan bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi
atau mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat pada pasien
yang tidak mampu mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuhnya.
Penatalaksanaan terapi cairan meliputi dua bagian dasar yaitu:
a. Resusitasi cairan: untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh,
sehingga seringkali dapat menyebabkan syok. Terapi ini ditujukan pula
untuk ekspansi cepat dari cairan intravaskuler dan memperbaiki perfusi
jaringan.
b. Terapi rumatan: untuk memelihara keseimbangan cairan tub uh dan
nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.

Cairan intravena dibagi menjadi dua, yaitu cairan kristaloid dan koloid:
1. Cairan kristaloid
Cairan kristaloid berisi elektrolit (kalium, natrium, kalsium dan klorida).
Cairan kristaloid tidak mengandung partikel onkotik, dengan waktu paruh
kristaloid di intravaskular berkisar antara 20-30 menit. Keuntungan penggunaan
cairan kristaloid adalah murah, mudah dibuat, dan tidak menimbulkan reaksi
imun. Cairan kristaloid digunakan sebagai cairan resusitasi awal pada pasien
dengan hemoragik dan syok septik, luka bakar, cedera kepala dan pada pasien
yang menjalani plasmaferesis dan reseksi hati. 3 jenis tonisitas cairan kristaloid:
a. Isotonus
Apabila jumlah elektrolit plasma terisi kristaloid pada jumlah yang sama
dan memiliki konsentrasi yang sama maka disebut sebagai isotonis. Contoh
cairan kristaloid isotonus adalah Ringer Laktat, Normal Saline (NaCl 0.9%),
dan Dextrose 5% dalam ¼ NS.
b. Hipertonus
Kristaloid disebut hipertonis apabila jumlah elektrolit dari kristaloid lebih
banyak dibandingkan dengan plasma tubuh. Contoh larutan kristaloid
hipertonis adalah Dextrose 5% dalam ½ Normal Saline, Dextrose 5% dalam
Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5% dalam RL.
c. Hipotonus
Jika plasma memiliki elektrolit yang lebih banyak dibandingkan kristaloid
dan kurang terkonsentrasi, maka disebut sebagai “hipotonik”. Ketika cairan
hipotonis diberikan, cairan dengan cepat akan berpindah dari intravaskular ke
sel. Contoh larutan kristaloid hipotonus adalah Dextrose 5% dalam air, ½
Normal Saline.

2. Cairan koloid
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa
disebut “plasma expander”. Cairan koloid merupakan turunan dari plasma protein
dan sintetik. Cairan koloid bertahan lebih lama di dalam ruang intravaskuler
karena aktivitas osmotik dan mempunyai zat-zat yang berat molekulnya tinggi.
Cairan koloid membantu mempertahankan tekanan onkotik koloid plasma
sehingga sebagian besar tetap berada di ruang intravaskular. Kegunaan: untuk
resusitasi cairan pada pasien dengan defisit cairan berat seperti pada syok
hipovolemik/hermoragik sebelum diberikan transfusi darah, pada penderita
dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein jumlah besar (misalnya
pada luka bakar). Berdasarkan jenis pembuatannya, larutan koloid terdiri dari:
a. Koloid Alami: fraksi albumin ( 5% dan 25%) dengan protein plasma 5%.
b. Koloid sintetik: Dextran, gelatin, Hydroxylethyl Starch (HES).
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukarata PRD, Kurniyanta IP. Terapi Cairan. Fakultas Kedokteran


Universitas Udayana, RSUP Sanglah. 2017.
2. Hartanto W. Terapi Cairan dan Elektrolit. Bagian Farmakologi Klinik FK
Universitas Pajajaran.2007.

Anda mungkin juga menyukai