Anda di halaman 1dari 13

MATERI BIMBINGAN

TERAPI CAIRAN
Disusun : Siti Rahmah, S.Ked
NIM : 196100802033

Pembimbing :
dr. Erlina Ana Sepra Liber Sigai, Sp. An

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


RSUD dr. DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA
2020
TUJUAN TERAPI
1. Mengganti cairan yang hilang
2. Mengganti kehilangan cairan yang berlangsung
3. Mengoreksi dehidrasi
4. Mencukupi kebutuhan perhari
5. Mengatasi syok
6. Mengatasi kelainan akibat terapi lain
TERAPI CAIRAN DIBAGI MENJADI 2

Resusitasi
01 • Kristaloid

• Koloid

Rumatan
02 • Elektrolit

• Nutrisi
CAIRAN KRISTALOID
Cairan kristaloid merupakan carian untuk resusuitasi
awal pada pasien dengan syok hemoragik dan septic
syok seperti luka bakar, pasien engan tarauma kepala
(untuk menjaga tekanan perfusi otak), dan pasien
dengan plasmapharesis dan reseksi hepar.
Cairan kristaloid yang banyak digunakan yaitu
normal saline dan ringer laktat. Cairan kristalid mirip
dengan cairan ekstraseluler. Karena perbedaan sifat
antara kristaloid dan koloid, kristaloid akan lebih
banyak di ruang interstitial dibandingkan dengan
koloid maka kristaloid dipilih untuk resusitasi defisit
cairan interstitial.
3 jenis tonisitas kristaloid
1. Isotonik : Ketika kristaloid berisi sama dengan jumlah elektrolit
plasma, ia memiliki konsentrasi yang sama dan disebut sebagai
“isotonik” (iso, sama; tonik, konsentrasi). Ketika memberikan
kristaloid isotonis, tidak terjadi perpindahan yang signifikan
antara cairan di dalam intravascular dan sel.
Efek samping yang perlu diperhatikan adalah terjadinya edema
perifer dan edema paru pada jumlah pemberian yang besarContoh
larutan kristaloid isotonis: Ringer Laktat, Normal Saline (NaCl
0.9%), dan Dextrose 5% in ¼ NS.
2. Hipertonik : Jika kristaloid berisi lebih elektrolit dari plasma
tubuh, itu lebih terkonsentrasi dan disebut sebagai “hipertonik”
(hiper, tinggi, tonik, konsentrasi). Administrasi dari kristaloid
hipertonik menyebabkan cairan tersebut akan menarik cairan dari sel
ke ruang intravascular. Efek samping dari pemberian larutan garam
hipertonik adalah hipernatremia dan hiperkloremia. Contoh larutan
kristaloid hipertonis: Dextrose 5% dalam ½ Normal Saline, Dextrose
5% dalam Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5%
dalam RL,

3. Hipotonik : Ketika kristaloid mengandung elektrolit lebih sedikit


dari plasma dan kurang terkonsentrasi, disebut sebagai “hipotonik”
(hipo, rendah; tonik, konsentrasi). Ketika cairan hipotonis diberikan,
cairan dengan cepat akan berpindah dari intravascular ke sel. Contoh
larutan kristaloid hipotonis: Dextrose 5% dalam air, ½ Normal
Saline
CAIRAN KOLOID
Cairan koloid disebut juga sebagai cairan pengganti
plasma atau biasa disebut “plasma expander” . Di
dalamnya terdapat zat yang berat molekulnya tinggi
dengan aktifitas osmotik, sehingga dapat bertahan
lebih lama di intravaskuler.
Koloid dapat mengembalikan volume plasma
lebih efektif daripada kristaloid, karena larutan koloid
mengekspansikan volume vaskuler denngan lebih
sedikit cairan dari pada larutan kristaloid. Seangkan
kristaloid akan keluar dari pembuluh darah dan
meninggalkan ¼ bagian dalam plasma.
Koloid digunakan untuk resusitasi cairan pada
pasien dengan defisit cairan berat seperti pada
syok hipovolemik/hermorhagik sebelum
diberikan transfusi darah, pada penderita dengan
hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein
jumlah besar (misalnya pada luka bakar).
PERBANDINGAN ANTARA KRISTALOID DAN KOLOID
TERAPI CAIRAN PADA PEMBEDAHAN
• Pada orang dewasa perdarahan < 20% tidak
memerlukan trasnfusi
• Bayi dan anak : perdarahan >20%  transfusi
Perkiraan volume darah :
• Bayi dan anak = 80ml/kgbb
• Dewasa pria = 75ml/kgbb
• Dewasa wanita = 65ml/kgbb

Derajata trauma jaringan Penambahan cairan

Minimal 0-2ml/kgbb

Sedang 2-4ml/kgbb

Berat 4-8mlkgbb
Estimasi kehilangan darah
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai