NPM : 71170811005
Semester : VI (Enam)
Stambuk : 2017
Modul : Kegawatdaruratan
PENDAHULUAN
1. Tekanan hidrostatik
2. Tekanan onkotik -> mencapai keseimbangan
3. Tekanan osmotic mencegah difusi cairan melalui membran semi permeable dengan
konsentrasi lebih tinggi (tekanan osmotic plasma = 285 kuranglebih 5 mOsm/L
Terapi Cairan
Terapi cairan adalah salah satu terapi yang sangat menentukan keberhasilan penanganan pasien
kritis. Dalam langkah-langkah resusitasi, langkah D (“drug and fluid treatment”) dalam bantuan
hidup lanjut, merupakan langkah penting yang dilakukan secara simultan dengan langkah-
langkah lainnya. Tindakan ini seringkali merupakan langkah “life saving” pada pasien yang
menderita kehilangan cairan yang banyak seperti dehidrasi karena muntah mencret dan syok.
a. Cairan Kristaloid
Kristaloid berisi elektrolit (contoh kalium, natrium, kalsium, klorida). Kristaloid tidak
mengandung partikel onkotik dan karena itu tidak terbatas dalam ruang intravascular
dengan waktu paruh kristaloid di intravascular adalah 20-30 menit. Beberapa peneliti
merekomendasikan untuk setiap 1 liter darah, diberikan 3 liter kristaloid isotonik.
Ada 3 jenis tonisitas kritaloid, diantaranya3: Isotonis, Hipertonis, Hipotonis
b. Cairan Koloid
Cairan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat molekul tinggi dengan
aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung bertahan agak lama dalam
ruang intravaskuler. Koloid digunakan untuk resusitasi cairan pada pasien dengan defisit
cairan berat seperti pada syok hipovolemik/hermorhagik sebelum diberikan transfusi
darah, pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein jumlah
besar (misalnya pada luka bakar). Cairan koloid merupakan turunan dari plasma protein
dan sintetik yang dimana koloid memiliki sifat yaitu plasma expander yang merupakan
suatu sediaam larutan steril yang digunakan untuk menggantikan plasma darah yang
hilang akibat perdarahan, luka bakar, operasi, Kerugian dari ‘plasma expander’ ini yaitu
harganya yang mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat
menyebabkan gangguan pada cross match.
1. Saluran pencernaan
2. Saluran perkemihan
3. Kulit
Klasifikasi dehidrasi :
1. Dehidrasi isotonis : kekurangan air karena terjadi perpindahan air dari intrasel ke
ekstrasel
2. Dehidrasi hipertonik : kekurangan elektrolit karena peripindahan air dari ekstrasel
ke intrasel