Disusun Oleh
HASMIRAH
C111 13 056
Pembimbing Residen
dr. Mulyanto
Supervisor
Nama : Hasmirah
Supervisor Pembimbing
Abstrak
Plasma ekspander digunakan untuk mengembalikan volume sirkulasi pasien
hipovolemik. Biasanya, koloid digunakan untuk menambah volume plasma,
meskipun kombinasi kristaloid hipertonik dan koloid baru-baru ini digunakan.
Saat ini tersedia berbagai jenis koloid dalam fisikokimia, farmakodinamik dan
farmakokinetik masing-masing. Secara khusus, koloid memiliki berat molekul
berbeda, yang akan menentukan durasi kerja, dan kemampuan koloid tersebut
untuk menambah volume plasma. Dekstran, HES dan koloid hipertonik
meningkatkan aliran oksigen dalam mikrosirkulasi. Meskipun memiliki manfaat,
penggunaan dekstran dan zat dengan berat molekul tinggi dibatasi oleh dampak
negatif yakni koagulasi. Kemudian, makromolekul tersebut juga dapat
menyebabkan gagal ginjal akut pada pasien yang rentan. Penelitian ini berfokus
pada pengembangan tpembawa oksigen buatan sebagaiplasma ekspander. Zat-zat
tersebut yang meliputi stroma termodifikasi bebas hemoglobin dan
emulsiperfluoro karbon, sedang menjalani uji klinis.
Tujuan pembelajaran
Setelah membaca artikel ini, Anda harus mampu untuk:
Membandingkan dan membedakan farmakologi plasma ekspander yang
sering digunakan
Mengetahui sifat fisiko kimia koloid
Mengetahui daftar efek samping dari plasma ekspander
Plasma ekspander yakni cairan hiperonkotik dan / atau hipertonik yang menambah
volume sirkulasi darah beredar lebih dari pada cairan yang isotonik / isoonkotik.
Koloid sering digunakan.Namun, larutan kristaloid hipertonik juga berefek pada
ekspansi plasma dalam jangka pendek. Sifat dari plasma ekspander dijelaskan di
bawah dirangkum dalam Tabel 1 dan Gambar 1.
Koloid adalah dispersi dari molekul organik dengan berat molekul bervariasi,
dibuat dalam larutan, ikatan kovalen yang menarik molekul air. Molekul-
molekul organik yang besar tidak melewati endotel pembuluh darah dengan
mudah, sehingga meningkatkan tekanan osmotic koloid (COP), yang menarik
cairan ekstravaskuler ke dalam sirkulasi. Dibandingkan dengan berat molekul
rata-rata-(MWw; mean aritmetik) berat molekul nomor-rata (MW n; median)
dari plasma expander berkorelasi lebih dekat dengan durasi kerja. Sebaliknya,
COP sebanding dengan jumlah molekul atau ion zat terlarut.
Protein Koloid
Albumin
Albumin adalah protein plasma yang terjadi secara alami. Human albumin
solution (HAS) mengandung 96% albumin, sementara sebagian kecil protein
murni mengandung 83% albumin, dan sisanya globulin. Albumin berasal dari
gabungan plasma manusia, serum atau plasenta normal, dan kemudian disterilkan
dengan pemanasan dan ultrafiltrasi untuk mencegah penularan penyakit. Karena
prihatin dengan penularan prion, HAS kemudian dibuat oleh Amerika Serikat.
HAS terdiri dari whole blood yang tidak mengandung faktor pembekuan, antibodi
golongan darah atau kolinesterase plasma; Oleh karena itu, pengelompokan darah
tidak diperlukan.
MWw dan MWn dari HAS sekitar 69 kDa. Tersedia larutan isotonik (4-5%
protein) dan larutan terkonsentrasi (20-25%). Infus 100 ml HAS 25%
meningkatkan volume intravaskuler 450 ml, tapi perpindahannya tergantung pada
volume darah, konsentrasi protein serum, permeabilitas kapiler dan kemampuan
cairan ekstravaskuler.
Gelatin
Hydroxyethylated Starch(HES)
FARMAKOLOGI
Tabel. 1
Substitusi molars tarch yang tinggi merusak koagulasi dengan mengurangi
konsentrasi faktor VIII: faktor VIIIc dan von Willebrand (vWF). Kerja trombosit
dihambat oleh blokade dari reseptor fibrinogen platelet glikoprotein IIb-IIIa.
Molekul starch (pati) yang lebih kecil dan substitusi molar yang kurang
menghasilkan kerusakan koagulasi yang dapat diabaikan. Substitusi molar starch
menyebabkan gatal tergantung dosisnya, biasanya dari tubuh bagian atas karena
penyerapan jaringan. Insiden reaksi anafilaktoid berat kurang dari 1 / 16.000.
DEKSTRAN
Gambar.1
Dekstran 40 dan dextran 70 memiliki efek koagulasi yang sama dengan HES,
penggunaannya untuk 1,5 g / kg / hari. Selain itu, dekstran
menyebabkanfibrinolisis. Gangguan ginjal akut yang disebabkan oleh obstruksi
tubulus ginjal telah dikaitkan dengan dekstran, khususnya pada hipovolemia,
oliguria atau pasien dengan disfungsi ginjal. Insiden reaksi anafilaktoid yang berat
1/4500 per tahun.
Larutan saline hipertonik
Further reading
1. Perel p, roberts i, ker k. Colloids versus crystalloids for fluid Resuscitation in
critically ill patients (cochrane review). Cochrane Database syst rev 2013.
Issue 2. Art. No.: cd000567:1e73.
2. Piras a, dessy a, chiellini f, et al. Polymeric nanoparticles for Haemoglobin-
based oxygen carriers. Biochim biophys acta 2008; 1784: 1454e61.
3. Powell-tuck j, gosling p, lobo d, et al. British consensus guidelines On
intravenousfluid therapy for adult surgical patients. Available at:
Http://www.bapen.org.uk/pdfs/bapen_pubs/giftasup.pdf (accessed 30 may
2017).
4. Zarychanski r, abou-setta a, turgeon a, et al. Association of Hydroxyethyl
starch administration with mortality and acute kidney Injury in critically ill
patients requiring volume resuscitation: a Systematic review and meta-
analysis. J am med assoc 2013; 309:678e88.