Anda di halaman 1dari 9

SOLUTIO ANTICOAGULANT

I.                   TUJUAN PERCOBAAN


Mahasiswa mengetahui, memahami, menguasai, dan mampu mengimplementasikan
teori, konsep, dan prinsip formulasi sediaan steril.
II.                DASAR TEORI
Antikoagulansia (Lat.: coagulare = membeku) adalah zat-zat yang dapat
mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan fibrin.
Antagonis-vitamin K ini digunakan pada keadaan dimana terdapat
kecenderungan darah untuk membekuyg meningkat, misalnya pada thrombosis.
Pada thrombosis koroner (infark), sebagian otot jantung menjadi mati karena
penyaluran darah ke bagian ini terhalang oleh thrombus di salah satu
cabangnya. Obat-obat ini sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup
penderita.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut kecuali
dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang
digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injection.
Wadah harus dapat dikosongkan dengan cepat. Kemasan boleh lebih dari 1 liter
( Anonym, 1979 ). larutan terjadi apabila suatu zat padat dapat bersinggungan
dengan suatu cairan, maka zat padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan
tersebut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi adalah:
1. Dapat larut dalam air
Klorida, kecuali hydrargyrosi chloridum, pliumbi chloridum tidak larut.
2. Tidak larut dalam air
Karbonat, kecuali kalii karbonas, ammonia carbonas, dan lithir carbonas larut.
(Anif, Moh., 2000),
Larutan dektrosa sitrat adalah larutan steril asam sitrat, natrium sitrat, dan
dektrosa dalam air untuk obat suntik. Larutan dibuat dengan menggunakan
bahan-bahan, kemudian disaring sampai jernih, dan kemudian cairan
dipindahkan kewadah yang sesuai dan disterilkan.
( Howard, C. ansel, 1989 ).

Antikoagulan menghambat pembekuan darah dengan 2 mekanisme :


1. Antikoagulansia langsung menginaktivasi factor pembekuan tertentu.
2. Antikoagulansia tidak langsung menghambat sintesis factor pembekuan
darah.
Senyawa aktif yang tergolong dalam kelompok ini adalah :
1. 1,3-indandion
2. 4-hidroksikumarin
Dari keduanya strukturnya mirip naftakuinon (golongan vitamin K ). In vitro
sebagai antikoagulan digunakan juga senyawa yang menyebabkan penarikan ion
kalsium yang esensial untuk pembekuan. Melalui pembentukan kompleks
dengan natrium sitrat atau EDTA dan pengendapan natrium fluoride maka
pmbentukan darah dicegah. ( Mayer, 1990 )

 Struktur Bahan Aktif :

Acidum citricum 1 H2O

Na citrate tribacicum 5,5 H2O


Glucosa p.i anhydrous

Tujuan farmakologi Anticoagulant :


Formula yang digunakan dalam percobaan ini adalah acidum citricum 1 H2O, Na Citrat
Tribacicum 5 H2O, glukosa p.i anhydrous, dan aqua p.i. Na Citrat Tribacicum 5 H2 berperan
sebagai zat aktif, dimana akann membentuk kompleks dengan mengikat ion Ca+ darah
sehingga pembekuan darah tidak terjadi. Asam Sitrat bekerja sinergis dengan Na Citrat
Tribacicum5 H2O. glukosa p.i anhydrous berfungsi sebagai zat pengisotonis dan membantu
meningkatkan ionisasi dari Na Citrat Tribacicum 5 H2O dan Asan Sitrat. Sedangkan aqua p.i
merupakan pelarut yang berasal dari air suling segar yang disuling kembali, disterilkan
dengan sterilisasi A dan C. Digunakan untuk pembuatan injeksi. Pada pembuatan formula ini
perlu penambahan NaCl atau bahan yang cocok untuk pengisotonis karena larutan
antikoagulan yang dibuat bersifat hipotonis. Pada pemberian larutan injeksi yang bersifat
hipotonis akan terjadi peningkatan volume plasma darah dari tubuh karena air melintasi
membrane semipermeabel dan eritrosit. Karena adanya peningkatan volume darah ini, maka
tekanan dibagian dalam tubuh darah meninggi, sampai akhirnya pecah dan terjadi hemolisis.
pH yang terukur setelah larutan telah dibuat adalah 7. Keadaan ini tidak sesuai dengan
kondisi pH dalam darah sehingga pH diasamkan dengan dengan penambahan HCl sehingga
pH berkurang menjadi 5. Pada uji larutan antikoagulan tidak menunjukan adanya kesesuaian
dengan syarat sediaan steril yaitu terdapat partikel asing dan larutan tidak jernih. Adanya
partikel asing dapat menyumbat kapiler darah sehingga dapat membahayakan kondisi pasien.
Uji yang lain adalah uji kebocoran tehadap, botol. Hasil yang diperoleh adalah wadah bocor.

Indikasi :

Penggunaan : antikoagulansia digunakan pada trombo emboli, termasuk


tromboflebitis (radang vena), setelah pembedahan di mana terdapat faktor-faktor yang
memudahkan terjadinya thrombosis, terutama thrombosis koroner.
Secara preventif, antikoagulansia digunakan untuk mencegah terbentuknya trombi
(darah beku) pada aterosklerosis misalnya pada gangguan sirkulasi akibat penyempitan
pembuluh. Penggunaan secara profilaktis setelah infark jantung ternyata tidak mengurangi
risiko serangan kedua, namun terjadinya trombose perifer dapat dicegah dengan efektif.
(Rahardja, 2007)
Fase koagulasi pada hemostatis berperan dalam pembentukan klot darah. Obat ini
bekerja dengan mempengaruhi fase koagulasi hemostatis, atau menghambat perkembangan
dan perluasan pembentukan klot darah. Efek samping dari penggunakan antikoagulan
tersebut adalah hemoragi atau perdarahan. Seperti obat antiplatelet, obat antikoagulan juga
tidak efektif terhadap klot darah yang sudah terbentuk dan tidak dapat melarutkan atau
melisis klot tersebut, sehingga penggunaannya hanya bersifat preventif. Obat antikoagulan
mencegah atau memperlambat pembentukan klot darah yang terjadi. Obat ini digunakan pada
terapi propilaksis thrombosis arteri maupun vena, dan pada pasien yang mengalami fabrilasi
atrium bisa menurunkan risiko embolisme dan strok. Obat golongan ini dibagi menjadi dua
berdasarkan cara pemberiannya yaitu antikoagulan injeksi dan oral.
1.  Antikoagulan injeksi : contohnya heparin, obat bekerja dengan mempengaruhi aktivitas faktor
pembentuk klot, baik pada jalur intrinsic dan ektrinsik. Heparin beraksi dengan mengikat anti
thrombin (AT) III (inhibitor enzim hemostatis), selanjutnya meningkatkan aktivitas ATIII.
Komplek heparin dan ATIII dapat menghambat faktor pembentuk thrombin, dan selanjtnya
menghambat pembentukkan klot darah. Ringkasnya, heparin (berikatan dengan ATIII)
mempercepat proses pembentukan klot darah. Heparin sering dalam bentuk low-molecular-
weight (LMW) heparin, digunakan secara akut dalam jangka pendek. Protamin merupakan
antagonis heparin, digunakan pada kasus perdarahan yang disebabkan heparin.
2.    Antikoagulan oral : contohnya warfarin dan dikumarol. Warfarin merupakan antagonis
vitamin K. vitamin K merupakan vitamin larut lemak yang berasal dari tanaman. Vitamin K
sangat penting dalam pembentukan faktor pembentuk klot, dan dalam sintesis faktor tersebut
membutuhkan vitamin Ksebagai co-faktor. (Nugroho, 2012)
Efek sampingnya : berupa perdarahan hebat, antara lain di lambung-usus,
terutama pada over-dose. Juga reaksi kepekaan yang serius, karena heparin adalah suatu zat
allergen, yakni suatu zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi. Bila terjadi perdarahan,
misalnya dari hidung, perlu segera diberikan zat penawar vitaminK1 secara oral (5-10 mg).
pemberian vitamin K yang merupakan antagonis dari zat kumarin akan menormalkan kadar
protrombin dalam darah, walaupun efek klinisnya baru tampak setelah beberapa jam.
(Rahardja, 2007)
Antikoagulan Pengikat Ion Kalsium
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat,
bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk transfusi, karena tidak toksik. Tetapi dosis
yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 mL dapat menyebabkan
depresi jantung.
Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh
(in vitro), sebab terlalu toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium edetat
mengikat kalsium menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan.
Untuk pemilihan obat antikoagulan dan antitrombolitik yang tepat ada baiknya anda
harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter. ( Mediastore, 2011 )

Dosis dan pemakaian :

1. Heparin

Bentuk sediaan: suntikan subkutan (di bawah kulit/SC) dan intravena (lewat pembuluh
darah/IV)

Merek dagang: Hepagusan, Heparinol, Hico, Inviclot, Oparin, Thromboflash, Thrombogel,


Thrombofob , Thromecon

 Kondisi: pencegahan komplikasi DVT akibat operasi


Dewasa: 5.000 unit (U) secara SC, diberikan 2 jam sebelum operasi, kemudian
diberikan tiap 8–12 jam, selama 7 hari atau sampai pasien dapat bergerak.
 Kondisi: emboli arteri perifer, emboli paru, angina, DVT
Dewasa: 75–80 U/kgBB atau 5.000–10.000 U, diikuti 18 U/kgBB atau 1.000–2.000 U
per jam melalui infus di pembuluh darah.
Anak-anak: 50 U/kgBB, diikuti 15–25 U/kgBB per jam.
 Kondisi: DVT
Dewasa: 15.000–20.000 U secara SC, tiap 12 jam, atau 8.000–10.000 U tiap 8 jam.
Anak-anak: 250 U/kgBB, 2 kali sehari.

2. Enoxaparin

Bentuk sediaan Enoxaparin: suntikan subkutan (di bawah kulit/SC) dan intravena (lewat
pembuluh darah/IV)

Merek dagang: Lovenox


 Kondisi: serangan jantung STEMI (ST-elevation myocardial infarction)
Dewasa: 30 mg secara IV dan 1 mg/kgBB secara SC. Setelah itu, dilanjutkan dengan
dosis 1 mg/kgBB secara SC, selama 8 hari atau sampai perawatan rumah sakit selesai.
Dua suntikan SC yang dilakukan di awal tidak boleh lebih dari 100 mg.
Pada pasien yang menjalani pemasangan ring jantung, dosis akan ditambahkan 300
mcg/kgBB secara IV bila suntikan SC terakhir sudah lebih dari 8 jam.
Lansia ≥75 tahun: 750 mcg/kgBB tiap 12 jam. Dosis maksimal 75 mg pada 2 suntikan
pertama.
 Kondisi: unstable angina
Dewasa: 1 mg/kgBB secara SC, tiap 12 jam, selama 2–8 hari.
 Kondisi: pencegahan DVT selama operasi
Dewasa: 20–40 mg, sekali sehari, selama 7–10 hari. Dosis pertama diberikan 2–10
jam sebelum operasi. Pada pasien yang menjalani operasi penggantian panggul,
pengobatan dilanjutkan dengan dosis 40 mg, sekali sehari, sampai 3 minggu setelah
operasi.
Anak-anak: 500–750 mcg/kgBB secara SC, tiap 12 jam.
 Kondisi: pengobatan DVT
Dewasa: 1 mg/kgBB secara SC, tiap 12 jam; atau 1,5 mg/kgBB, sekali sehari, sampai
5 hari.
Anak-anak: 1–1,5 mg/kgBB, secara SC, tiap 12 jam.
 Kondisi: pencegahan penggumpalan darah saat cuci darah
Dewasa: 1 mg/kgBB yang disuntikkan melalui selang arteri yang menuju mesin saat
prosedur cuci darah dimulai.

3. Nadroparin

Bentuk sediaan: suntikan subkutan (di bawah kulit/SC) dan intravena (lewat pembuluh darah
vena/IV).

Merek dagang: Fraxiparine

 Kondisi: serangan jantung/unstable angina


Dewasa: 86 unit/kgBB secara SC, 2 kali sehari, selama 6 hari. Dosis pertama dapat diberikan
secara IV.
 Kondisi: pencegahan komplikasi DVT akibat operasi
Dewasa: Untuk pasien risiko sedang, 2.850 unit secara SC, sekali sehari, selama 7 hari atau
sampai pasien bisa bergerak. Suntikan pertama diberikan 2–4 jam sebelum operasi.
Untuk pasien risiko tinggi, 38–57 unit/kgBB, sekali sehari, diberikan 12 jam sebelum operasi,
12 jam setelah operasi, dan dilanjutkan sampai 10 hari.
 Kondisi: pengobatan DVT
Dewasa: 85 unit/kgBB secara SC, 2 kali sehari; atau 171 unit/kgBB, sekali sehari.
 Kondisi: pencegahan penggumpalan darah saat cuci darah
Dewasa: 2.850 U (BB <50kg), 3.800 U (BB 50–69 kg), atau 5.700 U (BB ≥70 kg) disuntikkan
melalui selang arteri yang menuju mesin saat cuci darah dimulai.

4. Parnaparin
Bentuk sediaan suntikan subkutan (di bawah kulit/SC)

Merek dagang: Fluxum

 Kondisi: pencegahan komplikasi DVT akibat operasi


Dewasa: 3.200–4.250 unit (U), diberikan 12–2 jam sebelum operasi hingga 7–10 hari setelah
operasi.
 Kondisi: pengobatan DVT
6.400 U, selama 7–10 hari.

5. Fondafarinux

Bentuk sediaan Fondafarinux: suntikan subkutan (di bawah kulit/SC)

Merek dagang: Arixtra

 Kondisi: trombosis vena luar


Dewasa: 2,5 mg, sekali sehari, selama 30–45 hari.
 Kondisi: deep vein thrombosis (DVT)
Dewasa: 5–10 mg, sekali sehari, selama 5–9 hari. Dosis disesuaikan dengan berat badan.
 Kondisi: pencegahan komplikasi DVT pada bedah perut dan tulang
Dewasa: 2,5 mg, sekali sehari, dimulai 6–8 jam setelah operasi. Suntikan dapat dilanjutkan
hingga 5–32 hari.

Peringatan :

Peringatan Sebelum Menggunakan Antikoagulan:

 Jangan menggunakan obat antikoagulan jika Anda menderita aneurisma otak, endokarditis,
perikarditis, diseksi aorta, efusi perikardial, atau berisiko tinggi terserang stroke
 Jangan mengonsumsi minuman beralkohol selama menjalani pengobatan dengan
antikoagulan karena dapat meningkatkan risiko perdarahan.
 Selama menggunakan obat antikoagulan, disarankan untuk menjalani tes darah secara rutin.
Tes darah bertujuan untuk menyesuaikan dosis, serta memastikan efektivitas dan keamanan
penggunaan obat antikoagulan.
 Konsultasikan terlebih dulu dengan dokter jika Anda memerlukan antikoagulan saat sedang
hamil atau menyusui. Dokter akan memberikan jenis antikoagulan yang sesuai.
 Sebelum menggunakan obat antikoagulan, beri tahu dokter jika Anda menderita penyakit
ginjal, penyakit liver, gangguan pembekuan darah, tekanan darah tinggi, gagal jantung, atau
gangguan keseimbangan.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat antikoagulan sebelum menjalani
bedah maupun tindakan pengobatan dan diagnosis lainnya. Pengobatan dengan
antikoagulan mungkin akan dihentikan selama beberapa waktu.
 Sebelum menggunakan obat antikoagulan, konsultasikan terlebih dulu dengan dokter terkait
makanan, minuman, obat maupun suplemen yang dapat memengaruhi kinerja antikoagulan.
 Diskusikan dengan dokter anak mengenai penggunaan obat antikoagulan pada anak-anak,
agar dapat diberikan jenis obat dan dosis yang tepat.

Efek Samping :

Efek Samping dan Bahaya Antikoagulan Perdarahan merupakan efek samping yang paling mungkin
terjadi akibat penggunaan obat antikoagulan. Beberapa keluhan yang bisa menandakan terjadinya
perdarahan adalah:

 Mimisan yang sering berulang dan lama berhenti


 Mudah memar
 Gusi berdarah
 Feses berwarna hitam
 Muntah darah atau batuk darah
 Menstruasi berlebihan pada wanita
 Sakit punggung parah yang muncul tiba-tiba
 Terdapat darah pada urine dan feses

Efek samping lain yang mungkin muncul akibat penggunaan obat antikoagulan tergantung
pada jenis antikoagulan yang digunakan, antara lain:

 Mual
 Kulit gatal
 Hilang nafsu makan
 diare atau sembelit
 Rambut rontok
 Sakit kepala
 Rasa terbakar di dada (heartburn)
 Kulit dan putih mata menguning (penyakit kuning)
 Nyeri dan iritasi di area bekas suntikan
 Sesak napas
 Nyeri dada

 
   DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2001. Obat Anti Koagulan. (http://mediastore.com/apotik online/obat


jantung/antikoagulan.htm)

Endro Nugroho, Agung. 2012. Farmakologi. Pustaka Pelajar. Jakarta.

Rahardja, Kirana. 2007. Obat-Obat Penting. PT Elek Media Komputindo. Jakarta.

Anief, Moh.,2000, Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, DepKes RI, Jakarta.

Howard, C, Ansel., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat, UI


Press, jakarta.

Shunack, W., Mayer, K., Haake, M., 1990, Senyawa Obat Buku Pelajaran Kimia
Farmasi, Edisi II, UGM Press, Yogyakarta

Kinman, T. Healthline (2016). Anticoagulant and Antiplatelet Drugs.

Marino, T. Medscape (2017). Anticoagulants and Thrombolytics in Pregnancy.

Ogbru, O. MedicineNet (2019). List of Anticoagulant Drugs (Blood Thinners).

MIMS Indonesia (2020). Apixaban


MIMS Indonesia (2020). Dabigatran.
MIMS Indonesia (2017). Enoxaparin Sodium.
MIMS Indonesia (2020). Fondaparinux Sodium.
MIMS Indonesia (2020). Heparin.
MIMS Indonesia (2020). Nadroparin Calcium

Anda mungkin juga menyukai