Anda di halaman 1dari 47

FISIOLOGI DAN

FARMAKOLOGI OBAT-OBAT INOTROPIK

Fitriya Revina Sari


Wiwi Eka Putri
Revina Rinda Mutia

Pembimbing : dr. Adji Mustiadji, Sp.An


SISTEM SARAF OTONOM

Simpatis

Parasimpatis
Neurotansmiter
Reseptor Saraf

Reseptor alpha (ά)

Reseptor beta (β)


Mekanisme Pengaturan Tekanan Darah

Autonomic Feedback Loop.

Hormonal Feedback Loop


Autonomic Feedback Loop
Hormonal Feedback Loop
Obat-obatan Adrenergik (Inotropik/Vasopressor)

• CNS-kewaspadaan, reaksi cepat terhadap rangsang, reflex cepat.

• PNS- relaksasi otot polos bronki; kontriksi pembuluh darah, spingter-spingter


abdominal, dilatasi pembuluh darah koroner, menurunkan motilitas gaster.

• Jantung-meningkatkan denyut jantung

• Metabolisme-meningkatkan penggunaan glukosa dan pembebasan asam


lemak dari jaringan adipose
Pengobatan untuk
Mengendalikan
pendarahan superficial
Syok hipovolemik dan Episode sedang berat selama prosedur dental
Asma bronkiale
septik hingga berat hipotensi; dan bedah dari mulut
hidung, tenggorokan, dan
kulit;

Reaksi alergi (syok


Dekompensasi dan henti Pengobatan sementara Aritmia ventrikel (dibawah
anafilaktik, edema
jantung; blok jantung kondisi tertentu)
angioneuritik);

Bersama dengan
Kongesti nasal (dipakai anestetika local untuk
secara topical); dan memperlama kerja
anestetik
Norepinephrin

 NE merupakan katekolamin
 NE bekerja pada reseptor α dan efek β1 tapi tidak reseptor β2
 Efek reseptor α1: Menyebabkan kenaikan tahanan perifer akibat
vasokontriksi kuat hampir semua vaskular, termasuk ginjal kedua
tekanan sistolik maupun diastolik meningkat.
 Resistensi meningkat sehingga aliran darah melalui ginjal, hati dan
otot rangka berkurang
 Indikasi: syok => kemampuan meningkatkan tahanan tepi dan
menaikan tekanan darah.
Kekurangan terhadap penggunaan NE:
 Vasokonstriksi meningkatkan tekanan pada ventrikel kiri.
 Menimbulkan vasokonstriksi lebih lanjut dan iskemik organ.
Epinephrine

 Epinefrin merupakan simpatomimetik golongan katekolamin


 Dosis : Epinefrin 1:1000 (1mg /10 ml) dalam dosis 10 ml
secara IV
 Epinefrin 1: 10.000 (1mg / 10 ml) secara IK
 Onset of Action : 2-5 menit (IV) /10-20 menit (IK)
 Duration of Action : 5-10 menit (IV) / 20-30 menit (IK)
Epinephrine

 Menimbulkan efek mirip stimulasi saraf adrenergic, bekerja


pada reseptor α1,α2,β1 dan β2, tetapi efek betanya relative
lebih kuat.
 Disintesis dari tirosin dalam medula adrenalis
 Dilepas masuk ke aliran darah
 Dimetabolisme : di hepar dan disekresikan melalui urin
 Indikasi henti jantung (untuk resusitasi jantung-paru)
Epinephrine

 Menimbulkan bronkodilatasi kuat dengan bekerja langsung pada otot olos


bronkus.
 Kerja β2, penderita serangan asma akut=> epinephrine segera menghilangkan
dispnea/kesulitan bernapas dan mempertinggi volume udara inspirasi dan
ekspirasi.
 Efek samping : ansietas, tremor, takikardia, sakit kepala, ekstremitas dingin
; pada dosis berlebih aritmia, perdarahan otak, edema paru, mual, muntah,
berkeringat, letih, hipoglisemia
Ephedrine
 Efedrin adalah alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan yang disebut efedra
 Dosis : 25-50 mg ( p.o/IM/IV) / 5-25 mg (SC)
 Onset Of Action : 15-60 menit (p.o) 5 menit (IV) , 10-20 menit (IM/SC)
 Duration Of Action: 3-5 jam (p.o) / 1 jam (IV)/ 30 menit- 1jam (IM/SC)
Ephedrine
 Merupakan obat simpatomimetik, golongan nonkatekolamin, bekerja pada
reseptor α, β1 dan β2. Efek perifer efedrin melalui kerja langsung dan melalui
pelepasan NE endogen.
 Dimetabolisme di hepar
 Efedrin menstimulasi detak jantung dan cardiac output => tekanan darah
meningkat
 Aktivasi reseptor ß pada paru-paru menimbulkan bronkodilatasi.
Ephedrine

 Stimulasi reseptor α pada otot kandung kemih dapat meningkatkan resistensi


pengeluaran urin
 Indikasi : terapi pada syok, mengatasi hipotensi, terapi pada asma bronkial
karena mempunyai efek bronkorelaksasi.
 Efek samping : takikardia, ansietas, insomnia, tremor, mulut kering
Dopamine
 Dosis Cara Penggunaan Dewasa: IV Awal: 2-5 mcg/kg/menit,
meningkat secara bertahap hingga 5-10 mcg / kg / menit. pasien sakit
parah: Sampai 20-50 mcg / kg / menit.
 Sediaan: 200mg/5ml
 Onset Of Action : 5 menit.
 Duration of Action: kurang 10 menit.
Dopamine

 Metabolisme : dimetabolisme di hati, ginjal dan plasma


 Reseptor ß1 adrenergik.
 Meningkatkan kontraktilitas miokard dan meningkatkan frekuensi denyut
jantung.
 Efek: peningkatan cardiac output dan tekanan darah.
 Pemberian dopamin dalam dosis rendah memiliki efek proteksi
terhadap renal.
Dopamine

 Indikasi
 Syok (refrakter terhadap pemberian cairan)
 Obat pilihan kedua untuk bradikardia simtomatis (setelah atropine)
 Hipotensi (TD systole <70 mmHg)
 Kontraindikasi Feokromositoma, tidak dikoreksi atrium atau ventrikel
tachyarrhthmias atau fibrilasi ventrikel.
 Efek samping: takiaritmia, vasokontriksi yang eksesif.
Dobutamine

 Dosis / Cara Penggunaan

Dewasa: gagal jantung IV akut 2,5-10 mcg/kg/menit, menyesuaikan sesuai


dengan respon. Kisaran dosis 0,5-40 mcg/kg/menit dapat diberikan. stress test
jantung 5 mcg/kg/menit selama 8 menit melalui pompa infus. Meningkatkan
dosis dengan pertambahan 5 mcg/kg/menit sampai dengan max 20
mcg/kg/menit.

 Onset Of Action : 2 menit.

 Duration Of Action : <10 menit.

 Sediaan : 250 mg/10ml


Dobutamine
 Metabolisme: Hepatically dimetabolisme; dikonversi ke 3-Omethyldobutamine oleh
COMT dan melalui konjugasi dengan asam glukuronat.

 Ekskresi: Terutama melalui urine; melalui feses (jumlah kecil).


 Indikasi :Dipertimbangkan untuk kasus pump problems (gagal jantung kongestif,
edema paru/ congestive pulmonum) dengan TD systole 70-100mmHg dan tidak
ada tanda-tanda syok.
 Kontraindikasi: idiophatic hypertropic subaortic stenosis, riwayat hipersensitivitas
terhadap dobutamin.
Dobutamine

 Reseptor ß1 adrenergik
 Meningkatkan kontraktilitas miokard dan meningkatkan frekuensi denyut
jantung
 Dobutamine meningkatkan SA node secara otomatis dan meningkatkan
konduksi yang melalui AV nodes dan ventrikel.
 Efek renal tidak ada
 Efek takikardi lebih ringan dari dopamin.
 Efek samping: takiaritmia
Isoproterenol
 Reseptor ß1 dan ß2 agonis tanpa efek vosokonstriksi/ reseptor α.
 Dilatasi arteri otot rangka, mengurangi tahanan perifer.
 Curah jantung meningkat => meningkatkan tekanan sitolik.
 Efek pada jantung: palpitasi, takikardi
 Aktivasi reseptor ß2 menimbulkan relaksasi otot polos terutama bronkus. Biasa
digunakan pada asma.
 Dobutamin sering digunakan berama dopamin, dengan
mempertahankan dosis dopamin tetap rendah dan meningkatkan dosis
dobutamin secara bertahap untuk menstabilkan hemodinamik pada
syok kardiogenik.
 Dobutamin menghasilkan efek takikardi lebih ringan daripada
dopamine.
Bromocriptine

 Merupakan komponen DA2 agonis selektif. DA2 agonis


mereduksi pembebasan neuronal dari neurotransmitter.
 Respon penting yang langsung proporsional dengan
latar belakang aktivitas simpatis.
 Bromocriptine ditemukan efektif pada manusia pada
penyakit Parkinson dan akromegali, yang dapat berikatan
dengan reseptor- reseptor D2.juga menurunkan tekanan
darah pada tensi normal dan hipertensi.
 Dosis 2.5 mg ( nama dagang Parlodel)
Ibopamine

 Komponen ini pengobatan aktif peroral yang diubah


dengan cepat menjadi metabolic aktif, epinine (η –
metildopamine).
 Farmakologi dari ibopamine sama kualitasnya dengan
DA. Merupakan reseptor dari DA1 dan DA2 agonist yang
nonselektif.
 Ibopamine efektif untuk natriuresis dan diuresis efektif
pada pasien gagal jantung kongestif.
Levodopa

 Levodopa merupakan salah satu pendukung DA yang


digunakan dengan luas.
 Merupakan perkusor DA dan telah dipakai bertahun-tahun
pada pengobatan penyakit Parkinson.
 Merupakan dekarboksilasi (setelah absorsi) menjadi DA.
 Efek : Peningkatan SV, penurunan resistensi vascular dan
sedikit terjadi perubahan HR dan tekanan darah
Isoproterenol

 Isoproterenol adalah balance potensial dari reseptor ß1 dan


ß2 agonis tanpa efek vosokonstriksi.
 Meningkatkan HR dan kontraktilitas dengan menurunkan
tahanan vascular sistemik .
 Walaupun dapat meningkatkan CO, tidak sepenuhnya pada
keadaan shock, karena meridisribusi darah kedaerah yang
tidak esensial dengan efek pencegahan pada pembuluh
darah kutaneus dan vaskuler
Adenosine

 Adenosine dihasilkan oleh APT juga dibentuk oleh adenine


dan gula pentose. Ditemukan pada setiap sel tubuh.
 Hasil dapat ditingkatkan dengan menstimuli seperti pada
hipoksia dan iskemia
 . Efek kardiovaskular dari adenosis tergantung dari 2 sisi
reseptor yang aktif yaitu α1 dan α2.reseptor α1 pada system
konduksi mio kardium lebih sensitive, memediasi SA node
yang lambat dan SA node yang telat.
 Reseptor α1 menghambat produksi cAMP yang memiliki
formasil yang distimulasi oleh aktifitas ß adrenergic.
Xantin.

 Xantin yang penting adalah teofilin etilendiamin


(aminopilin).Katon adalah jenis xantin yang umum.
 isopreterenol dan epineprin, biasa digunakan untuk
penangan asma karena alasan sama.
 Amnofilin IV menyebabkan meningkatnya CO karena efek
inotropik positif dan kronotropik.Selain itu juga mengurangi
afterload karena efek vasodilatasi ß2.
 Stimulasi jantung masih terjadi dengan adanya ß blok karena
xantin bukan reseptor- dependen terhadap agonisnya
 Teofilin adalah obat golongan xantin, pada bronkospasme
akut diberikan dosis 4-5 mg/kgbb selama 20-30 menit diikuti
dengan dosis perawatan 400-600 mcg/kg per jam
Milrinone.

 Milrinone adalah inotropik bipiridin yang menderivat amrinone.


 Memiliki 20 kali potensi inotropik dari senyawa induk.
 Milrinone aktif secara iv dan oral dan memiliki efek jangka pendek
terhadap hemodinamik pada pasien yang menderita gagal jantung
kengestif refraktori parah
 Amnofilin IV menyebabkan meningkatnya CO karena efek
inotropik positif dan kronotropik.
 Selain itu juga mengurangi afterload karena efek vasodilatasi
ß2.stimulasi jantung masih terjadi dengan adanya ß blok karena
xantin bukan reseptor- dependen terhadap agonisnya
 Dosis awal 25-75 mcg/kg dengan bolus melalui pembulih darah
selama 10 menit,
 diikuti dengan, infus IV 0.375-0.75 mcg/kg/menit. Tetapkan takaran
berdasarkan reaksi hemodinamik yang diinginkan,
 dosis maksimum 1.13 mg/kg/ 24 jam
Enoximone.

 Enoximone adalah inhibitor PDE III yang terbaru yang telah terbukti
sesuai pada pasien yang menderita gangguan fungsi miokardial parah.
 Enoximone merupakan turunan imidazol yang secara struktur tidak
berhubungan dengan digitalis, katekolamin, atau amrinone.
 Milrinone baru-baru ini telah dibuktikan untuk terapi secara iv untuk
gagal jantung kongestif.
 Pemberian dosis besar 50 μg/kg/mnt – 0,75 μg/kg/mnt (tidak lebih dari
1,13 μg/kg/hari).Dosis harus disesuaikan pada pasien gagalginjal
karena milrinone di ekskresikan dalam urin primer dalam bentuk
unkonjugat
Glukagon .

 Glukagon adalah polipeptida rantai tunggal dengan 29 asam


amino yang sekresikan melalui pancreas sel dan sebagai
respon hipoglikemia.
 Hati dan ginjal berperan dalam degredasinya
 Pada manusia, dosis iv 1-5 mg glukagon meningkatkan kardiak index,
rata-rata tekanan atrial dan kontraktilitas ventricular, bahkan dengan
adanya terapi digitalis.
 Glukagon dapat dicampur dengan 5 % dektrosa dalam air dan stabil
selama jangka waktu panjang.
 Setelah dosis bolus, aksinya hilang sekitar 30 menit kemudian. Infuse
lanjutan 5μg/kg/mnt dibatasi dengan initial bolus 50μg/kg/mnt. Onset
terjadi 1-3 menit dan puncak pada 10 -15 menit.
Calsium Salt

 Merupakan kepentingan yang besar pada genesis dari aksi


potensial dari kardia dan kunci pengawasan storage
controlling energi intraselluler dan penggunaan.
 Tiga bentuk dari garam kalsium adalah kalsium klorida,
kalsium glukonat dan kalsium gluceptal. Kalsium klorida
menghasilkan hanya sekitar 10-20 menit meningkatkan untuk
CO.
 Jika efek inotropik diperlukan untuk memperpanjang periode
waktu, agent inotropik lain seharusnya diseleksi.
 Bolus dengan dosis 2-10 μg/kg (1,5μg/kg/mnt) kalsium
klorida dapat menghasilkan perbaikan yang sedang pada
kontraktilitas.
Kesimpulan
Penggunaan obat-obatan adrenergik memiliki variasi
yang luas dalam medikamentosa, khususnya obat-obatan
inotropik/vasopressor yang sangat terkait dengan pengobatan di
bidang kardiovaskuler.
Hal ini tak lepas dari farmakologi obat tersebut yang
memilik kekhasan dalam selektifitasnya terhadap reseptor-
reseptor dan efek yang timbul sebagai respons akan stimulus
Kearifan dalam penggunaan obat-obatan ini tentu sangat
akan membantu progresifitas pada pengobatan penyakit-
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
 1. Ludman A, Kruger W.Acute heart failure. Germany: Birkhauser Verlag AG; 2009.p.104-35.

 2. Trevor P, Nora MV, Raymon LP, Davis C. USMLE step 1 pharmacology notes. USA: Kaplan Inc; 2002.p.109-39.

 3. Ezekiel MR. Handbook of anesthesiology. 2004-2005 Edition. (online), (http://www.scribd.com, diakses 7 Agustus
2009).

 4. Weinshilboum R. Inheritance and drug response. NEJM 2009; 348;6.

 5. Oh P. Clinical pharmacology. 2002; (online), (http://scribd.com, diakses 31 Agustus 2009).

 6. Neal Mj. Medical pharmacology at a glance. Fourth Edition.USA: Blackwell Science Ltd; 2002.p.42-24.

 7. NN. Autonomic nervous system: physiology and pharmacology. (online), (http://www.scribd.com, diakses 4
September 2009).

 8.Roach SS. Introductory clinical pharmacology. 7th Edition, 2007; (online),(http://www.scribd.com, diakses 1
September 2009).

 9. Westerhof N, Stergiopulos N, Noble MIM. Snapshots of hemodynamics. Boston: Springer Science and Business
Media, Inc; 2005.p.91-49.

 10. Mariyono HH, Santoso A. Gagal Jantung. J Peny Dalam 2007; 94-85.
47

Anda mungkin juga menyukai