Anda di halaman 1dari 18

KUANTITATIF STRUKTUR DAN

AKTIVITAS OBAT DIURETIK


Di susun oleh :

Violita Bella Dina 052191171


Zulfatahta 052191179
Hafizh 052191185
Cik Ayu 052191201
Kirana Aling 052191195
Ninda Kesya 052191202
Indah Mahendra 052191199
Rizky Febrina Utami 052191125
Nory Syahrilawati 052191127
Sitti Aulia Farah Rosa 052191157
Endang Diana 052191122
Gita Syefira Salsabila 052191166
Meia Yevi Setiawati 052191121
Maria Rosyanti Julia Manjorang 052191155
Itcje Swenda Manalu 052191151
Rahmawati 052191165
PENDAHULUAN
Diuretika adalah zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih
(diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal.
Obat-obat lainnya yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi
ginjal secara tidak langsung termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat
yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin ), memperbesar
volume darah (dekstran ) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik
ADH (air, alkohol ).
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udema, yang
berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan
ekstrasel kembali menjadi normal
MEKANISME KERJA DIURETIK
Kebanyakan diuretika bekerja dengan mengurangi reabsorpsi natrium, sehingga
pengeluarannya lewat kemih diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus terhadap
tubuli tetapi juga di tempat lain, yakni di:
1.Tubuli proksimal : Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang di sini
direabsorpsi secara aktif untuk kurang lebih 70% antara lain ion Na+ dan air,begitu
pula dengan glukosa dan ureum. Diuretika osmotis (manitol, sorbitol)
bekerja di sini dengan merintangi reabsorpsi air dan juga natrium.
2. Lengkungan henle. Di bagian menaik dari Henle’s loop ini kurang lebih 25%
dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi direabsorsi secara aktif, disusul dengan
reabsorpsi pasif dari Na+ dan K+ tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis.
Diuretika loop seperti furosemida, bumetanida dan etakrinat bekerja terutama di
sini dengan merintangi transpor Cl- dan demikian reabsorpsi Na+. Pengeluaran
K+ dan air juga diperbanyak.
3. Tubuli distal. Di bagian pertama segmen ini, Na+ direabsorpsi
secara aktif pula tanpa air hingga filtrat menjadi lebih cair dan
lebih hipotonis. Senyawa Thiazida Dan Klortalidon bekerja di
empat ini dengan memperbanyak ekskresi Na+ dan Cl- sebesar
5-10%. Di bagian kedua segmen ini, ion Na+ ditukarkan
dengan ion K+ atau NH4+. Proses ini dikendalikan oleh
hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron
(Spirolakton) dan zat penghemat kalium (Amilorida,
Triamteren) bertitik kerja di sini dengan mengakibatkan
ekskresi Na+ kurang dari 5% danretensi K+.
4. Saluran pengumpul. Hormon antidiuretik ADH (Vasopresin)
darihipofisis bertitik kerja di sini dengan jalan mempengaruhi
permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran ini.
PENGGOLONGAN DIURETIK
Berdasarkan cara bekerja, ada beberapa jenis diuretik yang diketahui pada saat
ini. Antara lain :
 Diuretik osmotik dan Aquaretics. Obat-obat ini hanya direabsorpsi sedikit
oleh tubuli, hingga rabsorpsi air juga terbatas. Efeknya adalah diuresis
osmotik dengan ekskresi air kuat dan relatif sedikit ekskresi Na+. Contoh :
manitol, glukosa, sorbitol, sukrosa, dan urea.
 Penghambat karbonik anhidrase ginjal. Diuretik jenis ini merintangi enzim
karbonanhidrasedi tubuli proksimal, sehingga disamping karbonat, juga
Na+ dan K+ diekskresikan lebih banyak, bersamaan dengan air. Khasiat
diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie , maka
perlu digunakan secara selang seling (intermittens ). Contoh :
asetazolamida.
 Diuretik derifat tiasid. Efeknya lebih lemah dan lebih lambat, tetapi
bertahan lebih lama (6-48 jam) dan terutama digunakan pada terapi
pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung (decompensatio cordis ).
Obat-obat ini memiliki kurva dosis-efek datar, artinya bila dosis optimal
dinaikkan lagi efeknya tidak bertambah (diuresis, penurunan tekanan
darah). Contoh: hidroclorotiazid, talidon, indapamida dan klopamida.
Diuretik loop. Obat-obat ini berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak
digunakan pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva
dosis-efek curam, artinya bila dosis dinaikkan efeknya senantiasa bertambah. Contoh
furosemida, bumetanida dan etakrinat.

Diuretik hemat kalium Potassium Sparing Diuretic). Efek obat ini hanya lemah dan khusus
digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron
menstimulasi reabsorpsi Na+ dan ekskresi K+ ; proses ini dihambat secara kompetitif oleh
obatobat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanya lemah efek ekskresinya
mengenai Na+ dan K+. Tetapi pada penggunaan diuretika loop tiazid terjadi ekskresi kalium
dengan kuat, maka dengan pemberian bersama penghemat ekskresi kalium ini menghambat
ekskresi K+ dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari magnesium dihambat.

Diuretik pembentukan asam. Diuretika pembentuk asam adalah senyawa anorganik yang dapat
menyebabkan urin bersifat asam dan mempunyai efek diuretik. Senyawa golongan ini efek
diuretiknya lemah dan menimbulkan asidosis hiperkloremik sistemik. Efek samping yang
ditimbulkan antara lain iritasi lambung, penurunan nafsu makan, mual, asidosis dan
ketidaknormalan fungsi ginjal. Contoh : amonium klorida, amonium nitrat dan kalsium klorida.
Diuretik derivat tiazid
Diuretika turunan tiazida adalah saluretik, yang dapat menekan absorpsi
kembali ion-ion Na+, Cl- dan air. Turunan ini juga meningkatkan ekskresi
ion K+, Mg++ dan HCO3- dan menurunkan ekskresi asam urat

Mekanisme kerja
Diuretika turunan tiazid mengandung gugus sulfamil sehingga dapat
menghambat enzim karbonik anhidrase. Juga diketahui bahwa efek
saluretiknya terjadi karena adanya pemblok proses pengangkutan aktif ion
klorida dan absorpsi kembali ion yang menyertainya pada loop of henle,
dengan mekanisme yang belum jelas, kemungkinan karena peran dari
prostaglandin. Turunan tiazid juga menghambat enzim karbonik anhidrase
di tubulus distal tetapi efeknya relatif lemah.
Hubungan Struktur dan Aktifitas

Studi hubungan struktur-aktivitas diuretik turunan tiazid menunjukkan bahwa


aktivitas diuretik meningkat bila senyawa mempunyai gambaran struktur sebagai
berikut:
1. Pada posisi 1 cincin heterosiklik adalah gugus SO2 atau CO2- Gugus SO2
mempunyai aktivitas yang lebih besar.

2. Pada posisi 2 ada substituen gugus alkil yang rendah, biasanya gugus metil.

3. Pada posisi 3 ada substituen lipofil, seperti alkil terhalogenasi (CH2Cl,


CH2SCH2CF3), CH2-C6H5 dan CH2SCH2-C6H5.

4. Ada ikatan C3-C4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap pada C3-C4 dapat
meningkatkan aktivitas diuretik ± 10 kali.

5. Substitusi langsung pada posisi 4,5 atau 8 dengan gugus alkil akan menurunkan
aktifitas diuretik.
4. Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron yang sangat penting, seperti
Cl dan CF3. Hilangnya gugus tersebut membuat senyawa kehilangan
aktivitas. Penggantian gugus Cl dengan CF3 dapat meningkatkan
kelarutan senyawa dalam lemak sehingga memperpanjang masa kerja
obat.
5. Pada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak tersubstitusi. Turunan
mono dan disubstitusi dari gugus sulfamil tidak mempunyai aktivitas
diuretik.
6. Gugus sulfamil pada posisi meta (1) dapat diganti dengan gugus-gugus
elektronegatif lain, membentuk gugus induk baru yang dinamakan
diuretika seperti tiazid (tiazide-like diuretics ) seperti pada turunan
salisilanilid (xipamid), turunan benzhidrazid (klopamid dan indopamid),
dan turunan ptalimidin (klortalidon).
Tabel Hubungan Struktur-Aktivitas Diuretik
Turunan Tiazid
Contoh

1. Hidroklortiazid (H.C.T), merupakan obat pilihan untuk mengontrol sembab jantung dan
sembab yang berhubungan dengan penggunaan kortikosteroid atau hormon estrogen.
Hidroklortiazid juga digunakan untuk mengontrol hipertensi ringan, kadang-kadang
dikombinasi dengan obat-obat antihipertensi, seperti reserpin dan hidralazin (Ser-Ap-Es)
atau β-bloker, seperti asebutolol (Sectrazid). Awal kerja obat terjadi ± 2 jam setelah
pemberian secara oral, kadar plasma tertinggi dicapai dalam ± 4 jam, dengan masa kerja ±
10 jam. Ketersediaanhayatinya ± 65% dan dapat meningkat menjadi ± 75% bila diberikan
bersama-sama makanan. Dosis diuretik : 25-200 mg 1-2 dd, untuk mengontrol hipertensi
: 25-50 mg 1-2 dd.

2. Bendroflumetiazid (naturetin), mempunyai aktivitas diuretik yang lebih tinggi dan masa
kerja yang lebuh panjang (± 18 jam) dibanding hidroklortiazid. Bendroflumetiazid
digunakan untuk mengontrol sembab dan hipertensi. Dosis untuk mengontrol sembab :
5 mg 1 dd, mengontrol hipertensi : 5 mg 1-4 dd.

3.Xipamid (diurexan), merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang cukup kuat,
digunakan untuk pengobatan hipertensi yang moderat dan berat serta untuk mengatasi
sembab yang berhubungan dengan penyakit jantung, ginjal, hati dan rematik. Masa kerja
antihipertensinya ± 24 jam, dan efek diuretiknya ± 12 jam. Dosis : 10-40 mg/hari.
4.Indapamid (natrilix), merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat, digunakan
untuk pengobatan hipertensi yang ringan dan moderat. Indapamid dapatmenurunkan
kontraksi pembuluh darah sel otot polos karena mempengaruhi pertukaran ion antar
membran, terutama Ca, dan merangsang sintesis prostaglandin PGE, sehingga terjadi
vasodilatasi dan efek hipotensi. Absorpsi indapamiddalam saluran cerna cepat dan sempurna,
kadar darah tertinggi dicapai 1-2 jam setelah pemberian oral, dan ± 79% obat terikat oleh
plasma protein. Waktu paro eliminasinya ± 15-18 jam. Dosis : 2,5 mg/hari.

5.Klopamid, merupakan diuretik dengan efek antihipertensi yang kuat, digunakan untuk
pengobatan hipertensi yang ringan dan moderat. Absorpsi klopamid dalam saluran cerna
cepat dan sempurna, ± 40-50%, obat terikat oleh plasma protein dengan waktu paro eliminasi
± 6 jam. Dosis : 5 mg/hari.

7.Klortalidon (hygroton), merupakan diuretik kuat dengan masa kerja panjang (±48-72 jam).
Klortalido juga dipergunakan untuk hipertensi ringan, kadang-kadang dikombinasi dengan
β-bloker, seperti atenolol(tenoretik) dan oksprenolol (transitensin). Absorpsi klortalidon
relatif lambat dan tidak sempuna, waktu paro absorpsi ± 2-6 jam, kadar darah maksimal
dicapai setelah ± 2-4 jam. Klortalidon terikat secara kuat dalam sel darah merah sehingga
mempuyai wktu paro plasma cukup panjang ± 35-60 jam.
KESIMPULAN
1. Diuretika adalah zat-zat yang dapat
memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis)
melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat
lainnya yang menstimulasi diuresis dengan
mempengaruhi ginjal secara tidak langsung tidak
termasuk dalam defenisi ini, misalnya, zat-zat yang
memperkuat kontraksi jantung (digoksin,
teofilin),memperbesar volume darah (dekstran),
atau merintangi sekresi hormon anti diuretik ADH.
2. Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya
aliran urine disebut Diuretik. Obat-obat ini merupakan
penghambat transpor ion yang menurunkan reabsorbsi Na+ dan
ion lain seperti Cl+ memasuki urine dalam jumlah lebih banyak
dibandingkan dalam keadaan normal bersama-sama air, yang
mengangkut secara pasif untuk mempertahankan keseimbangan
osmotik. Perubahan Osmotik dimana dalam tubulus menjadi
meningkat karena natrium lebih banyak dalam urine, dan
mengikat air lebih banyak di dalam tubulus ginjal. Dan produksi
urine menjadi lebih banyak. Dengan demikian diuretik
meningkatkan volume urine dan sering mengubah pH-nya serta
komposisi ion didalam urine dan darah.
3. Ada beberapa jenis Diuretik, yang sudah dikenal
dan sering digunakan dalam pengobatan pasien
dengan masalah gangguan cairan dan elektrolit.
Jenis-jenis tersebut adalah diuretik osmotik,
diuretik penghambat karbonik anhidrase ginjal,
diuretik derifat tiasid, diuretik loop, diuretik hemat
kalium, diuretik merkuri organik dan diuretik
pembentukan asam.
4. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon
diuretik ini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal.
Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi
natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil
bila dibandingkan dengan diuretik daerah yang
reabsorbsi natrium yabnagn ybaekk.e rjKa epdaudaa,
status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi
jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini
akan memberikan respon yang berbeda terhadap
diuretik. Ketiga, interaksi antara obat dengan
reseptor. Sebagaimana umumnya diketahui, diuretik
digunakan untuk merangsang terjadinya diuresis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai