Anda di halaman 1dari 16

OBAT DIURETIK

I. Pengertian obat diuretik


Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah
diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya penambahan volume
urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut
dalam air.
Fungsi utama diuretik adalah untuk memobilisasi cairan udem, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel
kembali menjadi normal.
Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotik
2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. diuretik golongan tiazid
4. diuretik hemat kalium
5. diuretik kuat

1. DIURETIK OSMOTIK
Diuretik osmotik mengacu pada zat non elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal serta menarik air. Ada empat syarat suatu zat dikatakan diuretik
osmotik, yaitu:
- Difiltrasi secara bebas oleh glomerulus
- Tidak/sedikit direabsorpsi oleh tubulus
- Bersifat inert (sukat bereaksi)
- Tidak dimetabolisme
Contohnya adalah mannitol (paling umum), urea, gliserin, dan isosorbid.

Cara kerja obat diuretik osmotik adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik
dalam lumen tubular. Peningkatan tekanan osmotik ini menyebabkan ekskresi air dan
elektrolit meningkat. Elektrolit tersebut yaitu Na, K, Ca, Mg, HCO3 dan fosfat.
Pemberian manitol dan urea adalah secara intravena, sedangkan gliserin dan
isosorbid dapat diberikan per oral. Gliserin paling banyak dimetabolisme yaitu sebesar
80% dan manitol 20%. Urea dan isosorbid tidak dimetabolisme. Semua obat ini diekresi
melalui ginjal.

Indikasi pemberian:
 glaukoma dan edema otak
 Sindroma disekuilibrium
 profilaksis pada penyakit nekrosis tubular akut (ATN) akibat bedah, trauma atau
pemberian media kontras pada pemeriksaan radiologi ginjal.

Efek samping:
 Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena peningkatan volume
plasma pada awal pemberian
 hiponatremia dan hipovolemia
 reaksi hipersensitivitas
 Trombosis vena, hiperglikemia dan glikosuria (pemberian gliserin)
Kontraindikasi (keadaan dimana obat ini tidak boleh diberikan):
 gagal ginjal dengan anuria
 edema paru dan dehidrasi
 perdarahan intrakranial karena obat ini menarik air dari cairan otak

2. INHIBITOR KARBONIK ANHIDRASE (IKA)

Karbonik anhidrase adalah enzim yang bekerja pada reaksi CO2 + H2O menjadi
H2CO3 dan sebaliknya. IKA bekerja pada beberapa tempat. Di ginjal, IKA menghambat
reabsorpsi bikarbonat (HCO3-) dan mengurangi pertukaran Na-H sehingga NaHCO3
dieksresi bersama air. Inilah efek diuretiknya.
Pada mata, menghambat pembentukan aqueus humor (cairan mata), mengurangi
tekanan intra okuler (terapi pada glaukoma). Pada CNS, IKA memiliki efek
antikonvulsan (anti kejang).
Yang termasuk IKA adalah asetazolamid, diklorfenamid dan metazolamid.

Di dalam sel tubuli ginjal, IKA menghambat perubahan CO2 + H2O menjadi
H2CO3 sehingga pembentukan H+ dan HCO3- di tubuli juga berkurang. Jumlah H+
untuk diekskresi dan ditukar dengan Na akan berkurang sehingga ekskresi Na+ akan
meningkat (untuk mereabsorpsi Na, maka H+ harus dieksresi). Pada akhirnya, akan
terjadi peningkatan ekskresi air. HCO3- juga akan diekskresi sehingga darah cenderung
menjadi asam (asidosis) sementara urin menjadi alkalis. Ekskresi kalium juga akhirnya
meningkat.

Efek samping
 Asidosis metabolik akibat peningkatan ekskresi HCO3-
 batu ginjal (batu fosfat dan kalsium)
 peningkatan sekresi NaHCO3 meningkatkan eksresi K
 parestesia, disorientasi
Obat ini tidak boleh diberikan pada penderita sirosis hati karena dapat menghambat
konversi NH3 menjadi NH4+, akibatnya NH3 menumpuk di darah (hiperammominemia).
Inilah yang menyebabkan disorientasi karena amonia merupakan toksik pada CNS.

IKA diindikasikan pada :


 pasien glaukoma, epilepsi
 paralisis periodik familial
 alkalosis metabolik (inget aja kerja IKA adalah mengurangi reabsorpsi HCO3
sehingga kadar HCO3 di darah akan menurun)
 acute mountain sickness (gejala mual, muntah, pusing, dan insomnia yang biasanya
dialami para pendaki gunung saat berada di ketinggian lebih dari 3000 m)
 alkalinisasi urin (dengan banyaknya HCO3 di urin, maka pembentukan batu sistin dan
urat dapat dicegah. Batu ini terbentuk pada suasana asam)
3. THIAZIDE
Termasuk kelompok obat ini adalah hidroklorotiazid (HCT), klorotiazid,
bendroflumetiazid, klotalidone, metolazone dan indapamide. Thiazide disekresi oleh
tubulus proksimal namun baru bekerja di tubulus kontortus distal. Ia bekerja dengan
menghambat simporter Na dan Cl dari lumen ke tubular. Pada keadaan normal, simporter
ini berfungsi membawa Na dan Cl dari lumen ke sel epitel tubulus. Akibatnya, ekskresi
Na dan Cl akan meningkat (tentunya disertai dengan ekskresi air juga). Beberapa juga
memiliki efek inhibitor karbonik anhidrase yang lemah.
Selain meningkatkan ekskresi Na dan Cl, thiazide juga meningkatkan ekskresi
kalium. Ia juga menghambat sekresi asam urat sehingga dapat menyebabkan
hiperurisemia dan gout. Melalui mekanisme yang belum diketahui, obat ini juga dapat
mengurangi ekskresi kalsium melalui urin. Karena ekskresi kalsium kurang, maka
kalsium akan meningkat kadarnya di darah sehingga obat ini mampu menghambat
progresifitas osteoporosis. Ekskresi magnesium pun dibuat meningkat olehnya.

Efek samping yang mungkin timbul adalah

 hipokalemia, menyebabkan peningkatan resiko toksisitas digitalis (obat anti aritmia)


 hiponatremia dan hipomagnesemia (kekurangan magnesium)
 hiperurisemia
 hiperglikemia dan hiperkolesterolemia, sehingga tidak dianjurkan untuk penderita
DM dan dislipidemia
 hiperkalsemia (jangka panjang).
 disfungsi seksual
Tiazide berinteraksi dengan digitalis dan menyebabkan resiko aritmia menjadi
meningkat. Obat ini juga mengurangi efikasi antikoagulan, anti diabetik dan dan
urikosurik. NSAID juga berinteraksi dengan obat ini.
Indikasi
o hipertensi
o gagal jantung ringan hingga sedang
o edema
o diabetes insipidus nefrogenik (nefrogenik artinya ADH nya normal, namun
reseptor ginjal gagal merespon ADH)
o mencegah kehilangan kalsium pada penderita osteoporosis dan nefrolitiasis
kalsium.

4. LOOP DIURETIK (DIURETIK KUAT)


Termasuk dalam kelompok loop diuretik adalah furosemide, torasemide, bumetanide
dan asam etanikrat.
Sesuai dengan namanya, loop diuretik bekerja pada ansa Henle yaitu pada segmen
tebal pars asendens. Kerjanya dengan menghambat reabsorpsi elektrolit Na, K dan Cl
sehingga ion-ion ini akan diekskresikan bersama dengan air. Kalsium dan magnesium
pun ditingkatkan eksresinya. Makanya namanya diuretik kuat karena meningkatkan
ekskresi sebagian besar elektrolit.
Karena berinteraksi dengan aminoglikosida (golongan antibiotik), maka
penggunaan mereka secara bersama-sama akan meningkatkan resiko nefrotoksisitas dan
ototoksisitas (tuli, baik sementara maupun permanen. Diduga karena obat ini
mempengaruhi komposisi cairan endolimf di telinga). NSAID juga mengurangi efek
diuretik, sama dengan probenesid yang juga memiliki efek yang sama dengan
menghambat sekresi loop diuretik dari tubulus ke lumen.

Indikasi :
 gagal jantung kongestif
 edema paru akut
 edema akibat gagal ginjal
 sindroma nefrotik atau asites
 hiperkalsemia
 hipertensi
 dapat memicu diuresis (berkemih) untuk mengeluarkan racun. Tentu saja racun yang
eksresinya melalui ginjal.

5. DIURETIK HEMAT KALIUM (POTASSIUM SPARING DIURETIK)


Termasuk dalam kelompok obat ini adalah :
(1) Inhibitor kanal Na (amiloride dan triamteren) serta
(2) Antagonis aldosteron (spironolactone, eplerenone).
Pada mekanisme inhibitor kanal Na, obat ini dapat menghambat reabsorpsi Na
sekaligus mengurangi sekresi K. Pada mekanisme antagonisme aldosteron, obat diuretik
hemat kalium (DHK) mem-blok reseptor aldosteron sehingga mengurangi reabsorpsi Na
dan K pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes. Dengan demikian, ekskresi K juga
berkurang.
Karena efeknya yang relatif lemah, DHK biasanya dikombinasikan dengan
diuretik lain. Selain itu, dengan dikombinasikan bersama obat lain resiko hipokalemia
dapat dihindari. Penggunaan jangka panjang DHK ternyata memberikan efek
kardioprotektif dengan mencegah hipertrofi dan fibrosis miokard.
Efek samping :
 hiperkalemia
 efek anti androgenik
 dan anemi megaloblastik (jenis obat triamteren)
karena obat ini adalah antagonis folat (kalau di buku farmakologi dan terapi
disebutkan bahwa obat ini menghambat kerja enzim dihidrofolat reduktase). Folate
sebagaimana yang kita tahu berfungsi dalam pematangan inti sel darah merah.
DHK diindikasikan pada pasien hipertensi, namun biasanya pemakaiannya
dikombinasikan dengan antihipertensi lain untuk memperkuat efek dan mencegah
hipokalemia. Hati-hati pemberian triamteren pada kondisi hiperkalemia atau kondisi yang
rentan untuk terjadinya hiperkalemia (seperti gagal ginjal atau sedang dalam pengobatan
dengan ACE inhibitor, ARB, NSAID dan suplemen kalium. ACE inhibitor dan ARB
akan menurunkan sekresi aldosteron sehingga bahaya hiperkalemia semakin besar)

6.HORMON ANTI DIURETIK


Dikenal juga sebagai vasopresin, merupakan suatu oktapeptida yang diprodusi oleh
sel saraf dalam nukleus supraoptikus dan paraventrikalis di hipotalamus. Melalui serabut
saraf, ADH ditranspor ke hipofisis posterior.
Di alam, dikenal dua macam ADH, yaitu 8-arginin vasopressin yang terdapat pada -lisin
vasopressin yang terdapat pada babi. In vivo, kedua jenis ini mudah sekali mengalami
degradasi sehingga dibuat sisntetiknya yang lebih tahan lama yaitu desmopressin (1-
deamino 8-D arginin vasopressin, DDAVP). Desmopressin merupakan obat terpilih
untuk pengobatan diabetes insipidus yang sensitif terhadap ADH.
Sekresi vasopressin diatur oleh beberapa mekanisme yaitu
(1) Konsep osmoreseptor yang diduga terletak di daerah nukleus hipotalamus;bila
osmolalitas plasma bertambah akibat dehidrasi, maka sekresi ADH bertambah dan
sebaliknya pada keadaan hidrasi, sekresinya akan turun.
(2) Konsep reseptor volume yang terletak di atrium kiri dan vena pulmonalis. Bila terjadi
penurunan volume darah yang beredar misalmya akibat perdarahan hebat maka sekesi
ADH akan meningkat.
Efek seluler pada ginjal terjadi melalui interaksi antara ADH dengan reseptor V1 dan V2.
Reseptor V1 terdapat pada otot polos vaskuler dan saluran cerna, hepatosit, dan beberapa
sel di ginjal. Reseptor V1 berperan dalam vasokonstriksi pembuluh darah arteriol eferen
glomerulus, tetapi efek yang paling menonjol yaitu di duktus koligentes yang diperantarai
oleh reseptor V2.
Reseptor V2 yang terletak di dalam sel duktus koligentes dan sel ansa Henle asendens
epitel tebal mempunyai afinitas besar terhadap ADH. Perangsangan reseptor V2 oleh
ADH akan merangsang aktivitas enzim adenilat siklase. Pada akhirnya akan terjadi
pembukaan kanal aquaporin di permukaan epitel tubulus, sehingga membran luminal
menjad permeabel terhadap air dan reabsorpsi air pun meningkat.
ADH diindikasikan pada
- Diabetes insipidus neurogenik (central type, artinya orangnya memang kekurangan
ADH). Jadi, obat ini tidak bisa dipakai pada diabetes insipidus nefrogenik (kalau
nefrogenik, ADH-nya normal, namun ginjal gagal merespon ADH).
- Diabetes insipidus akibat trauma kepala atau pembedahan (kemungkinan hipofisisnya
rusak sehingga sekresi ADH menurun),
- Perdarahan GI akibat hipertensi portal (kerja ADH dengan mengurangi airan darah
mesenterica superior sehingga tekanan darahnya turun)
- Penyakit Von Willebrand (salah satu kelainan genetik yang menyebabkan perdarahan
akibat kekurangan faktor von Willebrand). Desmopressin dapat mensekresi faktor von
Willebrand di sel endotel.
Efek samping yang mungkin timbul adalah hipertensi, kolik abdominal akibat
peningkatan peristaltik, dan agina pektoris akibat vasokonstriksi arteri koronern(karena
ADH menyebabkan vasokonstriksi di hampir semua pembuluh darah termasuk arteri
koroner). Pada wanita ADH dapat menyebabkan spasme uterus.
Secara farmakokinetis, obat ini tidak diberikan per oral karena akan langsung didegradasi
enzim tripsin di dalam usus halus, sehingga harus diberikan secara intravena,
intramuskular, sub kutan atau intranasal. Waktu paruhnya mencapai 17-35 menit,
sementara desmopressin lebih lama lagi (masih efektif 48-96 jam setelah pemberian
intranasal).
Sediaannya berupa piressin untuk injeksi, vasopressin tanat untuk injeksi intramuskular,
Lipresin (lisine-vasopressin) untuk semprot hidung dan desmopressin asetat untuk
penggunaan nasal (tetes hidung).
Hidup itu sudah cukup sulit, maka hadapilah dengan cara yang mudah.
Sekarang, lanjut ke farmakologi obat antihipertensi. Let’s go!
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah >140 mmHg. Tekanan darah
dipengaruhi oleh cardiac output dan resistensi vaskuler perifer. Perubahan pada
mekanisme ini diperngaruhi oleh empat faktor utama, yaitu sistem saraf simpatis-
parasimpatis, sistem renin angiotensin aldosteron dan faktor lokal yang dilepaskan
(seperti vasoaktif dsb).
Parasimpatis bekerja dengan menurunkan frekuensi jantung sehingga cardiac output juga
menurun. Akibatnya, tekanan darah juga menurun. Berlawanan dengan parasimpatis,
saraf simpatis menyebabkan peningkatan frekuensi jantung, meningkatkan
kontraktilitasnya dan meingkatkan tonus vaskuler. Kesemua itu akhirnya meningkatkan
tekanan darah. RAAS meningkatkan tonus vaskuler dan volume darah sehingga tekanan
darah juga meningkat. Faktor lokal juga.

II. HIPERTENSI
Penyakit hipertensi atau yang sering disebut dengan darah tinggi adalah penyakit yang
banyak dialami oleh sebagian orang terutama pada orang-orang yang lansia atau lanjut usia.
Penyakit ini menimbulkan gejala hipertensi yang sering dialami oleh penderitanya.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti

genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system

rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.

b. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal. Penggunaan

kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.


A. Manifestasi Klinis
 Meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg
 sakit kepala
 epistaksis
 pusing/migraine
 rasa berat ditengkuk
 sukar tidur
 mata berkunang kunang
 lemah
 Lelah
 muka pucat
 suhu tubuh rendah
 Komplikasi

B. ETIOLOGI

Etiologi hipertensi primer terjadi karena beberapa faktor berikut ini:

 Faktor keturunan. Dari data statistik diperoleh data seseorang memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya merupakan penderita
hipertensi;
 Ciri perseorangan. Ciri perseorangan yang memengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (laki-laki
lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih);
 Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau obesitas
yang diakibatkan dari makan yang berlebih, stres, serta pegaruh lain seperti merokok,
minum alkohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednisone dan epineprin).
Sedangkan etiologi hipertensi sekunder disebabkan antara lain karena:

 Penyakit ginjal seperti stenosis arteri renalis yang disebabkan oleh penyempitan arteri
renalis, pielonefritis yang disebabkan karena infeksi bakteri pada salah satu atau
kedua ginjal, glomerulonefritis yang disebabkan adanya kelainan pada glomerulus
ginjal, tumor-tumor ginjal yang akan merusak sel-sel di sekitarnya sehingga
mengganggu kerja ginjal. Selain itu ialah penyakit ginjal polikista yang merupakan
penyakit keturunan pada kedua ginjalnya banyak ditemukan kista, trauma pada ginjal
yang merupakan kecederaan pada sistem urinearia, dan terapi penyinaran yang
mengenai ginjal.
 Kelainan hormonal seperti hiperaldosteronisme (kelebihan hormon aldosteron),
sindroma cushing (penyakit akibat kelebihan hormon kortisol), dan feokromositoma
(tumor yang berasal dari sel-sel kromafin kelenjar adrenal).
 Obat-obatan Seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropoetin, kokain, alkohol,
dan penyebab lainnya.

C. PATOFISIOLOGI

 Biasanya orang yang menderita hipertensi akan mengalami sakit kepala, pusing
yang sering dirasakan akibat tekanan darahnya naik melebihi batas normal.
 Wajah akan menjadi kemerahan.
 Pada sebagian orang akan mengalami detak jantung yang berdebar-debar.
 Orang yang mengalami darah tinggi akan mengalami gejala hipertensi seperti
pandangan mata menjadi kabur atau menjadi tidak jelas.
 Sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi.
 Sering mudah kelelahan saat melakukan berbagai aktivitas.
 Sering terjadi pendarah di hidung atau mimisan.
 Gejala hipertensi yang parah bisa menyebabkan seseorang mengalami vertigo.
 Orang yang mempunyai darah tinggi biasanya akan sensitif dan mudah marah
terhadap hal-hal yang tidak dia sukai.

D. Penatalaksanaan

Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis


penatalaksanaan:

Penatalaksanaan Non Farmakologis.

1. Diet

Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB dapat menurunkan

tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan

kadar adosteron dalam plasma.

2. Aktivitas.

Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan

batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,

bersepeda atau berenang.


b. Penatalaksanaan Farmakologis.

Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam

pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.

3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4. Tidak menimbulakn intoleransi.

5. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.

E. Obat-obat

a.Golongan Tiazid

1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide® )

Indikasi: edema, hipertensi

Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, , gangguan ginjal


dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison.

Bentuk sediaan obat: tablet

Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis
pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari
Efek samping:hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi
(reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia,
hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan
peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas, ganggan
darah (termasuk neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan
akhir); pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.

Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai; mungkin


memperburuk SLE ( eritema lupus sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui;
gangguan hati dan ginjal yang berat;porfiria.

2. Chlortalidone ( Hygroton®, Tenoret 50®, Tenoretic® )

Indikasi : edema, hipertensi, diabetes insipidus

Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid

Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg selang sehari, kurangi untuk
pemeliharaan jika mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg pada pagi
hari

Bentuk sediaan obat: tablet

3. hidroklorotiazid

Indikasi: edema, hipertensi

Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid

Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin; untuk pasien
dengan edema yang berat dosis awalnya 75 mg sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari; jika
perlu ditingkatkan sampai 25 mg pada pagi hari
Bentuk sediaan obat: tablet

b. Diuretik kuat

1. Furosemide ( Lasix®, uresix®, impugan® )

Indikasi: edema pada jantung, hipertensi

Kontra indikasi: gangguan ginjal dan hati yang berat.

Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi, infus

Dosis: oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi, dewasa dosis awal 20-
50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan
keadaan pasien

Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit

Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui;


gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; perbesaran prostat; porfiria

c.Diuretik hemat kalium

1. Amilorid HCL ( Amiloride®, puritrid®, lorinid® )

Indikasi: edema, hipertensi, konservasi kalium dengan kalium dan tiazid

Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia.

Bentuk sediaan obat: tablet

Dosis: dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali sehari maksimal 20 mg sehari.
Kombinasi dengan diuretik lain 5-10 mg sehari
Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit,
bingung, hiponatremia.

Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui;


gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; usia lanjut.

2. Spironolakton ( Spirolactone®, Letonal®, Sotacor®, Carpiaton® )

Indikasi: edema, hipertensi

Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia, hipernatremia, kehamilan dan menyusui,


penyakit adison.

Bentuk sediaan obat: tablet

Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg; anak, dosis awal 3 mg/kg dalam
dosis terbagi.

Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi s

eperti ruam kulit, sakit kepala, bingung, hiponatremia, hiperkalemia, hepatotoksisita, impotensi.

Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui;


gangguan hati dan ginjal; usia lanjut.

Anda mungkin juga menyukai