1. DIURETIK OSMOTIK
Diuretik osmotik mengacu pada zat non elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal serta menarik air. Ada empat syarat suatu zat dikatakan diuretik
osmotik, yaitu:
- Difiltrasi secara bebas oleh glomerulus
- Tidak/sedikit direabsorpsi oleh tubulus
- Bersifat inert (sukat bereaksi)
- Tidak dimetabolisme
Contohnya adalah mannitol (paling umum), urea, gliserin, dan isosorbid.
Cara kerja obat diuretik osmotik adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik
dalam lumen tubular. Peningkatan tekanan osmotik ini menyebabkan ekskresi air dan
elektrolit meningkat. Elektrolit tersebut yaitu Na, K, Ca, Mg, HCO3 dan fosfat.
Pemberian manitol dan urea adalah secara intravena, sedangkan gliserin dan
isosorbid dapat diberikan per oral. Gliserin paling banyak dimetabolisme yaitu sebesar
80% dan manitol 20%. Urea dan isosorbid tidak dimetabolisme. Semua obat ini diekresi
melalui ginjal.
Indikasi pemberian:
glaukoma dan edema otak
Sindroma disekuilibrium
profilaksis pada penyakit nekrosis tubular akut (ATN) akibat bedah, trauma atau
pemberian media kontras pada pemeriksaan radiologi ginjal.
Efek samping:
Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena peningkatan volume
plasma pada awal pemberian
hiponatremia dan hipovolemia
reaksi hipersensitivitas
Trombosis vena, hiperglikemia dan glikosuria (pemberian gliserin)
Kontraindikasi (keadaan dimana obat ini tidak boleh diberikan):
gagal ginjal dengan anuria
edema paru dan dehidrasi
perdarahan intrakranial karena obat ini menarik air dari cairan otak
Karbonik anhidrase adalah enzim yang bekerja pada reaksi CO2 + H2O menjadi
H2CO3 dan sebaliknya. IKA bekerja pada beberapa tempat. Di ginjal, IKA menghambat
reabsorpsi bikarbonat (HCO3-) dan mengurangi pertukaran Na-H sehingga NaHCO3
dieksresi bersama air. Inilah efek diuretiknya.
Pada mata, menghambat pembentukan aqueus humor (cairan mata), mengurangi
tekanan intra okuler (terapi pada glaukoma). Pada CNS, IKA memiliki efek
antikonvulsan (anti kejang).
Yang termasuk IKA adalah asetazolamid, diklorfenamid dan metazolamid.
Di dalam sel tubuli ginjal, IKA menghambat perubahan CO2 + H2O menjadi
H2CO3 sehingga pembentukan H+ dan HCO3- di tubuli juga berkurang. Jumlah H+
untuk diekskresi dan ditukar dengan Na akan berkurang sehingga ekskresi Na+ akan
meningkat (untuk mereabsorpsi Na, maka H+ harus dieksresi). Pada akhirnya, akan
terjadi peningkatan ekskresi air. HCO3- juga akan diekskresi sehingga darah cenderung
menjadi asam (asidosis) sementara urin menjadi alkalis. Ekskresi kalium juga akhirnya
meningkat.
Efek samping
Asidosis metabolik akibat peningkatan ekskresi HCO3-
batu ginjal (batu fosfat dan kalsium)
peningkatan sekresi NaHCO3 meningkatkan eksresi K
parestesia, disorientasi
Obat ini tidak boleh diberikan pada penderita sirosis hati karena dapat menghambat
konversi NH3 menjadi NH4+, akibatnya NH3 menumpuk di darah (hiperammominemia).
Inilah yang menyebabkan disorientasi karena amonia merupakan toksik pada CNS.
Indikasi :
gagal jantung kongestif
edema paru akut
edema akibat gagal ginjal
sindroma nefrotik atau asites
hiperkalsemia
hipertensi
dapat memicu diuresis (berkemih) untuk mengeluarkan racun. Tentu saja racun yang
eksresinya melalui ginjal.
II. HIPERTENSI
Penyakit hipertensi atau yang sering disebut dengan darah tinggi adalah penyakit yang
banyak dialami oleh sebagian orang terutama pada orang-orang yang lansia atau lanjut usia.
Penyakit ini menimbulkan gejala hipertensi yang sering dialami oleh penderitanya.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
b. Hipertensi Sekunder
B. ETIOLOGI
Faktor keturunan. Dari data statistik diperoleh data seseorang memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya merupakan penderita
hipertensi;
Ciri perseorangan. Ciri perseorangan yang memengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (laki-laki
lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih);
Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau obesitas
yang diakibatkan dari makan yang berlebih, stres, serta pegaruh lain seperti merokok,
minum alkohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednisone dan epineprin).
Sedangkan etiologi hipertensi sekunder disebabkan antara lain karena:
Penyakit ginjal seperti stenosis arteri renalis yang disebabkan oleh penyempitan arteri
renalis, pielonefritis yang disebabkan karena infeksi bakteri pada salah satu atau
kedua ginjal, glomerulonefritis yang disebabkan adanya kelainan pada glomerulus
ginjal, tumor-tumor ginjal yang akan merusak sel-sel di sekitarnya sehingga
mengganggu kerja ginjal. Selain itu ialah penyakit ginjal polikista yang merupakan
penyakit keturunan pada kedua ginjalnya banyak ditemukan kista, trauma pada ginjal
yang merupakan kecederaan pada sistem urinearia, dan terapi penyinaran yang
mengenai ginjal.
Kelainan hormonal seperti hiperaldosteronisme (kelebihan hormon aldosteron),
sindroma cushing (penyakit akibat kelebihan hormon kortisol), dan feokromositoma
(tumor yang berasal dari sel-sel kromafin kelenjar adrenal).
Obat-obatan Seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin, eritropoetin, kokain, alkohol,
dan penyebab lainnya.
C. PATOFISIOLOGI
Biasanya orang yang menderita hipertensi akan mengalami sakit kepala, pusing
yang sering dirasakan akibat tekanan darahnya naik melebihi batas normal.
Wajah akan menjadi kemerahan.
Pada sebagian orang akan mengalami detak jantung yang berdebar-debar.
Orang yang mengalami darah tinggi akan mengalami gejala hipertensi seperti
pandangan mata menjadi kabur atau menjadi tidak jelas.
Sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi.
Sering mudah kelelahan saat melakukan berbagai aktivitas.
Sering terjadi pendarah di hidung atau mimisan.
Gejala hipertensi yang parah bisa menyebabkan seseorang mengalami vertigo.
Orang yang mempunyai darah tinggi biasanya akan sensitif dan mudah marah
terhadap hal-hal yang tidak dia sukai.
D. Penatalaksanaan
1. Diet
tekanan darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dan
2. Aktivitas.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam
E. Obat-obat
a.Golongan Tiazid
1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide® )
Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis
pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari
Efek samping:hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi
(reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia,
hiperkalsemia, alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan
peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas, ganggan
darah (termasuk neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan
akhir); pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.
Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg selang sehari, kurangi untuk
pemeliharaan jika mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg pada pagi
hari
3. hidroklorotiazid
Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin; untuk pasien
dengan edema yang berat dosis awalnya 75 mg sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari; jika
perlu ditingkatkan sampai 25 mg pada pagi hari
Bentuk sediaan obat: tablet
b. Diuretik kuat
Dosis: oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi, dewasa dosis awal 20-
50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan
keadaan pasien
Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit
Dosis: dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali sehari maksimal 20 mg sehari.
Kombinasi dengan diuretik lain 5-10 mg sehari
Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit,
bingung, hiponatremia.
Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg; anak, dosis awal 3 mg/kg dalam
dosis terbagi.
eperti ruam kulit, sakit kepala, bingung, hiponatremia, hiperkalemia, hepatotoksisita, impotensi.