Anda di halaman 1dari 19

FARMAKOLOGI

“DIURETIK”
* PENGERTIAN
Diuretik adalah zat-zat yang dapat memperbanyak
pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung
terhadap ginjal.

Obat-obat lainnya menstimulasi diuresis dengan


mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak
termasuk dalam definisi ini, misalnya zat-zat yang
memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin),
memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi
sekresi hormon anti diuretik ADH (air, alkohol
Fungsi utama zat - zat diuretik adalah untuk memobilisasi
cairan udema, yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa agar volume cairan ekstraseluler
menjadi normal. Salah satu cara menyeimbangkan cairan
pada keadaan udema adalah dengan ekskresi cairan
melalui urin, jika jumlah cairan yang dikeluarkan
meningkat maka ekskresi garam juga meningkat.
  Mekanisme kerja diuretik
Kebanyakan diuretik bekerja dengan mengurangi reabsorbsi
ion - ion Na+, sehingga pengeluarannya bersama air
diperbanyak. Obat - obat diuretik bekerja khusus terhadap
tubulus ginjal di tempat yang berlainan. 

 Pada tubulus proksimal , Disini 70% ultra filtrat seperti


glukosa, ureum, ion Na+ dan Cl- diserap kembali, Filtrat
tidak berubah dan tetap isotonik terhadap plasma . Diuretik
osmotik seperti manitol, sorbitol, dan gliserol juga bekerja
disini dengan mengurangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl-.
 Pada lengkung Henle, disini 20% ion Cl- diangkut secara aktif
kedalam sel tubulus dan disusul dengan pengangkutan Na+
secara pasif, tetapi tanpa air sehingga filtrat menjadi hipotonik
terhadap plasma. Diuretik yang bekerja di lengkung Henle
biasanya adalah diuretik dengan kerja kuat seperti Furosemid,
asam etakrinat dengan merintangi transport Cl- . 

 Pada tubulus distal bagian depan ujung lengkung Henle dalam


cortex, disini ion Na+ diserap kembali secara aktiv tanpa
penarikan air, sehingga filtrat menjadi lebih cair dan
hipotonik.Zat - zat seperti thiazid, clortalidon, mefrusid bekerja
disini dengan merintangi reabsorbsi ion Na+ dan Cl- .
 Pada tubulus distal bagian belakang, disini ino Na+ diserap kembali secara
aktiv, dan terjadi pertukaran dengan ion K+, H+, NH4+ . proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal, aldosteron. Zat- zat penghemat
kalium seperti Spironolacton, dan triamteren bekerja disini dengan
mengurangi pertukaran ion K+ dengan ion Na+, yang berakibat retensi
kalium (antagonis aldosteron), Reabsorbsi air terutama terjadi di  ductus
colligens, dan disini juga tempat bekerjanya hormon anti diuretik
vasopresin. 
GOLONGAN DIURETIK
Pada umumnya diuretika dibagi menjadi  5 golongan, yaitu:
1. Diuretik osmotik
 Tubuli proksimal

Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
 Ansa enle

Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
 Duktus Koligentes

Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran
filtrat yang tinggi, atau adanya faktor lain. Istilah diuretik osmotik biasanya
dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh
ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan
isisorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli
proksimal sehingga di samping karbonat , juga Na dan K di
ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat
diuretiknya hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi
tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang seling
(intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan
cara menghambat reabsorpsi bikarbonat. Yang termasuk
golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan
meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal
dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida. Efeknya
lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam)
dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi
dan kelemahan jantung (dekompensatio cardis). Obat-obat ini
memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal
dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah)
tidak bertambah.Obat-obat diuretik yang termsuk golongan ini
adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,
bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid,
metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah

korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan

antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan

amilorida).efek obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi

dengan diuretika lainnya guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi

reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh

obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam keadaan normal hanyalah lemah efek

ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan diuretika lengkungan dan

thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama dari penghemat

kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula.


5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada
bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport
elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini berkhasiat
kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan
pada keadaan akut, misalnya pada udema otak dan paru-paru.
Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila dosis
dinaikkan. Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat,
furosemid dan bumetamid.
PENGGUNAAN KLINIK DIURETIK
Diuretika digunakan pada semua keadaan di mana dikehendaki peningkatan pengeluaran air, khususnya pada

hipertensi dan gagal jantung.

Hipertensi

Diuretik golongan Tiazid, merupakan pilihan utama step 1, pada sebagian besar penderita. Diuretik kuat

(biasanya furosemid), digunakan bila terdapat gangguan fungsi ginjal atau bila diperlukan efek diuretik yang

segera. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid atau diuretik kuat, bila ada bahaya hipokalemia.

Payah jantung kronik kongestif

Diuretik golongan tiazid, digunakann bila fungsi ginjal normal. Diuretik kuat biasanya furosemid, terutama

bermanfaat pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Diuretik hemat kalium, digunakan bersama tiazid

atau diuretik kuat bila ada bahaya hipokalemia.

Udem paru akut

Biasanya menggunakan diuretik kuat (furosemid) dll


INTERAKSI DIURETIK
 Penghambat ACE, dapat menimbulkan hipotensi yang hebat,
maka sebaiknya baru diberikan setelah penggunaan diuretikum
dihentikan selama 3 hari.
 Obat-obat Rema (NSAID’s), dapat agak memperlemah efek
diuresis dan antihipertensi akibat sifat retensi natrium dan
airnya.
 Kortikosteroida, dapat memperkuat kehilangan kalium.

 Aminoglikosida, ototoksitas diperkuat berhubung diuretika


sendiri dapat menyebabkan ketulian (reversibel).
 Antidiabetika Oral, dikurangi efeknya bila terjadi
hiperglikemia.
 Litiumklorida, dinaikkan kadar darahnya akibat terhambatnya
ekskresi.
EFEK SAMPING DIURETIK
1. Hipokalemia
Kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretik dengan titik
kerja dibagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion
K dan H karena ditukarkan dengan ion Na. akibatnya adalah
kandungan kalium plasma darah menurun dibawah 3,5
mmol/liter. Keadaan ini terutama dapat terjadi pada
penanganan gagal jantung dengan dosis tinggi furosemida,
mungkin bersama thiazida. Gejala kekurangan kalium ini
bergejala kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi,
anoreksia, kadang-kadang juga aritmia jantung tetapi gejala
ini tidak selalu menjadi nyata.
2. Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua
diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini
diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan
asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama
klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam
urat dan serangan encok pada pasien yang peka.
3. Hiperurikemia
Akibat retensi asam urat (uric acid) dapat terjadi pada semua
diuretika, kecuali amilorida. Menurut perkiraan, hal ini
diebabkan oleh adanya persaingan antara diuretikum dengan
asam urat mengenai transpornya di tubuli. Terutama
klortalidon memberikan resiko lebih tibggi untuk retensi asam
urat dan serangan encok pada pasien yang peka.

4. Hiperglikemia
Dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi,
akibat dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi
insulin ditekan. Terutama thiazida terkenal menyebabkan efek
ini, efek antidiabetika oral diperlemah olehnya. dll
KEHAMILAN DAN LAKTASI

Thiazida dan diuretika lengkungan dapat mengakibatkan


gangguan elektrolit pada janin, juga dilaporkan kelainan
darah pada neonati. Wanita hamil hanya dapat
menggunakan diuretika pada fase terakhir kehamilannya
atas indikasi ketat dan dengan dosis yang serendah-
rendahnya. Penggunaan spironolakton dan amilorida
oleh wanita hamil dianggap aman di beberapa negara,
antara lain Swedia. Furosemida, HCT, dan Spironolakton
mencapai susu ibu dan menghambat laktasi.
KEPUSTAKAAN
Tjay, Tan Hoan, dkk. 2010. Obat-Obat Penting. Jakarta:
Elex Media Komputindo.

Tim Penyusun, 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FK


UI
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai