Anda di halaman 1dari 20

FILARIASIS

Filariasis adalah suatu infeksi sistemik yang disebabkan


oleh cacing filaria yang cacing dewasanya hidup dalam
saluran limfe dan kelenjar limfe manusia dan ditularkan
oleh serangga secara bilogik. Penyakit ini bersifat menahun
(kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan akan
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,
lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki.

Filariasis disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu


Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori.
WHO:120 juta penduduk dunia (80negara)
terinfeksi
– 44 juta memperlihatkan gejala klinis
– 76 juta memperlihatkan infeksi subklinis
Filariasis limfatik tidak mematikan
– dampak ekonomi yang serius
–turunnya produksivitas kerja dan cacat menahun
– sumber daya manusia menurun
– merugikan pembangunan negara dan bangsa
Cacing filaria merupakan nematoda yang hidup di
dalam jaringan subkutan dan sistem limfatik. Parasit
filaria ditularkan melalui spesies nyamuk khusus atau
artropoda lainnya, memiliki stadium larva serta siklus
hidup yang kompleks. Anak dari cacing dewasa berupa
mikrofilaria bersarung, terdapat didalam darah dan
paling sering ditemukan di aliran darah tepi.
Mikrofilaria ini muncul di peredaran darah enam
bulan sampai satu tahun kemudian dan dapat
bertahan hidup hingga 5 – 10 tahun.cacing dewasa atau
makrofilaria , berbentuk silindris, halus seperti
benang, putih dan hidup di dalam sisitem limfe.
Penyakit filariasis penyebarannya diseluruh Indonesia
baik di pedesaan maupun diperkotaan terutama
ditemukan di daerah khatulistiwa dan meruapkan
masalah di daerah dataran rendah. Tetapi kadang-
kadang juga ditemulan didaerah bukit yang tidak
terlalu tinggi. di Indonesia filariasis tersebar luas;
daerah endemik terdapat di banyak pulau di seluruh
nusantara, seperti Sumatra dan sekitarnya, jawa,
Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku dan irian jaya.
Untuk dapat memehami epidemiologi filariasis, kita
perlu memperhatikan faktor-faktor seperti hospes,
hospes reservoar, vektor dan keadaan lingkungan.
Perubahan patologi yang utama terjadi akibat kerusakan
inflamatorik pada sistem limfatik yang disebabkan oleh
cacing dewasa, bukan microfilaria. Cacing dewasa ini hidup
dalam saluran limfatik aferen atau sinus-sinus limfe
sehingga menyebabkan dilatasi limfe. Dilatasi ini
menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh darah, terjadi infiltrasi sel
plasma, eosinofil, dan makrofag di dalam dan sekitar
pembuluh darah yang terinfeksi dan bersama dengan
proliferasi endotel serta jaringan ikat, menyebabkan
saluran limfatik berkelok-kelok serta katup limfatik
menjadi rusak. Limfidema dan perubahan statis yang
kronik terjadi pada kulit di atasnya.
Gejala Klinis Akut 
• Gejala lokal : Limfangitis, Limfadenitis,
Adenolimfangitis/
ADL,abses, dapat pecah dan sembuh dengan parut.
• Gejala umum : demam, sakit kepala, rasa
lemah(banyak
terlihat infeksi dengan B.malayi  dan B. timori).
Pada
infeksi Wuchereria àditemukan demam bila terjadi
orkitis,epididimitis,funikulitis & orkalgia.
Gejala Klinis Kronis
a) Limfedema      
Infeksi Wuchereria mengenai seluruh kaki/lengan,
skrotum, penis, Vulva vagina  & payudara, Infeksi Brugia
dapat mengenai kaki / lengan di bawah lutut / siku 
Lutut siku masih  normal.                                                      
      
b) Hidrokel
Pelebaran kantung buah zakar yang berisi cairan limfe. 
dapat sbg indicator endemisitas filariasis bancrofti.

c) Kiluria
Kencing seperti susukebocoran sal limfe di pelvik ginjal ,
jarang ditemukan.
Pemeriksaan klinis
– berdasarkan pemeriksaan fisik penderita:
• limfadenitis, limfangitis, abses /scar,kiluria,
hidrokel, limfedema.
– Kerugian: tidak sensitif dan tidak spesifik untuk infeksi
infektif.
Diagnosis parasitologi
- Deteksi parasit : menemukan microfilaria di dalam
darah, cairan hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan
sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott, membrane
filtrasi san tes provokatif DEC.
- Diferensiasi spesies dan stadium filaria : menggunakan
pelacak DNA yang spesies spesifik dan antibody
monoclonal.
Radiodiagnosis
o Pemeriksaan dengan ultrasonografi (USG) pada
skrotum dan kelenjar getah bening inguinal.
o Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan
dekstran atau albumin yang ditandai dengan adanya
zat radioaktif.
Diagnosis Imunologi
dengan teknik ELISA (Enzyme-linked immunosorbent
assay) dan ICT (Immuno Chromatographic Test),
menggunakan antibodi monoclonal yang spesifik.
 
Seorang laki-laki di daerah NTB didiagnosis terserang
penyakit filariasis dengan gejala klinik demam berulang
disertai limfangitis pada tungkai disertai dengan mual dan
muntah. Dari pemeriksaan mikrofilaria darah positif
mikrofilaria. Oleh dokter bapak tersebut mendapat obat
Karbamazin dan albendazol. Bagaimana pendapat anda
pengobatan yang diberikan dokter tersebut. Berapa dosis
dan apa efek samping obat yang tepat. Bagaimana
mekanisme kerja obat tersebut?
Gejala klinis
gejala klinis yang terjadi pada pasien adalah
- demam berulang
- limfangitis pada tungkai
- mual dan muntah
Diagnosa
-penyakit filaria
-dari pemeriksaan mikrofilaria darah positif
mikrofilaria
Sesuai dengan gejala yang dialami pasien dan
berdasarkan hasil tes mikrofilaria darah dapat
disimpulkan bahwa pasien positif terkena penyakit
filariasis dimana di daerah NTB tersebut juga
merupakan daerah endemi.
Oleh dokter bapak tersebut mendapat obat
Karbamazin dan albendazol.
Dokter memberikan resep kombinasi karbamazin
(DEC) dan albendazol. Hal ini sudah tepat karena
pasien tinggal di daerah endemi sehingga ia lebih
membutuhkan dosis yang tinggi untuk
kesembuhannya. Selain itu efek samping DEC lebih
tinggi dibanding albendazol, sehingga dengan
kombinasi ini albendazol akan meningkatkan efek
filarisida dari DEC dan dosis DEC dapat
dikurangi/diturunkan.
Demam : Paracetamol
Mual dan muntah : Dimenhidrinat / domperidone
Filariasis (limfangitis) oleh mikrofilaria : Carbamazin
(DEC) dan albendazol.
Obat utama yang digunakan adalah dietilkarbamazin sitrat
(DEC). Untuk filaria bankrofti, dosis yang dianjurkan
adalah 6mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan
untuk filaria brugia, dosis yang dianjurkan 5mg/kg berat
badan/hari selama 10 hari. Pengobatan kombinasi dapat
juga dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol 400mg,
diberikan setiap tahun selama 5 tahun Setelah gejala akut
teratasi, penderita tsb  diberikan DEC standar dosis, dengan
DEC 3×1 tablet 100mg selama 10 hari dan  parasetamol 3×1
tablet 500mg dalam 3 hari pertama untuk orang
dewasa Bila penderita berada di daerah endemis, pada
tahun berikutnya diikutsertakan dalam pengobatan massal 
( DEC 6 mg / kg bb dan Albendazole 400 mg sekali setahun
selama minimal 5 th)
Efek samping dari DEC ini adalah demam,
menggigil, artralgia, sakit kepala, mual hingga
muntah.
Efek samping dari albendazol berupa mulut kering,
perasaan tak enak di epigastrium, mulai lemah dan
diare.
Cara kerja DEC (Dietilen Carbamazin) adalah
melumpuhkan otot mikrofilaria sehingga mikrofilaria
tidak dapat bertahan di tempat hidupnya dan
mengubah komposisi dinding mikrofilaria (membrane
cacing) menjadi lebih mudah dihancurkan oleh sistem
pertahanan tubuh hospes. DEC juga dapat
menyebabkan matinya sebagian cacing dewasa.
Protein dari filarial yang mati dapat menyebabkan
reaksi alergi misalnya urticaria hebat, dermatitis dan
demam yang bisa hilang setelah 3-7 hari. Untuk itu
bisa juga digunakan obat antihistamin.
Albendazole telah terbukti mempunyai aktivitas
larvasidal dan ovisidal. Obat ini secara selektif bekerja
menghambat pengambilan glukosa oleh usus cacing
dan jaringan dimana larva bertempat tinggal.
Akibatnya terjadi pengosongan cadangan glikogen
dalam tubuh parasit yang mana akan mengakibatkan
berkurangnya pembentukan adenosin tri phospat
(ATP).ATP ini penting untuk reproduksi dan
mempertahankan hidupnya, dan kemudian parasit
akan mati.

Anda mungkin juga menyukai