Anda di halaman 1dari 14

1.

Alur diagnosis komunitas pada filariasisi


Penderita tinggal di
daerah endemis
Filariasis

Pemeriksaan klinis
(apakah terdapat
gejala dan tnd2
filariasis).

YA TIDAK

Pemeriksaan mikroskopis
darah ujung jari pd
malam hari

Positif terdapat Negatif


mikrofilaria

Edukasi &
Tatalaksana Pencegahan

DEC 5mg/kgBB/hari 1. Gunakan kelambu


2. Penggunaan
insektisida
(fogging)
3. Lakukan 3M
4. Berikan profilaksis
dengan DEC
6mg/kgBB dan
albendazol 400mg
setiap tahun
selama 5 tahun
2. DEC dan albendazole diberikan dalam lingkup apa?
Kabupaten / Kota

3. Table DEC utuk pencegahan

4. Jelaskan kenapa harus DEC dan albendazole untuk penatalaksanaan filariasi


dan jelaskan farmakodinamik dan farmakokinetic nya?

DEC
a. Interaksi obat
Antihistamin, kortikosteroid, diuretika bisa menahan kehebatan efek samping
Dietilkarbamazin sitrat.

b. Efek samping
Demam, kedinginana/menggigil, sakit kepala, mual, muntah, pusing, ngantuk,
rasa tidak enak badan yang tidak jelas, nyeri otot, ruam kulit, biduran/kalogata
yang menyeluruh, ekserbasi (kumatnya penyakit atau gejala penyakit)
limfangitis yang masih ada, limfadenitis, edema limfatik dan bentuk abses.

c. Dosis
Filariasis bankroftian : 6 mg/ kg berat badan/hari yang dibagi menjadi 3
kali pemberian dalam sehari selama 10-14 hari.
Filariasis Malayan : 4 mg/kg berat badan/ hari yang dibagi menjadi 3 kali
pemberian dalam sehari.

Albendazole
a. Kontraindikasi
Albendazol menunjukkan sifat teratogenik embriotoksis pada percobaan
dengan hewan. Karena itu obat ini tidak boleh diberikan pada wanita yang
sedang mengandung. Pada wanita dengan usia kehamilan masih dapat terjadi
(15 40 tahun), albendazol dapat diberikan hanya dalam waktu 7 hari dihitung
mulai dari hari pertama haid. Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan
gangguan fungsi ginjal dan hati. Jangan diberikan pada ibu menyusui.
Sebaiknya tidak diberikan pada anak-anak di bawah umur 2 tahun.
b. Dosis
Dosis umum untuk dewasa dan anak di atas 2 tahun : 400 mg sehari, diberikan
sekaligus sebagai dosis tunggal.

c. Efek Samping
Perasaan kurang nyaman pada saluran pencernaan dan sakit kepala pernah
terjadi pada sejumlah kecil penderita, tetapi tidak dapat dibuktikan bahwa efek
samping ini ada hubungannya dengan pengobatan. Juga dapat terjadi gatal-
gatal dan mulut kering.

d. Interaksi obat
Dexamethosane dapat meningkatkan kadar albendazole dalam darah,
prazikuantel dapat meningkatkan kadar albendazole dalam darah.

5. Kenapa irreversible ?
Ketika terjadi progress kerusakan pembuluh limfatik, keadaan cairan limfatik
yang stasis cenderung terjadi pada pembuluh yang melebar karena ketidakmampuan
katup satu arah pembuluh limfatik. Kerusakan ini diperburuk dengan infeksi bakteri
pada tungkai, terlalu lama berdiri atau tekanan yang berat (Shenoy, 2008, Clinical and
Pathological Aspects of Filarial Lymphedema and Its Management). Hal ini akan
menyebabkan konsistensi jaringan berubah karena adanya proses fibrosis yang akan
menyebabkan penebalan jaringan dan memperbesar ukuran tungkai (Lymphnet.org :
National Lymphedema Network).

Grade Lymphedema pada Filariasis menurut Kumaraswami (dalam Shenoy, 2008)


Grade 1 Pitting edema, reversible ketika tungkai diangkat
Grade 2 Pitting atau non-pitting edema, yang tidak reversible ketika tungkai
diangkat dan belum ada perubahan kulit.
Grade 3 Non-pitting edema yang irreversible dengan penebalan kulit.
Grade 4 Non-pitting edema yang irreversible dengan penebalan kulit bersama
dengan adanya nodul-nodul.
Tabel Stages Lymphedema
Stages Manifestasi Gambar
1 Pembengkakan hilang dalam semalam
Hilang dengan elevasi tungkai (gravitasi)
2 Pembengkakan tidak hilang dalam semalam
Katup pembuluh limfatik sudah tidak bisa
menjalankan fungsi

3 Pembengkakan tidak hilang dalam semalam


Terdapat lipatan kulit dangkal

4 Pembengkakan tidak hilang dalam semalam


Pembengkakan

5 Pembengkakan tidak hilang dalam semalam


Lipatan kulit dalam
6 Pembengkakan tidak hilang dalam semalam
Mossy foot : Nodul-nodul bundar ataupun
memanjang pada permukaan kaki khususnya
jari-jari kaki

7 Pembengkakan tidak hilang dalam semalam


Pasien tidak dapat melakukan kegiatan
sehari-hari secara adekuat dan mandiri
seperti berjalan, mandi, masak, dan lain-lain.
Pasien membutuhkan pertolongan medis

Sumber : Lymphoedema Staff Manual Treatment and Prevention of Problems


Associated with Lymphatic Filariasis WHO 2001

6. Apakah pembedahan untuk filariasis di Indonesia dilakukan?


Baru baru ini terdapat berita bahwa Tim Bedah RS Siloam Asri Duren Tiga
Jakarta Selatan berhasil menyembuhkan kaki gajah, dan salah satu pasien bernama
hermanus berprofesi guru dipapua berhasil ditangani.

7. Beberapa lama perjalanan dari prodromal sampai ke kronik?


Masa prepaten, yaitu masa antara masuknya larva infektif hingga terjadinya
mikrofilaremia berkisar antara 37 bulan. Hanya sebagian saja dari penduduk di
daerah endemik yang menjadi mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik
ini pun tidak semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa
kelompok ini termasuk kelompok yang asimptomatik amikrofilaremik dan
asimptomatik mikrofilaremik.
Masa inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai terjadinya gejala
klinis berkisar antara 8 16 bulan.
Gejala klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis disertai panas dan
malaise. Kelenjar yang terkena biasanya unilateral. Penderita dengan gejala klinis
akut dapat amikrofilaremik maupun mikrofilaremik.
Gejala menahun, terjadi 10 15 tahun setelah serangan akut pertama. Mikrofilaria
jarang ditemukan pada stadium ini, sedangkan adenolimfangitis masih dapat
terjadi. Gejala menahun ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu
aktivitas penderita serta membebani keluarganya

8. Kejadian ikutan paska pengobatan masal filariasis!


Kejadian ikutan pasca POMP filariasis
1. Kejadian ikutan terhadap hasil pengobatan (matinya mikrofilaria)
a. Gejala umum
a) Terjadi pada 3 hari pertama.
b) Respon imun, matinya mirofilaria.
c) Sakit kepala, pusing, demam, mual, muntah, nafsu
makan menurun, nyeri otot, nyeri sendi, lemas dan keluar
cacing.
b. Gejala local
a) Terjadi setelah 1-3 minggu.
b) Respon imun, matinnya makrofilaria.
c) Limfadenitis, limfangitis, adenlimfangitis, funikulitis,
epididymitis, orkitis, orkalgia, abses, ulkus, limfedema.

2. Kejadian yang tidak diinginkan


a. Ringan
Demam, pusing, sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi, lemas, mual,
muntah, nafsu makan menurun.

b. Sedang
Diare, eritema, urtikaria, limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis,
nodul subkutan, abses, orkitis, orkalgia, epididymitis, funkulitis.

c. Berat
Asma bronkial, angioedema, icterus, kolestasis, serangan epistaksis.

d. Mengancam nyawa
Syok anafilaktif, spasme larings.

Obat untuk efek samping


1. Untuk efek samping umum.
a. Paracetamol = untuk mengatasi demam, sakt kepala, pusing, sakit otot.
b. CTM = ntuk mengatasi alergi dan gatal-gatal.
c. Antasida = untuk mengatasi gejala mual dan muntah.
2. Untuk efek samping local.
a. Salep antibiotic
b. Amoksisilin.

REAKSI PEMBERIAN OBAT POPM FILARIASIS


JENIS
MANIFESTASI
REAKSI
sakit kepala, pusing, demam,
Umum mual, sakit otot, nyeri sendi, lsu,
gatal-gatal nahkan keluar cacing
pada infeksi Wuchereria
bancrofti :
nodul di scrotum, limfadenitis,
Lokal limfangitis, adenolimfangitis,
funikulitis, epididimitis, orkitis,
orkalgia, abses, ulkus,
limfedema
pada infeksi B. malayi dan B.
timori :
limfadenitis, limfangitis,abses,
ulkus, limfedema
*)Buku Pedoman Pengobatan Filariasis
Untuk mengatasi reaksi pengobatan dapat diberikan obat simptomatik sesuai
dengan gejala yang timbul. Hal yang paling penting dalam pengobatan missal adalah
penjelasan dan pemahaman mengenai reaksi pengobatan kepada penduduk agar
mereka tidak merasa takut dan tidak menolak untuk minum obat.
Hal yang paling penting dalam pengobatan massal adalah penjelasan dan
pemahaman mengenai reaksi pengobatan kepada penduduk agar tidak merasa takut
dan tidak menolak untuk minum obat pada tahap selanjutnya.
Apabila terjadi reaksi pengobatan harus dilaporkan dan dilakukan penanganan
sesuai dengan gejala yang muncul. Penanganan dapat dilakukan di Pos Minum Obata
tau harus dirujuk ke Rumah sakit, tergantung dari gejala yang timbul dan berat
ringannya gejala yang ada.

Sumber = 1. pedoman filariasis kemenkes.


2. artikel kaki gajah.

9. Obat anti cacing


Anti Cacing (anthelmintika)
Anthelmetika atau obat-obat anti cacing adalah obat-obat yang dapat
memusnahkan cacing parasit yang ada dalam tubuh manusia dan hewan.
Infeksi oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar
di dunia, di Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini
diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi
cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara masal
dengan pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-
momen tertentu.
Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada juga
yang melalui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah,
terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi syarat-syarat hygiene.
Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata. Umumnya merupakan gangguan
lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu makanan pucat (anemia)
dan lain lain.
Pencegahannya sebenarnya mudah sekali yaitu :
Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan
Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan dll)
Mencuci tangan sebelum makanan.

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping


1. Mebendazol
Indikasi Infeksi tunggal maupun campuran yang disebabkan cacing kremi,
cacing tambang, cacing gelang, cacing cambuk.
Kontra indikasi Kehamilan (efek teratogenik) dan ibu menyusui
Efek samping Kadang-kadang sakit perut, diare, reaksi hipersensitiv
Peringatan Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun, kadang-kadang
cacing askaris akan bermigrasi keluar melalui hidung/ mulut
selama pengobatan terutama pada anak dengan infeksi berat.
Sediaan Mebendazol (generik) tabl. 100 mg
2. Piperazin

Indikasi Cacing kremi dan cacing gelang


Kontra indikasi Gangguan fungsi ginjal, epilepsi,kehamilan
Efek samping Mual, muntah, kolik, diare
Peringatan Tidak dianjurkan dipakai terus menerus pada anak-anak
(nefrotoksik)
Sediaan Piperazin (generik) Sirup 1 gr/ 5 ml,
Tablet 300 mg, 500 mg
Cara Wadah kedap udara, terlindung dari sinar
Penyimpanan

3. Pyrantel pamoat
Indikasi Infeksi tunggal/ campuran cacing gelang, cacing kremi, cacing
tambang. Obat pilihan untuk cacing gelang dan kremi
Kontra indikasi -
Efek samping Sangat jarang (sakit kepala, insomnia, mual, muntah, ruam kulit)
Peringatan Tidak untuk anak di bawah 2 tahun
Sediaan Pyrantel Pamoat (generik)tablet 365 mg Suspensi 115 mg/5 ml
Cara Terlindung dari sinar.
Penyimpanan

4. Dietil karbamazin
Indikasi Filariasis
Kontra indikasi Penyakit hati, ginjal yang berat, kehamilan
Efek samping Menyebabkan kambuhnya malaria, sakit kepala, pusing,
mual,muntah.
Sediaan Dietil karbamazin (generik) tabl. 1000 mg
Cara Wadah kedap udara (hidroskopis)
Penyimpanan

5. Albendazol
Indikasi Terapi tambahan (sesudah operasi) untuk kista hidatid atau obat primer
strongiloides
Kontra indikasi Kehamilan
Efek samping Gangguan saluran cerna, sakit kepala, gangguan darah.
Sediaan Albenazol (generik) tabl. 200 mg

10. Apakah chyluria itu ?


Chyluria adalah cairan limfatik putih berisikan asam lemak (Kilomikron) dari
pembuluh limfatik intestinal pada urin. Chyluria disebabkan oleh rupturnya
pembuluh limfatik yang melebar ke bagian-bagian dari saluran kemih (Muller, 2002,
Worms and Human Disease)
11. Anatomi lmfe
GAMBAR INI MENUNJUKKAN ANATOMI SISTEM LIMFATIK SELURUH
TUBUH
GAMBAR INI MENUNJUKKAN ANATOMI SISTEM LIMFATIK SECARA
MENDETAIL DAN ARAH MASUK DAN KELUAR SISTEM LIMFATIK YANG
BERTEMU LANGSUNG DENGAN PEMBULUH DARAH
GAMBAR INI MENUNJUKKAN SISTEM LIMFATIK INGUINAL (EXTREMITAS
INFERIOR)
GAMBAR INI MENUNJUKKAN SISTEM LIMFATIK SERTA PEMBULUH DARAH
DI DAERAH INGUINAL

12. Apakah tropical eosinophilia?


Definisi = sindrom (kumpulan gejala) mengi, demam dan eosinofilia yg terlihat
terutama di daerah subkontinen India dan daerah tropis lainnya.
Epidemiologi = daerah endemic filarial. Hal ini paling sering ditemukan di
daerah-daerah di benua India, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Afrika
Etiologi = Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi (established)
Gejala klinis = demam, fatigue, malaise, batuk, sesak napas, mengi dan nyeri
dada, hepatomegaly, splenomegaly
Pathogenesis =
Mature gravid human filarial parasites, living in the lymphatics periodically
release microfilariae which are trapped within the pulmonary microcirculation. As
a result, microfilaraemia is rarely observed in TPE7. The degenerating
microfilariae release their antigenic constituents which triggers an immune
response41. The presence of cough, breathlessness, wheezing, peripheral
eosinophilia and pulmonary infiltrates points to a hypersensitivity reaction. There
is a severe eosinophilic inflammation involving the lower airways. The dual role
of the eosinophil i.e. destruction of microfilariae, and lung damage by release of
eosinophilic granule components gives it a central role in the pathogenesis of
TPE. Activated eosinophils release eosinophil degranulation products, eosinophil
derived neurotoxin (EDN), eosinophilic cationic protein (ECP) and major basic
proteins (MBP)42. EDN has been found to be increased in bronchoalveolar lavage
(BAL) of patients with TPE compared to controls43. Major basic protein-2 (MBP-
2) has been postulated to be a useful biomarker for eosinophilic diseases such as
TPE44. MBP has been reported to be associated with airway hyper-reactivity
which is one of the presenting symptoms of TPE 45. In a study by Pinkston et al42,
BAL from acute untreated TPE revealed a striking eosinophilic alveolitis. When
individuals with acute TPE were treated with DEC, there was a marked decrease
in lung eosinophils and improvement in lung functions. A study by Rom et
al46 also showed that there was a mild persistent inflammation despite a three
week course of DEC leading to chronic dyspnoea due to restrictive lung disease.
The BAL showed a persistent eosinophilic alveolitis and increased amounts of
free radicals and oxidants.

It has been proposed that interleukin (IL)-4 induces while interferon (IFN)-gamma
suppresses filarial-induced airway hyper-reactivity47. The immune response
includes type 1, type III and type IV hypersensitivity reactions7,39,40,48,49.

There is a profound antibody response in the lower airways in patients with TPE.
Nutman et al41 showed strikingly elevated total IgE in the lower respiratory tract
epithelial lining fluid (ELF) along with high levels of filarial-specific IgG, IgM,
and IgE. When these patients were re-evaluated after 6-14 days of therapy with
DEC, there was marked reduction in ELF parasite-specific IgG and IgE, which
corresponded to the clinical response. Immunoblot comparison of the antigen
recognition patterns of ELF and serum antibodies demonstrated a general
similarity in parasite antigens recognized.

The Bm23-25, an IgE inducing antigen of the infective L3 stage larvae of B.


malayi has been detected in patients with TPE50,51. There is molecular mimicry
between this antigen and the human gamma-glutaryl transpeptidase present on the
surface of the pulmonary epithelium52,53. In BAL studies IgE against Bm23-25
has been detected50. This may hence play an important role in the pathogenesis of
TPE.

Untreated or partially treated TPE may progress to interstitial lung disease


(ILD)7,17,39,40,54 with the role of mononuclear cells, macrophages, histiocytes,
platelets and eosinophils in maintaining inflammation and inducing fibrosis under
investigation. Recovery of lymphocytes and macrophages from BAL is more
likely to correlate with impaired lung volumes38. The inflammatory response,
although mostly confined to the lung may affect other organs such as liver, spleen,
lymph nodes. If microfilariae succeed in running the gauntlet of the pulmonary
circulation, they reach the systemic circulation and can set up an eosinophilic
reaction chiefly in the reticuloendothelial system (liver, spleen, lymph nodes) and
rarely in the muscle and the gastrointestinal tract.
Diagnosis = The main radiological features include reticulo-nodular shadows
more in the mid to lower zones and miliary mottling which make differentiation
from miliary tuberculosis often difficult7,57,58. Computerized tomography (CT)
scan often reveals bronchiectasis, air trapping, lymphadenopathy, cavitation,
consolidation or pleural effusions in addition to the miliary mottling and
interstitial shadows5
Talak = farmakologi neoarsphenamine

13. Masa inkubasi


Masa inkubasi pada manusia 3-15 bulan setelah gigitan nyamuk yang menjadi
vector. Manifestasi klinis sebagai infeksi W.bancrofti terbentuk beberapa bulan
hingga beberapa tahun setelah infeksi, tetapi beberapa orang yang hidup di daerah
endemis tetap asimptomatik selama hidupnya. Mereka yang menunjukkan gejala akut
biasanya mengeluh demam, lymphangitis, lymphadenitis, orchitis, sakit pada otot,
anoreksia, dan malaise.
Mulamula cacing dewasa yang hidup dalam pembuluh limfe menyebabkan
pelebaran pembuluh limfe terutama di daerah kelenjar limfe, testes, dan epididimis,
kemudian diikuti dengan penebalan sel endothel dan infiltrasi sehingga terjadi
granuloma. Pada keadaan kronis, terjadi pembesaran kelenjar limfe, hydrocele, dan
elefantiasis. Hanya mereka yang hipersensitif, elefantiasis dapat terjadi. Elefantiasis
kebanyakan terjadi di daerah genital dan tungkai bawah, biasanya disertai infeksi
sekunder dengan fungi dan bakteri. Suatu sindrom yang khas terjadi pada infeksi
dengan Wuchereria bancrofti dinamakan Weingartners syndrome atau Tropical
pulmonary eosinophilia (11). Gejala yang sering dijumpai pada orang yang terinfeksi
B.malayi adalah lymphadenitis dan lymphangitis yang berulangulang disertai
demam (10). Perbedaan utama antara infeksi W.bancrofti dan B.malayi terletak pada
klasifikasi ureter dan ginjal. Klasifikasi ureter dan ginjal tidak ditemukan pada infeksi
B.malayi(10).

Anda mungkin juga menyukai