R
OPRASIO
NAL
PROSED
UR
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/
Langkah- langkah
FILARIASIS
No. Dokumen
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
Halaman
:
:
:
UPTD
KESEHATAN
PUSKESMAS
PEKKAE
Anamnesis
Keluhan
Gejala filariasis bancrofti sangat berbeda dari satu daerah
endemik dengan daerah endemik lainnya. Hal ini mungkin
disebabkan oleh perbedaan intensitas paparan terhadap vektor
infektif didaerah endemik tersebut.
Manifestasi akut, berupa:
a. Demam berulang ulang selama 3-5 hari. Demam dapat hilang
bila istirahat dantimbul lagi setelah bekerja berat.
b. Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka)
didaerah lipatan paha,ketiak(lymphadentitis) yang tampak
kemerahan, panas dan sakit.
c. Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan
sakit menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah
ujung (retrograde lymphangitis).
d. Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan
kelenjar getah bening,dapat pecah dan mengeluarkan nanah
serta darah.
e. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, kantong zakar yang
terlihat agak kemerahan dan terasa panas (Early Imphodema).
Manifestasi kronik, disebabkan oleh berkurangnya fungsi saluran
limfe terjadi beberapa bulan sampai bertahun-tahun dari episode
akut. Gejala kronis filariasis berupa pembesaran yang menetap
(elephantiasis) pada tungkai,lengan, buah dada, buah zakar
(elephantiasis skroti) yang disebabkan oleh adanya cacing
dewasa pada sistem limfatik dan oleh reaksi hiperresponsif
berupa occult filariasis.
Perjalanan penyakit tidak jelas dari satu stadium ke stadium
berikutnya tetapi bila diurut dari masa inkubasi maka dapat
dibagi menjadi:
a. Masa prepaten, yaitu masa antara masuknya larva infektif
hingga terjadinya mikrofilaremia berkisar antara 37 bulan. Hanya
sebagian saja dari penduduk di daerah endemik yang menjadi
mikrofilaremik, dan dari kelompok mikrofilaremik ini pun tidak
semua kemudian menunjukkan gejala klinis. Terlihat bahwa
kelompok ini termasuk kelompok yang asimptomatik
amikrofilaremik dan asimptomatik mikrofilaremik.
b. Masa inkubasi, masa antara masuknya larva infektif sampai
terjadinya gejala klinis berkisar antara 8-16 bulan.
c. Gejala klinik akut merupakan limfadenitis dan limfangitis
disertai panas dan malaise. Kelenjar yang terkena biasanya
unilateral. Penderita dengan gejala klinis akut dapat
amikrofilaremik maupun mikrofilaremik.
d. Gejala menahun, terjadi 10-15 tahun setelah serangan akut
pertama. Mikrofilaria jarang ditemukan pada stadium ini,
sedangkan adenolimfangitis masih dapat terjadi. Gejala menahun
ini menyebabkan terjadinya cacat yang mengganggu aktivitas
penderita serta membebani keluarganya.
STANDA
R
OPRASIO
NAL
PROSED
UR
FILARIASIS
No. Dokumen
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
Halaman
:
:
:
UPTD
KESEHATAN
PUSKESMAS
PEKKAE
STANDA
R
OPRASIO
NAL
PROSED
UR
FILARIASIS
No. Dokumen
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
Halaman
:
:
:
UPTD
KESEHATAN
PUSKESMAS
PEKKAE
STANDA
R
OPRASIO
NAL
PROSED
UR
FILARIASIS
No. Dokumen
No. Revisi
:
Tanggal Terbit
Halaman
:
:
:
UPTD
KESEHATAN
PUSKESMAS
PEKKAE
kronis.
i. Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan untuk mengatasi
efek samping pengobatan. Analgetik dapat diberikan bila
diperlukan.
j. Pengobatan operatif, kadang-kadang hidrokel kronik
memerlukan tindakan operatif, demikian pula pada chyluria yang
tidak membaik dengan terapi konservatif.
Konseling dan Edukasi
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
penyakit filariasis terutama dampak akibat penyakit dan cara
penularannya. Pasien dan keluarga juga harus memahami
pencegahan dan pengendalian penyakit menular ini melalui:
a. Pemberantasan nyamuk dewasa.
b. Pemberantasan jentik nyamuk.
c. Mencegah gigitan nyamuk.
Rencana Tindak Lanjut
Setelah pengobatan, dilakukan kontrol ulang terhadap gejala dan
mikrofilaria, bila masih terdapat gejala dan mikrofilaria pada
pemeriksaan darahnya, pengobatan dapatdiulang 6 bulan
kemudian.
Kriteria Rujukan
Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila
gejala tidak membaik dengan pengobatan konservatif.
Sarana Prasarana
a. Lup.
b. Laboratorium sederhana untuk pemeriksaan mikrofilaria.
Prognosis
Prognosis pada umumnya tidak mengancam jiwa. Quo ad
fungsionam adalah dubia ad bonam, sedangkan quo ad
sanationam adalah malam.
Prognosis penyakit ini tergantung dari:
a. Jumlah cacing dewasa dan mikrofilaria dalam tubuh pasien.
b. Potensi cacing untuk berkembang biak.
c. Kesempatan untuk infeksi ulang.
d. Aktivitas RES.
Pada kasus-kasus dini dan sedang, prognosis baik terutama bila
pasien pindah dari daerah endemik. Pengawasan daerah endemik
tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat, serta
pemberantasan vektornya. Pada kasus-kasus lanjut terutama
dengan edema pada tungkai, prognosis lebih buruk.
6. Unit Terkait