Anda di halaman 1dari 3

FILARIASIS

No. Kode :
Ditetapkan Oleh
Terbitan :
STANDAR No. Revisi :
OPERASIONAL
PROSEDUR Tgl. Mulai Berlaku :
UPT (SOP )
Halaman :
Puskesmas
Sungai Raya
Ka. Pusk. Sungai Raya

dr. LISWATI HARAHAP

1.Pengertian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini
bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,lengan dan alat
kelamin baik perempuan maupun laki-laki.
2.Tujuan Prosedur ini dibuat dimaksudkan untuk dokter dapat melakukan konseling
dan edukasi kepada pasien dan keluarga dan memberikan terapi dengan
baik.
3.Kebijakan Langkah- langkah Penanganan Filariasis wajib sesuai dengan langkah-
langkah SPO ini.
4.Referensi Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014
5.Alat Alat : Tempat tidur, Stetoskop, Arloji, Thermometer, Tensimeter,Tampon
hidung,

6.Prosedur PENATALAKSANAAN
Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki perjalanan
penyakit, antara lain dengan:
a. Memelihara kebersihan kulit.
b. Fisioterapi kadang diperlukan pada penderita limfedema kronis.
c. Obatantifilaria adalahDiethyl carbamazine citrate (DEC) dan
Ivermektin.
d. DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa, Ivermektin
merupakan antimikrofilaria yang kuat, tetapi tidak memiliki efek
makrofilarisida.
e. Dosis DEC 6 mg/kgBB, 3 dosis/hari setelah makan, selama 12 hari,
pada TropicalPulmonary Eosinophylia (TPE) pengobatan diberikan
selama tiga minggu.
f. Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC atau reaksi
terhadap cacing dewasa yang mati. Reaksi tubuh terhadap protein
yang dilepaskan pada saat cacingdewasa mati dapat terjadi
beberapa jam setelah pengobatan, didapat 2 bentuk yang mungkin
terjadi yaitu reaksi sistemik dan reaksi lokal:
1. Reaksi sistemik berupa demam,sakit kepala, nyeri badan,
pusing, anoreksia, malaise dan muntah-muntah. Reaksi
sistemik cenderung berhubungan dengan intensitas infeksi.
2. Reaksi lokal berbentuk limfadenitis,abses,dan transien
limfedema. Reaksi lokal terjadi lebih lambat namun
berlangsung lebih lama dari reaksi sistemik.
3. Efek samping DEC lebih berat pada penderita onchorcerciasis,
sehingga obat tersebut tidak diberikan dalam program
pengobatan masal didaerah endemis filariasis dengan ko-
endemis Onchorcercia valvulus.
g. Ivermektin diberikan dosis tunggal 150 ug/kg BB efektif terhadap
penurunan derajat mikrofilaria W.bancrofti, namun pada filariasis
oleh Brugia spp. penurunan tersebut bersifat gradual. Efek samping
ivermektin sama dengan DEC, kontraindikasi ivermektinyaitu wanita
hamil dan anakkurang dari 5 tahun. Karena tidak memiliki efek
terhadap cacing dewasa, ivermektin harus diberikan setiap 6 bulan
atau 12 bulan untuk menjaga agar derajat mikrofilaremia tetap
rendah.
h. Pemberian antibiotik dan/atau antijamur akan mengurangi serangan
berulang, sehingga mencegah terjadinya limfedema kronis.
i. Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan untuk mengatasi efek
samping pengobatan. Analgetik dapat diberikan bila diperlukan.
j. Pengobatan operatif, kadang-kadang hidrokel kronik memerlukan
tindakan operatif, demikian pula pada chyluria yang tidak membaik
dengan terapi konservatif.
KONSELING DAN EDUKASI
Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit
filariasis terutama dampak akibat penyakit dan cara penularannya. Pasien
dan keluarga juga harus memahami pencegahan dan pengendalian
penyakit menular ini melalui:
a. Pemberantasan nyamuk dewasa.
b. Pemberantasan jentik nyamuk.
c. Mencegah gigitan nyamuk.
Setelah pengobatan, dilakukan kontrol ulang terhadap gejala dan
mikrofilaria, bila masih terdapat gejala dan mikrofilaria pada pemeriksaan
darahnya, pengobatan dapatdiulang 6 bulan kemudian.

KRITERIA RUJUKAN
Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala tidak
membaik dengan pengobatan konservatif.

7.Unit terkait Poli Pengobatan, Kasir,UGD


8.Dokumen Terkait Buku rekam medis pasien

Anda mungkin juga menyukai