Anda di halaman 1dari 4

FILARIASIS

No. Kode Ditetapkan Oleh Kepala


Puskesmas Malausma
Terbitan :01

SPO
No. Revisi :0

Tgl. Mulai Berlaku :2 Januari 20..


Eka Trisna fiyanto,SKM
Puskesmas Halaman : 1- 2 NIP.197601312007011007

Malausma

1.Pengertian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini
bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki,lengan dan alat kelamin
baik perempuan maupun laki-laki.
2.Tujuan Prosedur ini dibuat dimaksudkan untuk dokter dapat melakukan konseling dan
edukasi kepada pasien dan keluarga dan memberikan terapi dengan baik.
3.Kebijakan Langkah- langkah Penanganan Filariasis wajib sesuai dengan langkah-
langkah SPO ini.
4.Referensi Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014
5.Alat Alat : Tempat tidur, Stetoskop, Arloji, Thermometer, Tensimeter,Tampon
hidung,

6.Prosedur PENATALAKSANAAN
Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki perjalanan
penyakit, antara lain dengan:
a. Memelihara kebersihan kulit.
b. Fisioterapi kadang diperlukan pada penderita limfedema kronis.
c. Obatantifilaria adalahDiethyl carbamazine citrate (DEC) dan
Ivermektin.
d. DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa, Ivermektin
merupakan antimikrofilaria yang kuat, tetapi tidak memiliki efek
makrofilarisida.
e. Dosis DEC 6 mg/kgBB, 3 dosis/hari setelah makan, selama 12 hari,
pada TropicalPulmonary Eosinophylia (TPE) pengobatan diberikan
selama tiga minggu.
f. Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC atau reaksi
terhadap cacing dewasa yang mati. Reaksi tubuh terhadap protein yang
dilepaskan pada saat cacingdewasa mati dapat terjadi beberapa jam
setelah pengobatan, didapat 2 bentuk yang mungkin terjadi yaitu
reaksi sistemik dan reaksi lokal:
1. Reaksi sistemik berupa demam,sakit kepala, nyeri badan, pusing,
anoreksia, malaise dan muntah-muntah. Reaksi sistemik
cenderung berhubungan dengan intensitas infeksi.
2. Reaksi lokal berbentuk limfadenitis,abses,dan transien
limfedema. Reaksi lokal terjadi lebih lambat namun berlangsung
lebih lama dari reaksi sistemik.
3. Efek samping DEC lebih berat pada penderita onchorcerciasis,
sehingga obat tersebut tidak diberikan dalam program pengobatan
masal didaerah endemis filariasis dengan ko-endemis
Onchorcercia valvulus.
g. Ivermektin diberikan dosis tunggal 150 ug/kg BB efektif terhadap
penurunan derajat mikrofilaria W.bancrofti, namun pada filariasis oleh
Brugia spp. penurunan tersebut bersifat gradual. Efek samping
ivermektin sama dengan DEC, kontraindikasi ivermektinyaitu wanita
hamil dan anakkurang dari 5 tahun. Karena tidak memiliki efek
terhadap cacing dewasa, ivermektin harus diberikan setiap 6 bulan atau
12 bulan untuk menjaga agar derajat mikrofilaremia tetap rendah.
h. Pemberian antibiotik dan/atau antijamur akan mengurangi serangan
berulang, sehingga mencegah terjadinya limfedema kronis.
i. Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan untuk mengatasi efek
samping pengobatan. Analgetik dapat diberikan bila diperlukan.
j. Pengobatan operatif, kadang-kadang hidrokel kronik memerlukan
tindakan operatif, demikian pula pada chyluria yang tidak membaik
dengan terapi konservatif.

KONSELING DAN EDUKASI


Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit
filariasis terutama dampak akibat penyakit dan cara penularannya. Pasien dan
keluarga juga harus memahami pencegahan dan pengendalian penyakit
menular ini melalui:
a. Pemberantasan nyamuk dewasa.
b. Pemberantasan jentik nyamuk.
c. Mencegah gigitan nyamuk.
Setelah pengobatan, dilakukan kontrol ulang terhadap gejala dan mikrofilaria,
bila masih terdapat gejala dan mikrofilaria pada pemeriksaan darahnya,
pengobatan dapatdiulang 6 bulan kemudian.

KRITERIA RUJUKAN
Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala tidak
membaik dengan pengobatan konservatif.

FILARIASIS
No. Kode

Terbitan :01

SOP No. Revisi :0

Tgl. Mulai Berlaku :

Puskesmas Halaman : 2- 2
Malausma

7.Prosedur PENATALAKSANAAN
Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki perjalana
penyakit, antara lain dengan:
k. Memelihara kebersihan kulit.
l. Fisioterapi kadang diperlukan pada penderita limfedema kronis.
m. Obatantifilaria adalahDiethyl carbamazine citrate
Ivermektin.
n. DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa, Ivermekt
merupakan antimikrofilaria yang kuat, tetapi tidak memiliki ef
makrofilarisida.
o. Dosis DEC 6 mg/kgBB, 3 dosis/hari setelah makan, selama 12 ha
pada TropicalPulmonary Eosinophylia (TPE) pengobatan diberik
selama tiga minggu.
p. Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC atau reak
terhadap cacing dewasa yang mati. Reaksi tubuh terhadap prote
yang dilepaskan pada saat cacingdewasa mati dapat terja
beberapa jam setelah pengobatan, didapat 2 bentuk yang mungk
terjadi yaitu reaksi sistemik dan reaksi lokal:
4. Reaksi sistemik berupa demam,sakit kepala, nyeri bada
pusing, anoreksia, malaise dan muntah-muntah. Reak
sistemik cenderung berhubungan dengan intensitas infeksi.
5. Reaksi lokal berbentuk limfadenitis,abses,dan transie
limfedema. Reaksi lokal terjadi lebih lambat namu
berlangsung lebih lama dari reaksi sistemik.
6. Efek samping DEC lebih berat pada penderita onchorcercias
sehingga obat tersebut tidak diberikan dalam progra
pengobatan masal didaerah endemis filariasis dengan k
endemis Onchorcercia valvulus.
q. Ivermektin diberikan dosis tunggal 150 ug/kg BB efektif terhada
penurunan derajat mikrofilaria W.bancrofti, namun pada filarias
oleh Brugia spp. penurunan tersebut bersifat gradual. Efek sampin
ivermektin sama dengan DEC, kontraindikasi ivermektinyai
wanita hamil dan anakkurang dari 5 tahun. Karena tidak memili
efek terhadap cacing dewasa, ivermektin harus diberikan setiap
bulan atau 12 bulan untuk menjaga agar derajat mikrofilarem
tetap rendah.
r. Pemberian antibiotik dan/atau antijamur akan mengurangi seranga
berulang, sehingga mencegah terjadinya limfedema kronis.
s. Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan untuk mengatasi efe
samping pengobatan. Analgetik dapat diberikan bila diperlukan.
t. Pengobatan operatif, kadang-kadang hidrokel kronik memerluka
tindakan operatif, demikian pula pada chyluria yang tidak memba
dengan terapi konservatif.

KONSELING DAN EDUKASI


Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya mengenai penyak
filariasis terutama dampak akibat penyakit dan cara penularannya. Pasie
dan keluarga juga harus memahami pencegahan dan pengendalian penyak
menular ini melalui:
a. Pemberantasan nyamuk dewasa.
b. Pemberantasan jentik nyamuk.
c. Mencegah gigitan nyamuk.
Setelah pengobatan, dilakukan kontrol ulang terhadap gejala da
mikrofilaria, bila masih terdapat gejala dan mikrofilaria pada pemeriksaa
darahnya, pengobatan dapatdiulang 6 bulan kemudian.

KRITERIA RUJUKAN
Pasien dirujuk bila dibutuhkan pengobatan operatif atau bila gejala tida
membaik dengan pengobatan konservatif.
7.Unit terkait Poli Pengobatan, Kasir,UGD

8.Dokumen Buku rekam medis pasien


Terkait

Anda mungkin juga menyukai