Anda di halaman 1dari 8

Penatalaksanaan Farmakologi dan Nonfarmakologi Penyakit

HIV/AIDS

Roentgen Thorax: Kesan gambaran corak infilitrat di kedua lapang paru.

Saat dilakukan anamnesa pada keluarga, ditemukan klien mempunya riwayat


menggunakan obat-obatan terlarang. Pasien direncanakan konsul VCT. Pasien
terlihat cemas saat akan dilakukan tes tersebut.

1. Jelaskan terkait pemeriksaan VCT pada pasien di atas


2. Apa yang dilakukan perawat dalam mempersiapkan klien yang akan
dilakukan pemeriksaan VCT?
Secara umum, penatalaksanaan HIV/AIDS yaitu pengobatan antiretroviral,
pengobatan terhadap infeksi oportunistik, dan pengobatan suportif. Pada kasus ini,
tatalaksana awal dilakukan dengan pemberian terapi simtomatik, terapi ini
diberikan untuk mengatasi gejala-gejala yang terjadi pada pasien bersamaan
dengan dilakukannya pemeriksaan penunjang yang disarankan. Pemberian cairan
isotonik dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan elektrolik pasien dan
mencegah terjadinya kekurangan cairan pada pasien, nystatin drop ditujukan
untuk mengatasi oral candidiasis pasien, dan paracetamol sebagai antipiretik saat
pasien demam. Injeksi ciprofloksasin digunakan untuk mencegah adanya infeksi
lebih lanjut, termasuk infeksi nosokomial. Injeksi ranitidin digunakan untuk
mencegah stres ulser pada pasien akibat obat-obatan yang diberikan. Edukasi
tentang penyakit HIV yang diderita oleh pasien, baik itu secara perorangan
maupun keluarga setelah diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan lab,
serum anti HIV, dan konseling VCT. Pemberian dukungan membantu pasien
untuk meminimalisir isolasi, kesendirian, dan ketakutan. Memberikan dukungan
dan pengawasan terhadap pasien dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap
pengobatan yang diberikan.2 Sebelum memulai terapi, pasien harus diperiksa
jumlah CD4 terlebih dahulu, untuk memberikan dosis yang tepat pada pengobatan
ARV. Pengobatan ARV pada pasien HIV diberikan ketika perhitungan CD4 telah
mencapai nilai kurang dari 350. 2 Hitung sel CD4, kadar RNA HIV serum juga
digunakan untuk memantau resiko perkembangan penyakit dan menentukan
waktu yang tepat untuk memulai modifikasi regimen obat. Tujuan terapi ARV ini
adalah penekanan secara maksimum dan berkelanjutan jumlah virus, pemulihan,
atau pemeliharaan(atau keduanya) fungsi imunologik, perbaikan kualitas hidup,
dan pengurangan morbiditas dan mortalitas HIV.8

Replikasi virus HIV dan cara kerja obat antiretroviral dapat dilihat pada gambar 2.
2.1.1 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi

dan edukasi.

a) Pengobatan

Obat-obatan yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain:

1) Obat Retrovirus

1. Zidovudine (AZT)

Berfungsi sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat

ini dapat menguntungkan diantaranya yaitu Dapat

memperpanjang masa hidup (1-2 tahun), mengurangi frekuensi

dan berat infeksi oportunistik, menunda progresivitas penyakit,

memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko penularan

perinatal, mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan

spinal. Efek samping zidovudine adalah: sakit kepala, nausea,

anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi, insomnia, muntah


dan rasa tidak enak diperut. Setelah pemakaian jangka panjang

dapat timbul miopati. Dosis yang se006Barang dipakai 200mg po

tid, dan dosis diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-

tanda toksik.

2. Didanosine ( ddl ), Videx

Merupakan terapi kedua untuk yang terapi intoleransi terhadap

AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata ada

kemungkinan respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda

infeksi oportunistik respon terhadap AZT menurun. Untuk

menunda infeksi oportunistik pada ARC dan asimtomatik

hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati

perifer, pankreatitis (7%), nausea, diare.Dosis: 200mg po bid (

untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya

hanya dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro

merupakan obat yang paling kuat, tapi efek samping terjadinya

neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis. Dosis : 0,75mg po tid.

2) Obat-obat untuk infeksi oportunistik

1. Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai bila cCD4, 250

mm/mm3. Dengan kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2

tablet, atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan dapsone

atau fansidar.

2. Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila PDD>=5mm, dan pasien

anergik. Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau

rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH.


3. Profilaksis untuk MAI (mycobacterium avium intracelulare),

bila CD4 , 200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila

pernah menderita oral kandidiasis, sebelumnya.

4. Belum direkomendasikan untuk profilaksis kandidiasis, karena

cepat timbul resistensi obat disamping biaya juga mahal.

3) Obat untuk kanker sekunder

Pada dasarnya sama dengan penanganan pada pasien non HIV.

Untuk Sakorma Kaposi, KS soliter:radiasi, dan untuk KS

multipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna: sesuai dengan

penanganan limfoma paa pasien non HIV.

4) Pengobatan simtomatik supportif

Obat-obatan simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan

pada seseorang yang telah menderita ADIS, antara lain yang sering

yaitu: analgetik, tranquiller minor, vitamin, dan transfusi darah.

b) Rehabilitasi

Rehabilitas ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga

atau orang terdekat, dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk:

1. Memberikan dukungan mental-psikologis

2. Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak

berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang

berisiko.

3. Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa

mempertahankan kondisi tubuh yang baik.


4. Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang

berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana

mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada

keluarga dan orang terdekat.

c) Edukasi

Edukasi pada masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan


keluarganya tentang bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan
diskriminasi masyaratak sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman
dekat atau masyarakat lain. Pendidikan juga diberikan tentang hidup sehat,
mengatur diet, menghindari kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, antara
lain: rokok, minuman keras. Narkotik, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Djoerban Z, Djauzi S. 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam Edisi V. Editor: SUdoyo AW, SetyohadiB, Alwi I, Simadibrata M,

Setiati S. Jakarta: Puat Penerbitan IPD FAKUI.

Nasronudin. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang.

Surabaya: Airlangga.

Rampengan dan Laurentz. 1995.Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak, cetakan


kedua. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai