Anda di halaman 1dari 47

PPOK EKSASERBASI

AKUT & DISPEPSIA

Firda Amalia Ramadhani I1C016041


Ghifari Ibadurrahman I1C016037
Herla Thamarin I1C016073
Indriana Juliawati I1C016015
Jitayu Sekarininta Mumpun I1C016053
Istighfarha Qolbiya Sirfefa I1C016075
OUTLINE
MONITORING
& KIE KASUS

TERAPI NON
PATO
FARMAKOLOGI
& FISIOLO
FARMAKOLOGI
GI

SOAP
KASUS
PPOK EKSASERBASI AKUT DAN DISPEPSIA
Nama : Tn. S
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 57 th KASUS
Tinggi Badan : 156 cm
Status : Umum
MRS : 12 Januari 2015
Keluhan MRS : Sesak napas yang semakin meningkat sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit : Sesak napas yang semakin meningkat sejak 1 hari yang lalu, sesak
Sekarang menciut, sesak dirasakan terus-menerus, sesak semakin meningkat saat
beraktivitas, berkurang dengan posisi duduk, sesak tidak dipengaruhi oleh
emosi, cuaca, maupun makanan. Riwayat sesak sejak ± 2 tahun yang lalu,
sesak dirasakan hilang timbul, sesak berkurang setelah minum obat
salbutamol dan teosal, namun 1 hari yang lalu keluhan sesak tidak
berkurang setelah minum obat.
Batuk sejak 2 minggu yang lalu, batuk berdahak warna putih kehijauan.
Riwayat batuk sejak ± 2 tahun, batuk berdahak warna putih. Batuk darah
tidak ada, tidak ada riwayat. Nyeri dada tidak ada, tidak ada riwayat. Demam
sejak 2 minggu yang lalu, demam dirasakan naik turun, tidak menggigil
ataupun berkeringat malam hari.
Nyeri ulu hati sejak 1 minggu lalu, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk
sampai punggung, nyeri bertambah saat perut kosong dan berkurang
setelah makan. Riwayat mual muntah tidak ada.
KASUS

Riwayat penyakit : Riwayat sesak ± 2 tahun, Riwayat alergi hidung (+), Riwayat
Dahulu TB paru (-), Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-)
Riwayat penyakit : Riwayat asma (-), Riwayat alergi obat atau makanan (-), Riwayat TB
Keluarga paru (-)
Riwayat Obat : Salbutamol, Teosal
Riwayat Sosial : Pasien seorang pekerja trayek di jalan. Pasien merokok sejak umur &
Ekonomi 18 tahun dan berhenti merokok saat umur 50 tahun, pasien merokok ± 3
bungkus/hari.
Indeks Brinkman : 32 tahun x 60 batang/hari = 1920 (berat)
Alergi :-
Diagnosa : PPOK Eksaserbasi Akut, Dispepsia
PARAMETER PENYAKIT

TTV

Tekanan Darah 140/90 mmHg

Nadi 88x/menit

Pernafasan 26x/menit

Suhu 37,7º C

Keadaan Gizi Baik

Keadaan Umum Tampak sakit sedang

Kesadaran Composmnetis Cooperatif


DATA LABORATORIUM

Pemeriksaan Darah Rutin Hasil


Hb 13,9 g/%
Hct 41%
Leukosit 13.000/mm³
Trombosit 249.000/mm³

Jenis Pemeriksaan Hasil

Rontgen Thorax - Paru : corakan bronkovaskuler meningkat,


infiltrate di paru kiri
- Jantung : CTR <50%
- Diafragma : sudut costofrenikus lancip
Kesan : bronkitis kronik
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGIS PPOK

(PDPI, 2003)
PATOFISOLOGI DISPEPSIA

- Perubahan pola makan


Pemasukan
- Obat-obatan NSAID makanan menurun, Erosi pada
- Zat-zat seperti nikotin
dan alkohol lambung akan lambung
- Stres
kosong

Merangsang
Peningkatan
kondisi asam
produksi HCL
pada lambung

(Djojoningrat, 2009)
SOAP
Subjective, Objective,
Assessment, Plan 3
SUBJECTIVE
Nama Pasien Tn. S

Riwayat MRS Sesak napas yang semakin meningkat sejak 1 hari SMRS

Riwayat sesak ± 2 tahun, Riwayat alergi hidung (+), Riwayat


Riwayat Penyakit
TB paru (-), Riwayat hipertensi (-), Riwayat DM (-)
Dahulu

Riwayat Penyakit Riwayat asma (-), Riwayat alergi obat atau makanan (-),
Keluarga Riwayat TB paru (-)

Riwayat Obat Salbutamol, Teosal

Diagnosa PPOK Eksaserbasi Akut dan Dispepsia


OBJECTIVE (Profil Assessment Fisik)
Parameter Hasil Satuan Nilai Keterangan Interpretasi
Normal
Tekanan 140/90 mm/Hg 120- Meningkat Hipertensi Stage 2
darah 129/<80
Nadi 88 kali/menit 80-100 Normal

Pernapasan 26 kali/menit 12-20 Meningkat Sesak napas

Suhu 37,7 °C 37 ± 0,5 Meningkat Demam

Keadaan Baik -
gizi
Keadaan Tampak sakit -
umum sedang
Kesadaran Composmnetis -
cooperatif
OBJECTIVE (Data Laboratorium)
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan Interpretasi
Hb 13,9 g/% 13-18 Normal
Hct 41 % 40-50 Normal
Leukosit 13.000 /mm3 3200-10.000 Meningkat Infeksi
Trombosit 249.000 /mm3 170.000- Normal
380.000

Pemeriksaan Hasil Keterangan Interpretasi


Rontgen - Paru : corakan bronkovaskuler Bronkitis kronik
thorax meningkat, infiltrat di paru kiri
- Jantung : CTR <50%
- Diafragma : sudut costofrenikus
lancip
ASSESSMENT
Diagnosa Pasien = PPOK Eksaserbasi Akut, Dispepsia
Subjective Objective Assesment
Sesak napas yang semakin meningkat sejak 1 hari
- Pernapasan 26x menit
yang lalu, sesak menciut, sesak dirasakan terus-
- Pada rontgen thorax
menerus, sesak semakin meningkat saat PPOK
terdapat corakan
beraktivitas, berkurang dengan posisi duduk, sesak Eksaserbasi
bronkovaskuler meningkat
tidak dipengaruhi oleh emosi, cuaca, maupun Akut
pada paru
makanan, batuk sejak 2 minggu yang lalu, batuk
(PDPI, 2011)
berdahak warna putih kehijauan (GOLD, 2011)
Nyeri ulu hati sejak 1 minggu yang lalu, nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk sampai ke
- Dispepsia
punggung, nyeri bertambah saat perut kosong dan
berkurang setelah makan (Hiroto Miwa, 2012)
ASSESSMENT
Subjective Objective Assesment

Demam sejak 2 minggu lalu, demam


Leukosit 13.000/mm³
dirasakan naik turun, tidak menggigil Infeksi
(Kemenkes RI, 2011)
ataupun berkeringat malam hari

Tekanan darah 140/90 mmHg


- Hipertensi stage 2
(Kemenkes RI, 2011)
PLAN

PPOK EKSASERBASI
DISPEPSIA
AKUT
Tujuan Terapi Tujuan Terapi
● Mengatasi eksaserbasi
akut disertai infeksi ● Mengatasi gejala
● Mencegah kembalinya dispepsia
eksaserbasi
● Mencegah progresifitas
penyakit PPOK
● Mengatasi gejala batuk
kronis
TERAPI FARMAKOLOGI
DAN NON
FARMAKOLOGI
TERAPI NON FARMAKOLOGI

PPOK EKSASERBASI AKUT DISPEPSIA

◉ Untuk pasien yang di rumah sakit ◉ Hindari stress,


yang mengalami PPOK eksaserbasi merokok, alkohol,
akut direkomendasikan diberikan makanan pedas,
supplemental oksigen melalui menghindari obat
venture mask 28-35% inspired NSAID
oksigen (FiO2) untuk memperbaiki (Dipiro, 2008).
hipoksemia
◉ Rehabilitasi paru
◉ Perbaikan nutrisi
(GOLD, 2018)
TERAPI NON FARMAKOLOGI
HIPERTENSI

◉ Diet kaya buah,


sayuran,biji-bijian
utuh, dan produk susu
rendah lemak
◉ Mengurangi minuman
alkohol
◉ Menurunkan berat
badan

(ACC, 2017)
TERAPI NON FARMAKOLOGIS
TERAPI CAIRAN

Terapi cairan yang berisi 25-30


ml/kg/hari air, 1 mmol/kg/hari
sodium, potassium, klorida,
dan 50-100 g/hari glukosa
digunakan selama 24 jam.
Untuk pasien yang
melanjutkan terapi cairan
membutuhkan monitoring
seperti status cairan secara
klinis, hasil laboratorium
(urea, kreatinin, dan elektrolit)
dan keseimbangan cairan.
Terapi cairan dapat dihentikan
ketika sudah tidak dibutuhkan
(NICE, 2013).
TERAPI
FARMAKOLOGIS
PPOK EKSASERBASI AKUT
DERAJAT PPOK
TUJUAN TERAPI ( 4T + 1 W )

Tepat Pasien
Tepat Indikasi
Tepat Dosis
Tepat Obat
Waspada Efek Samping
TERAPI FARMAKOLOGIS
TEPAT INDIKASI

Pengobatan yang biasa digunakan untuk


PPOK eksaserbasi akut ada tiga, yaitu
bronkodilator, kortikosteroid sistemik, dan
antibiotik. Bronkodilator digunakan untuk
meningkatkan FEV1 dan melebarkan saluran
pernafasan, contoh dari bronkodilator yaitu
obat golongan beta 2 agonis (SABA) dan
antikolinergik. Kortikosteroid digunakan untuk
meningkatkan fungsi paru dan memperbaiki
oksigenasi, resiko kambuhnya kembalinya
eksaserbasi. Eksaserbasi pemicu utama
disebabkan oleh infeksi virus atau infeksi
bakteri pada saluran pernafasan, sehingga
dibutuhkan antibiotik untuk menghilangkan
penyebab infeksi (GOLD, 2018).
TERAPI FARMAKOLOGIS

TEPAT OBAT

Pasien memiliki riwayat obat salbutamol dan sudah tidak bisa mengurangi sesak
nafas sehingga diberikan inhaler antikolinergik. Dibandingkan dengan SABA,
inhaler antikolinergik seperti ipratropium bromida memiliki kekuatan bronkodilatasi
yang sama atau lebih besar dari SABA. Bentuk inhaler antikolinergik mempunyai
efek samping yang lebih sedikit karena absorbsi sistemik minimal (AAFP, 2001).
TERAPI FARMAKOLOGI
TEPAT OBAT

Pada kortikosteroid
direkomendasikan menggunakan
prednisone oral untuk pemulihan
jangka pendek PPOK
eksaserbasi akut (GOLD,2018)

Dari suatu penelitian


menyebutkan bahwa
dirithromycin memiliki tingkat
kesembuhan yang tinggi dan
efek samping yang relatif rendah
dalam penanganan PPOK
eksaserbasi akut (Zang et al,
2017).
TERAPI FARMAKOLOGI
TEPAT PASIEN

Lebih dari 80% eksaserbasi ditangani pada pasien


dengan terapi farmakologi, termasuk bronkodilator,
kortikosteroid, dan antibiotik (GOLD, 2018).

TEPAT DOSIS WASPADA ESO

Inhaler ipratropium 20 mcg satu puf setiap satu jam Ipratropium bromida memiliki efek
untuk dua dosis lalu setiap 2-4 jam (GOLD, 2018). samping utama berupa mulut kering
Prednison oral 40 mg per hari selama 5 hari (GOLD, 2018)
(GOLD, 2018). Prednison oral memiliki efek samping
Dirithromycin 500 mg per hari selama 5 hari (MIMS, hiperglikemia (MIMS, 2018)
2018) Dirithromycin memiliki efek samping nyeri
perut,mual atau diare (Drugs, 2018)
TERAPI
FARMAKOLOGIS
PENCEGAHAN DAN TERAPI JANGKA PANJANG
TERAPI FARMAKOLOGI
TEPAT INDIKASI

Kombinasi LABA dan LAMA lebih baik


dibandingkan dengan pengobatan
monoterapi dalam memperbaiki FEV1 dan
gelaja (GOLD, 2018).

TEPAT OBAT

Treatment dengan indacaterol dan glycopyrronium dapat digunakan dengan single inhaler,
kombinasi ini memperbaiki fungsi paru dibandingkan dengan plasebo, perbaikan ini lebih besar
dibandingkan efek LABA monoterapi. Dibandingkan dengan salmeterol/fluticasone,
indacaterol/glyvopyrronium mempunyai efek lebih lama mencegah terjadinya eksaserbasi kembali
(Cazolla et al, 2017). Dosis rendah LABA/LAMA 2 kali sehari juga menunjukkan perbaikan gejala
dan status kesehatan di pasien PPOK (GOLD, 2018).
TERAPI FARMAKOLOGI
TEPAT PASIEN TEPAT DOSIS WASPADA ESO

Tidak ada kontra indikasi Indacaterol + Diabetes mellitus,


dengan pasien (MIMS, Glycopyrronium (DPI) hiperglikemia, dan
2018) 27.5/15.6 mcg, 2 kali sehari hipertensi (MIMS, 2018)
(GOLD, 2018).
TERAPI
FARMAKOLOGI
BATUK BERDAHAK
TERAPI FARMAKOLOGI
TEPAT INDIKASI

Pasien batuk kronis


dengan produksi sputum
dianjurkan untuk
mengonsumsi obat
mukolitik (NICE, 2014).
TERAPI FARMAKOLOGI
TEPAT OBAT
Mukolitik yang direkomendasikan
untuk pasien PPOK adalah n-
asetilsistein. Selain berperan
sebagai mukolitik, n-asetilsistein
juga berperan sebagai antioksidan.
Penggunaan asetilsistein dalam
penggunaan jangka panjang aman
dan dapat ditoleransi
(Yan Xixin, 2017)
TERAPI FARMAKOLOGI
TEPAT PASIEN TEPAT DOSIS WASPADA ESO

Tidak terdapat kontra N-asetilsistein digunakan Efek samping n-


indikasi dengan obat lain 600 mg/ hari selama 5 hari asetilsistein mual,
dan dengan pasien (BPOM, untuk untuk mengobati muntah, dan hipotensi
2018). Kontra indikasi batuk dengan sputum (MIMS, 2018)
terhadap pasien (Yan Xixin, 2017)
hipersensitif n-
asetilsistein
TERAPI
FARMAKOLOGI
DISPEPSIA
TERAPI FARMAKOLOGI
TEPAT INDIKASI

Sindrom dispepsia dapat ditangani


dengan obat golongan PPI (Proton
Pump Inhibitor). PPI lebih efektif
menurunkan gejala dispepsia
dibanding H2RA karena PPI lebih
efektif daripada H2RA dalam
menekan sekresi asam dan
mempertahankan pH intra gastrik
lebih besar dari 4,0 dan
penyembuhan mukosa di
kerongkongan (NICE, 2014)
TERAPI FARMAKOLOGI
TEPAT OBAT

Lansoprazole lebih efektif


menyembuhkan gejala
dispepsia dibanding
omeprazole, karena
bioavailaibilitas lansoprazole
80% sedangkan bioavailabilits
omeprazole 35-65 % pada orang
asia (Achmad, 2011).
TERAPI FARMAKOLOGI
TEPAT PASIEN TEPAT DOSIS WASPADA ESO

Lansoprazole tepat untuk Lansoprazole diberikan Efek samping dari


pasien karena tidak selama 4 minggu, 1 x 30 lansoprazole adalah nyeri
memilik efek samping mg sehari (NICE, 2014). abdomen, mulut kering,
yang terlalu berbahaya sembelit, sakit kepala,
hanya diperlukan evaluasi mual, muntah dan edema
secara berkala kebutuhan perifer (ISO, 2016).
untuk terus menggunakan
terapi PPI (Maes et al,
2017).
KONSELING, INFORMASI DAN EDUKASI
KIE UNTUK TENAGA KESEHATAN
Menjelaskan cara penggunaan inhaler yang benar serta jadwal penggunaan obat yang tepat
kepada pasien agar terapi mencapai efektifitas dan efikasi yang diinginkan.
Dilakukan kultur bakteri untuk mengetahui penyebab infeksi yang terjadi.

KIE UNTUK KELUARGA PASIEN


Memberikan jadwal penggunaan obat dan penggunaan inhaler yang benar, sehingga dapat
mengingatkan dan motivasi pasien

KIE UNTUK PASIEN


a. Edukasi cara penggunaan inhaler yang benar
b. Pengetahuan dasar tentang PPOK
c. Edukasi tentang obat-obatan yang digunakan terkait manfaat dan efek sampingnya
d. Edukasi cara pencegahan perburukan penyakit
e. Edukasi untuk menghindari pencetus (berhenti merokok)
f. Edukasi untuk penyesuaian aktivitas
( PDPI, 2011)
CARA PENGGUNAAN INHALER
KONSELING, INFORMASI DAN EDUKASI
Hal yang perlu
Nama obat Jadwal pemakaian Jumlah Manfaat
diperhatikan
20 mcg satu puff tiap
Ipratropium bromide Cara penggunaan inhaler
jam untuk 2 dosis Bronkodilator
(MDI) yang benar

40 mg/hari selama 5 40 x 5 = 200 Memperbaiki fungsi Monitoring kadar gula


Prednison (oral)
hari mg paru (FEV1) darah

500 mg/hari selama 5 500x5 = 2500


Dirithromycin Antibakteri Harus dihabiskan
hari mg

27,5/15,6 mcg 2 kali


Indacaterol + Bronkodilator dan Cara penggunaan inhaler
sehari
Glycopyrronium (DPI) memperbaiki FEV1 yang benar

Menurunkan Tidak boleh digunakan


600 mg/hari selama 5 600 x 5 = 3000
N-Asetil Sistein frekuensi batuk dan rutin untuk pencegahan
hari mg
produksi sputum eksaserbasi

1x sehari sebelum 30 mg x 28 =
Menghilangkan gejala Kepatuhan dalam minum
Lansoprazole makan selama 4 840 mg (28
dispepsia obat untuk lansia
minggu tab)
MONITORING
Nama Obat Keberhasilan ESO Target

Ipratropium Mengatasi Mulut kering (GOLD, RR = 12-20x/menit, FEV1 > 80%, SpO2 > 92 %.
bromide (MDI) eksaserbasi akut 2018) Gejala sesak nafas, akan menghilang setelah 7-10 hari
Hiperglikemia (MIMS, (GOLD, 2018).
Prednison Mengatasi
eksaserbasi akut 2018)
Menghilangkan Nyeri perut, mual atau Hilangnya infeksi setelah 5 hari konsumsi obat (Zhang
infeksi dan diare (Drugs, 2018) et al, 2017). Leukosit 3200-10000/mm2 (Kemenkes RI,
Dirithromycin
mengatasi 2011)
eksaserbasi akut
Mencegah Kejang otot, sakit Dilakukan spirometri untuk mengetahui FEV1 paling
Indacaterol dan eksaserbasi dan kepala, dan mulut sedikit satu tahun sekali. RR = 12-20x/menit,
glycopyrronium progresifitas kering (MIMS, 2018) FEV1/FVC ≥ 0,70, FEV1 > 80%, SpO2 > 92 %
(DPI) penyakit (GOLD, 2018).
Frekuensi batuk Mual, muntah, dan Frekuensi batuk dan produksi sputum menurun setelah
N-Asetil Sistein dan produksi hipotensi (MIMS, 2018) 5 hari konsumsi obat (NICE, 2018)
sputum menurun
Lansoprazole Gejala dispepsia Mulut kering, sembelit, Pasien tidak menunjukkan gejala dispepsia yaitu nyeri
sakit kepala, mual, ulu hati lagi setelah 4 minggu mengonsumsi
muntah (ISO, 2016) lansoprazole (NICE, 2014)
KESIMPULAN

Diagnosa pasien adalah PPOK eksaserbasi akut dan dispepsia. Terapi farmakologis yang
diberikan yaitu PPI-Lansoprazole : 30 mg 1x sehari selama 4 minggu untuk dispepsia ;
Ipatropium bromida : 20 mcg satu puff setiap satu jam untuk dua dosis, prednisone oral : 40
mg/hari selama 5 hari, dirithromycin : 500 mg/hari selama 5 hari untuk PPOK eksaserbasi akut ;
Indacaterol/Glycopyrronium (DPI) : 27.5/15.6 mcg 2 x sehari untuk terapi jangka panjang PPOK
; N-Asetil sistein : 600 mg/hari selama 5 hari untuk mengurangi frekuensi batuk dan produksi
sputum.
REFERENSI
Achmad, Anisyah. 2011. Effectiveness Omeprazole and Lansoprazole in Dyspepsia Patient With Nepean Dyspepsia Index. Folica
Medica Indonesia. Volume 47 (1).
American College of Cardiology. 2017. Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of High Blood
Pressure in Adults.
Anggraini, dkk. 2009. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang berobat di Poliklinik
Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari 2009.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2017. N-asetylsistein. pionas.pom.go.id. Diakses pada tanggal 27 November 2018.
Cazzola, Mario., Josuel Ora, Ermanno Puxedo, and Paola Rogliani. 2017. Indacaterol/Glycopyrronium Combination for COPD.
Pulm Ther. 3 :45-47/
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana Kesehatan. Jakarta :
Depkes RI.

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., dan Matzke, G. R., 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 6th Edition. New
York : Mc Graw Hill.
Djojoningrat, D. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta : Interna Publishing.
Drugs. 2018. Dirithromycin Side Effects. https://www.drugs.com/sfx/dirithromycin-side-effects.html. Diakses pada 27 November
2018.
Ganong, W. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2018. Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention
of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Grace, Pierce & Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Jakarta : Erlangga.
Hunter, Melisa H., King, Dara E. 2001. COPD Management of Acute Exacerbations and Chronic Stable Disease. American Family
Physician. Volume 64 (4).
Ikatan Apoteker Indonesia. 2010. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia, Volume 50 – Tahun 2016. Jakarta : PT ISFI.
JRS. 2004. Guideline for the Diagnosis and Treatment of COPD 2nd Edition Pocket Guide, Japan: The Japanese Respiratory
Society.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Depkes RI: Jakarta.
Maes Marina L, Fixen Danielle R, and Linnebur Sunny Anne. 2017. Adverse effects of proton-pump inhibitor use in older adults: a
review of the evidence. Therapeutic Advances In Drug Safety. Volume (89) 273-297.
REFERENSI
MIMS. 2018. acetylcysteins. https://www.mims.com/indonesia/drug/info/acetylcysteine. Diakses pada 27 November 2018.
MIMS. 2018. Dirithromycin. http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/dyirithromycin. Diakses pada 27 November 2018.
MIMS. 2018. Prednisone. http://www.mims.com/Indonesia/drug/info/prednisone. Diakses pada 27 November 2018.
MIMS. 2018. Indacaterol+glycopyrronium. http://www.mims.com/indonesia/drug/info/indacaterol+glycopyrronium. Diakses
pada 27 November 2018.
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). 2013. Intravenous Fluid Therapy in Adults in Hospital. Clinical
guideline. London: National Institute for Health and Clinical Excellence.
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). 2018. Chronic Obstructive Pulmonary Disease in Over 16s:
Diagnosis and Management. Clinical guideline. London: National Institute for Health and Clinical Excellence.
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). 2014. Dyspepsia and gastro-oesophageal reflux disease:
investigation and management of dyspepsia, symptomps suggestive of gastro-oesophageal reflux disease, or both.
Clinical guideline. London: National Institute for Health and Clinical Excellence.
PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). 2003. PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta : PDPI.
PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia). 2011. PPOK Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta : PDPI
Peura, David A. et al. 2004. Lansoprazole in the Treatment of Functional Dyspepsia: Two Double-Blind, Randomized,
Placebo-Controlled Trials. The American Journal Of Medicine. Volume 116.
Rusdi & Nurlaela Isnawati 2009. Awas! Anda Bisa Mati Cepat Akibat Hipertensi & Diabetes Yogyakarta: Power Books
(IHDINA).
Yan, X., Song, Y., Shen, C., Xu, W., Chen, L., Zhang J., Liu, H., Huang, M., Lai, G., Qian, G., Wang, J., Ye, X., Zheng, J.,
dan Bai, C. 2017. Mucoactive and Antioxidant Medicines for COPD: Consensus of A Group of Chinese Pulmonary
Physicians. International Journal of COPD, 1: 803-812.
Zhang, H., Tan, M., Qiu A., Tao, Z., dan Wang, C. 2017. Antibiotics for Treatment of Acute Exacerbation of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease: A Network Meta-Analysis. BMC Pulmonary Medicine.
TERIMA KASIH!
ADA PERTANYAAN?

Anda mungkin juga menyukai