Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fitoestrogen adalah zat yang terdapat pada bahan tumbuhan dan
memiliki struktur kimia serta fungsi yang menyerupai estrogen. Fitoestrogen
memiliki rumus kimia yang berbeda dengan estrogen. Sifat estrogenik pada
fitoestrogen dikarenakan fitoestrogen juga memiliki 2 gugus –OH/ hidroksil
yang berjarak 11.0-11.5 A0 pada intinya yang sama dengan estrogen. Para
peneliti sepakat jarak 11 A0 dan gugus –OH inilah yang menjadi struktur
pokok suatu substrat agar mempunyai efek estrogenik sehingga fitoestrogen
dapat berikatan dengan reseptor estrogen pada organ target (Achadiat 2007).
Ada beberapa jenis fitoestrogen, antara lain isoflavon, lignin dan coumestan
yang banyak ditemukan pada kecambah, kacang-kacangan, dan biji bunga
matahari.
Fitoestrogen memiliki manfaat kesehatan termasuk pengurangan
potensial dalam kanker payudara, kanker prostat dan risiko penyakit
kardiovaskular, perlindungan terhadap osteoporosis kemungkinan (keropos
tulang) dan gejala menopause. Selain itu, baik fitoestrogen flavonoid dan
lignan memiliki aktivitas antioksidan. Fitoestrogen yang paling banyak diteliti
adalah isoflavon yang banyak terkandung dalam kedelai dan semanggi
merah (red clover). Pada makalah ini akan dibahas segala tentang
fitoestrogen serta hubungannya dengan penyakit.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fitoestrogen
2. Untuk mengetahui klasifikasi fitoestrogen
3. Untuk mengetahui mekanisme fitoestrogen
4. Untuk mengetahui metabolisme fitoestrogen
5. Untuk mengetahui sumber makanan dan kandungan fitoestrogen
6. Untuk mengetahui manfaat fitoestrogen
7. Untuk mengetahui hubungan fitoestrogen dengan penyakit

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fitoestrogen
Fitoestrogen merupakan komposisi alami yang ditemukan di tumbuhan
yang memiliki banyak kesamaan dengan estradiol, bentuk alami estrogen yang
paling potensial. Tapi fitoestrogen memiliki efek kemanan yang lebih baik
dibandingkan estrogen. Zat ini tidak terdapat di tubuh tapi bisa diolah dan
dibuang dengan mudah dari dalam tubuh.
Fitoestrogen adalah kelompok bahan kimia yang ditemukan dalam
tumbuhan yang dapat bertindak seperti hormon estrogen. Estrogen adalah
hormon yang diperlukan untuk melahirkan anak dan terlibat dengan tulang dan
kesehatan jantung pada wanita (Barbour S. Warren,2010).

B. Klasifikasi Fitoestrogen

PHYTOESTROGENS

ISOFLAVONOIDS LIGNANS OTHERS


FLAVONES
FLANONONES
ISOFLAVONES COUMESTANES
CHALCONES
PERPENOIDS
Sumber : Descheemaeker, 2002 SAPONINS
MYCOESTROGENS
Ada tiga kelas utama fitoestrogen; isoflavon, lignan dan coumestans,
semua ini ditemukan pada tumbuhan atau biji-bijian. Penelitian fitoestrogen
terakhir yaitu pada golongan isoflavon. Genistein dan daidzein merupakan
komponen yang paling aktif dari golongan isoflavon. Sebagai catatan,
konsentrasi isoflavon per gram dalam protein kedelai berbeda-beda tergantung
penyiapannya. Juga pada satu tanaman biasanya mengandung lebih dari satu
golongan fitoestrogen.
Tabel 1. Klasifikasi, Sumber Diet dan Struktur Dasar Fitoestrogen
Klasifikasi Sumber Diet Struktur Dasar

2
Isoflavon buah-buahan,
teh hijau, kacang
kedelai, dan
produk-produk
kedelai lainnya
seperti tempe,
tahu, dan tauco
(soy products)

Lignan biji-bijian
gandum maupun
wijen (wheats
and sesame
seeds)

Coumestans kacang-
kacangan, biji
bunga matahari
{sunflower
seeds)

Sumber : Patisaul, 2010

Senyawa-senyawa berefek estrogenik lain yang berasal dari tumbuhan-


tumbuhan, seperti flavones, flanonones, chalcones, perpenoids, saponins,
mycoestrogens, dan masih banyak lagi. Uniknya, kebanyakan tumbuhan sumber
fitoestrogen hampir tidak pernah dijumpai mengandung satu jenis senyawa
tersebut, melainkan selalu mengandung banyak sekali senyawa estrogenik
secara bersama-sama. Hal ini mungkin yang dapat menjelaskan mengapa
afinitas Fitoestrogen sangat rendah terhadap reseptor-reseptor estrogen
(Chrisdiono M. Achadiat.2007).

C. Mekanisme Fitoestrogen
Mekanisme dari aksi fitoestrogen : dimediasi oleh reseptor dan non reseptor

3
1. Efek Dari Fitoestrogen Yang Dimediasi Oleh Reseptor
Fitoestrogen dapat meningkatkan efek biologis dengan mengikat
reseptor estrogen (ERs). Sampai saat ini hanya estrogen reseptor bentuk
“ERα” yang telah diidentifikasi, walaupun ERβ juga telah ditemukan. Hal ini
telah menunjukkan bahwa ERs mempunyai perbedaan intraselular dan pola
distribusi jaringan bertanggungjawab pada efek biologis yang berbeda.
Sejumlah varian yang disambung antara keduanya yaitu ERα dan ERβ juga
telah diiidentifikasi.
Ligan utama dari ER adalah estradiol, walaupun sejumlah dari ligan-
ligan yang berbeda telah ditemukan untuk mengikat dari kedua ERs tersebut.
Ini menunjukkan bahwa fitoestrogen dapat mengikat kedua ERs, akan tetapi
tampaknya untuk ikatan yang istimewa adalah pada ERβ. Estradiol Estradiol
digunakan sebagai standar yang sifatnya estrogenik dari senyawa lain yang
diukur. Ada sejumlah metode in vitro dan in vivo yang menilai potensi
estrogenik dari fitoestrogen, walaupun penilaian tersebut secara signifikan
bervariasi diantara metode.

Tabel 2. Distribusi dari subtype ER pada manusia

Organ/ Jaringan ERα ERβ

Paruparu - 3

Kelenjar adrenal 3 -

Ginjal 3 3

Prostat - 3

Testis - 3

Jantung 3 3

Timus - 3

Payudara 3 3

Uterus 3 3

Endometrium 3 3

Vagina 3 -

Tuba Falopi - 3

Ovarium 3 3

Kandung kemih - 3

4
Epididimis - 3

Pituitary - 3

Hati 3 -

Otot - -

Lemak - -

Saluran cerna - 3

Colon - 3

Usus Kecil - 3

Tulang 3 3

2. Efek Dari Fitoestrogen Yang Dimediasi Oleh Bukan Reseptor


Selain interaksi langsung dengan ERs, fitoestrogen juga dapat berperan
secara tidak langsung untuk memodulasi konsentrasi estrogen endogen.
 Efek pada bioavailability estrogen
Hal ini menunjukkan bahwa fitoestrogen dapat mengubah konsentrasi
hormone seks salah satunya dengan mengikat atau menstimulasi sintesis
dari hormone seks binding globulin (SHBG). Penelitian menunjukkan
bahwa walaupun fitoestrogen dapat mengikat SHBG, namun afinitasnya
jauh lebih rendah dibandingkan estradiol. Penelitian in vitro menunjukkan
bahwa fitoestrogen dapat memodulasi konsentrasi SHBG. bagaimanapun
efek ini terjadi pada tingkat yang jauh lebih besar daripada yang dicapai
melalui diet. Namun sampai saat ini, bukti bahwa diet fitoestrogen dapat
mengubah SHBG pada manusia tidak meyakinkan dan tidak jelas apakah
interaksi tersebut akan memberikan kontribusi pada efek estrogenik dari
senyawa ini.

 Efek pada biosintesis estrogen dan metabolism


Fitostrogen juga dapat memodulasi konsentrasi hormone steroid
endogen dengan mengikat dan menginaktifkan enzim yang terlibat dalam
biosintesis dan metabolism fitoestrogen.

 Inhibisi pada 17β-hidroksisteroid oksidoreduktase


Enzim 17β-hidroksisteroid oksidoreduktase (HSOR) terdapat dalam dua
isoform yang berbeda yaitu I dan II. Mereka terlibat dalam konversi
estrone menjadi estradiol. Enzim tipe I mengkonversi estrone menjadi

5
estradiol (juga androstenedion menjadi testosterone) dan tipe II
mengkatalisis reaksi sebaliknya.

 Aromatase inhibisi
Enzim aromatase mengkatalisis konversi testosterone menjadi estrogen.
Sejumlah penelitian in vitro telah menunjukkan bahwa fitoestrogen dapat
menghambat aromatase.

 Inhibisi glukoronidase
Polipenol dan flavonoid dalam fraksi mikrosom hati tikus telah
memperlihatkan dapat menghambat glukoronidasi pada estron dan
estradiol secara in vitro. Selain itu, flavonoid juga telah ditemukan mampu
menginduksi enzim fase I dan fase II pada tikus termasuk UDP
glukoronosil transferase. Bagaimanapun, efek fitoestrogen.

 Inhibisi pada steroid sulfatase dan sulfotransferase


Steroid sulfotranferase mengkatalisis penambahan pada sulfatase
menjadi senyawa steroid, sementara steroid sulfatase mengkatalisis
rekasi sebaliknya. Penelitian in vitro menunjukkan bahwa metabolit
genistein, 4- etilphenol, dapat menghambat sulfotransferase.

 Efek pada ekpresi reseptor estrogen


Fitoestrogen dapat memodulasi ekspresi pada kedua subtype reseptor
estrogen. Bagaimanapun data dalam konten pengukuran mRNA itu
terbatas dan belum jelas apakah beberapa perubahan fungsi
mengekspresikan hasil yang berbeda.

 Efek pada produksi estrogen


Produksi estrogen endogenus dikontrol didalam sistem saraf pusat oleh
sekresi hormone gonadotropin releasing (GnRH) dari hipotalamus. Aksi
GnRH pada kelenjar pituitary meningkatkan sekresi dari gonadotropin,
folikel stimulating hormone (FSH) dan lutenising hormone (LH). Setelah
pelepasan mereka, LH dan FSH merangsang pematangan ovum
mengakibatkan peningkatan konsentrasi testoteron untuk estradiol oleh
enzim aromatase. ketika tingkat kecukupan estradiol telah dicapai,
diberikannya estradiol umpan balik negatif pada hipotalamus sekresi
menghambat lanjut dari GnRH. Penemuan ini menunjukkan bahwa
fitoestrogen dapat menstimulasi pelepasan GnRH dari Hipotalamus, yang
kemudian meningkatkan produksi estrogen endogen.

6
D. Metabolisme Phytoestrogen

GLYCOSIDES GENISTIN DAIDZIN GLYCITIN

AGLYCONES GENISTEIN DAIDZEIN GLYCITEIN

Rumen of sheep

P.ETHYLPHENOL EQUOL
INACTIVE
COMPOUND Oestrogenic agent
responsible for
clover disease in
sheep

7
Glikosida dan aglikon dapat diserap ke dalam plasma tetapi penyerapan
aglikon lebih baik dan lebih cepat. Metabolit diserap maka mungkin
dikonjugasikan di hati untuk glycuronides dan sulfat dan beberapa senyawa ini
dapat masuk sirkulasi entero hati dan akhirnya diekskresikan dalam urin dan
feses.

Kedua glikosida dan aglikon dapat diserap ke dalam plasma tetapi


penyerapan aglikon lebih baik dan lebih cepat. Metabolit diserap kemudian
dikonjugasikan di hati untuk glycuronides dan sulfat dan beberapa senyawa ini
dapat masuk ke sirkulasi entero hati dan akhirnya diekskresikan dalam urin dan
feses, (Descheemaeker, 2002)

E. Sumber Makanan dan Kandungan Fitoestrogen


Tumbuhan yang merupakan sumber fitoestrogen adalah tumbuh-
tumbuhan kacang-kacangan, kedelai, Red Clover dan Black Cohosh. Wanita
yang banyak mengkonsumsi fitoestrogen, dijumpai angka kejadian patah tulang
dan penyakit jantung koroner yang rendah. (nature, fitorational).
a. Kedelai

Dalam tumbuhan kedelai senyawa fitoestrogen yang paling dominan


adalah senyawa isoflavon. Senyawa isoflavon merupakan senyawa metabolit
sekunder yang banyak disintesa oleh tanaman. Namun, tidak sebagai layaknya
senyawa metabolit sekunder karena senyawa ini tidak disintesa oleh
mikroorganisme. Dengan demikian, mikroorganisma tidak mempunyai
kandungan senyawa ini. Oleh karena itu, tanaman merupakan sumber utama
senyawa isoflavon di alam. Di berbagai antara tanaman, kandungan isoflavon
yang lebih tinggi terdapat pada tanaman Leguminoceae, khususnya pada
tanaman kedelai. Pada tanaman kedelai, kandungan isoflavon yang lebih tinggi
terdapat pada biji kedelai, khususnya pada bagian hipokotil (germ) yang akan
tumbuh menjadi tanaman. Sebagian lagi terdapat pada kotiledon yang akan
menjadi daun pertama dari tanaman (Anderson, 1997).

8
Kandungan isoflavon pada kedelai berkisar 2-4 mg/g kedelai. Senyawa
isoflavon ini pada umumnya berupa senyawa kompleks atau konjugasi dengan
senyawa gula melalui ikatan glukosida. Jenis senyawa isoflavon ini terutama
adalah genistin, daidzin, dan glisitin. Bentuk senyawa demikian ini mempunyai
aktivitas fisiologis kecil.
Selama proses pengolahan, baik melalui proses fermentasi maupun
proses non-fermentasi, senyawa isoflavon dapat mengalami transformasi,
terutama melalui proses hidrolisa sehingga dapat diperoleh senyawa isoflavon
bebas yang disebut aglikon yang lebih tinggi aktivitasnya. Senyawa aglikon
tersebut adalah genistein, glisitein, dan daidzein. (tempo)

Tabel 3. Kandungan Isoflavon pada Kedelai dan Berbagai Produk Olahan


Jenis Produk Protein Genistin Isoflavon Total
(g/100 g) (µg/g protein) (µg/g protein)
Kedelai mentah 37,0 1106 1891
Susu kedelai 4,4 30 56
Tempe mentah 17,0 277 531
Tahu 15,8 209 336
Sumber : Anderson, 1997

b. Red Clover

Ekstrak Red Clover merupakan sumber fitoestrogen dari tumbuhan


Trifolium pratense yang berfungsi untuk mengurangi keluhan yang timbul seperti
hot flushes, menghambat aktifitas sel-sel perusak tulang, menstabilkan kadar
kholesterol darah, mencegah pengerasan pembuluh darah, dan menghambat
pertumbuhan sel-sel kanker. Selain itu ekstrak Red Clover juga kaya akan
berbagai macam vitamin dan mineral sehingga dapat meningkatkan stamina
tubuh. Tumbuhan Red Clover memiliki 4 macam senyawa Isoflavon (genistein,
daidzein, formononetin, dan biochanin A) yang diperlukan untuk mengatasi

9
keluhan menopause, dengan kadar isoflavon 10 – 20 kali lipat dibandingkan
sumber Isoflavon lainnya sehingga mempunyai daya kerja yang lebih optimal.

c. Black Cohosh

Ekstrak Black Cohosh, merupakan sumber fitoestrogen dari tanaman


Cimicifuga racemosa, bermanfaat mengatasi gejala-gejala menopause seperti
hot flushes, depresi, perubahan emosi, dan vagina yang kering (nature).
Triterpen glikosida banyak terkandung pada tanaman Cimifuga racemosa (sering
disebut sebagai tanaman black cohosh). Tanaman ini tumbuh di hutan-hutan
Amerika Selatan dan sekarang telah diekstraksi serta dikemas menjadi produk
obat untuk menopause.

d. Sereal

Sereal berasal dari kata “ceres”, yaitu nama dewa Yunani untuk
pertanian. Istilah tersebut umumnya digunakan untuk menunjukkan berbagai
jenis tanaman famili rumput-rumputan atau padi-padian yang menghasilkan biji-
bijian dan bisa dimakan. Banyak juga yang mengartikan sereal sebagai biji-bijian.
Istilah sereal juga populer sebagai bahan hidangan sarapan di beberapa negara
maju, khususnya dengan berkembangnya sereal sarapan (breakfast cereals).
Awalnya produk sereal dikembangkan untuk membantu pasien dalam
meningkatkan konsumsi serat pada dietnya. Namun kini, sereal tidak hanya
untuk meningkatkan konsumsi serat, tapi juga dapat meningkatkan kesehatan
dan bahkan dapat menyembuhkan beberapa gejala penyakit.

10
Sebenarnya ada berbagai jenis sereal. Di Indonesia, yang umum dijumpai
adalah beras merah, beras putih, jagung, gandum, dan sorgum . Sedangkan di
negara lainnya yaitu oats, barley, rye, dan millet.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian, sereal ternyata mengandung
berbagai senyawa fitokimia, yaitu senyawa kimia tanaman yang mempunyai
pengaruh positif bagi kesehatan. Contoh senyawa fitokimia itu adalah:
 Lignan : estrogen tanaman (fitoestrogen) yang diduga mampu menekan risiko
penyakit jantung koroner dan telah terbukti bisa menekan
pertumbuhan sel kanker pada binatang percobaan
 Asam fitat : dapat mengurangi kadar gula dalam bahan pangan yang sangat
penting bagi penderita diabetes serta memberikan efek
perlindungan terhadap risiko perkembangan sel kanker kolon (usus
besar)
 Saponin, fitosterol, squalen, orisanol dan tokotrienol : mampu menurunkan
kadar kolesterol dalam darah
 Senyawa-senyawa fenol : berperan sebagai antioksidan yang mampu
mengikat ion-ion radikal bebas sehingga tidak berbahaya bagi
tubuh.

e. Biji Bunga Matahari

Salah satu sumber fitoestrogen adalah biji bunga matahari (sunflower


seeds) yang termasuk famili Compositae, Senyawa fitoestrogen yang terkandung
adalah Coumestans.

11
Dibawah ini adalah sumber dan kandungan fitoestrogen :
Tabel 4. Foods high in phytoestrogen content.
Phytoestrogen food sources Phytoestrogen content (µg/100g)
Flax seed 379380
Soy beans 103920
Tofu 27150.1
Soy yogurt 10275
Sesame seed 8008.1
Flax bread 7540
Multigrain bread 4798.7
Soy milk 2957.2
Hummus 993
Garlic 603.6
Mung bean sprouts 495.1
Dried apricots 444.5
Alfalfa sprouts 441.4
Dried dates 329.5
Sunflower seed 216
Chestnuts 210.2
Olive oil 180.7
Almonds 131.1
Green bean 105.8
Peanuts 34.5
Onion 32
Blueberry 17.5
Corn 9
Coffee, regular 6.3
Watermelon 2.9
Milk, cow 1.2
Source : Thompson, L. U (2006)

12
Tabel 5. Total phytoestrogen and lignan content in vegetables, fruits, nuts and
drinks

Food items Lignan content Total phytoestrogen


(µg/100g) (µg/100g)
Vegetables
Soy bean sprouts 2.2 789.6
Garlic 583.2 603.6
Winter squash 113.3 113.7
Green beans 66.8 105.8
Collards 97.8 101.3
Broccoli 93.9 94.1
Cabbage 79.1 80
Fruits
Dried prunes 177.5 183.5
Peaches 61.8 64.5
Strawberry 48.9 51.6
Raspberry 37.7 47.6
Watermelon 2.9 2.9
Nuts and other legume seeds
Pistachios 198.9 382.5
Chestnuts 186.6 210.2
Walnuts 85.7 139.5
Cashews 99.4 121.9
Hazel nuts 77.1 107.5
Lentils 26.6 36.5
Beverages
Wine, red 37.3 53.9
Tea, green 12 13
Wine, white 8 12.7
Tea, black 8.1 8.9
Coffee, decaf 4.8 5.5
Beer 1.1 2.7
Other
Black bean souce 10.5 5330.3
Black licorice 415.1 862.7
Bread, rye 142.9 146.3
Source : Thompson, L. U (2006)

F. Manfaat Fitoestrogen
Fitoestrogen memiliki manfaat kesehatan termasuk pengurangan
potensial dalam kanker payudara, kanker prostat dan risiko penyakit
kardiovaskular, perlindungan terhadap osteoporosis kemungkinan (keropos

13
tulang) dan gejala menopause. Selain itu, baik fitoestrogen flavonoid dan lignan
memiliki antioksidan aktivitas.
Protein kedelai merupakan komponen terpenting dalam diet penduduk di
wilayah dunia bagian timur dan diketahui merupakan salah satu faktor lingkungan
yang menonjol dalam pencegahan PJK. Hasil penelitian di berbagai populasi di
banyak negara menunjukkan bahwa protein kedelai menurunkan kolesterol
plasma, triasilgliserol dan glukosa darah. Dan berperan sebagai antioksidan
potensial. Konsumsi kedelai juga memperbaiki fungsi endotelial koroner. Efek
hipokolesterolemia dan antioksidan tersebut setidaknnya merupakan bagian dari
komponen dalam kedelai yang disebut isoflavon atau fitoestrogen. Disamping itu,
dapat menurunkan hiperlipoproteinemia dan atherosklerosis dan juga konsumsi
protein nabati memperbaiki beberapa aspek kesehatan pada wanita menopause
tetapi juga memperbaiki kesehatan jantung.

G. Hubungan Fitoestrogen dengan Penyakit


1. Penyakit Kardiovaskular
Ada beberapa bukti untuk mendukung hipotesis bahwa konsumsi
phytoestrogen berkontribusi terhadap insiden penyakit jantung yang lebih rendah
di negara-negara Asia dan vegetarian. Sebuah studi yang dilakukan pada monyet
Rhesus laki-laki dan perempuan telah menunjukkan bahwa hewan baik laki-laki
dan perempuan yang menerima diet kedelai memiliki kadar kolesterol LDL dan
VLDL sebesar 30-40% lebih rendah dari kontrol (yang tidak diberi diet). Kadar
HDL meningkat sebesar 50% pada perempuan dan 20% pada hewan jantan. Hal
ini terjadi karena adanya kandungan isoflavon pada kedelai.
Sebuah studi baru-baru ini wanita postmenopause normolipemic
dilengkapi dengan pil phytoestrogen 40-mg menunjukkan peningkatan 22%
dalam kolesterol HDL dan tidak ada perubahan signifikan dalam parameter
lainnya. Fitoestrogen pada kedelai dapat memberikan manfaat kardioprotektif
melalui efek langsung pada lipid.

2. Osteoporosis
Osteoporosis disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penuaan,
kekurangan hormon, dan diet. Ada beberapa data mengenai kemungkinan peran
phytoestrogen dalam metabolisme tulang dan timbulnya osteoporosis. Diet
kedelai mencegah kehilangan tulang yang signifikan pada tikus ovarectomized
(P <0,001). Ipriflavone (7 isopropoksi-isoflavon), flavonoid sintetik, menghambat

14
perekrutan dan fungsi osteoklas, dan 600 mg / hari telah mencegah keropos
tulang pada radius distal pada osteoporosis wanita postmenopause. Wanita
postmenopause acak yang mengkonsumsi protein kedelai dengan baik 1,39
isoflavon mg total / g protein (ISP), atau 2,25 mg isoflavon total / g protein (ISP +)
selama enam bulan menunjukkan kandungan mineral dan kepadatan tulang
meningkat dengan ISP + dibandingkan dengan kontrol (P <0,005). Kandungan
mineral tulang pada wanita menopause meningkat ketika makan roti yang
diperkaya dengan kandungan kedelai 45 g dibandingkan dengan roti gandum
(kontrol) (P <0,03).

3. Kanker
Insiden penyakit tumor lebih rendah di Asia dan Eropa Timur dari pada
negara-negara Barat dan di antara vegetarian. Kanker payudara, ovarium,
prostat, dan kanker usus besar menunjukkan korelasi yang negatif dengan
asupan sereal dan phytoestrogen ketika membandingkan angka kematian kanker
dan data ketersediaan pangan antar negara.

4. Kanker payudara
Baghurst dan Rohan meneliti hubungan antara serat makanan dan
kanker payudara dalam studi kasus terkontrol dan melaporkan penurunan
progresif dalam risiko kanker payudara. Nilai lignan yang rendah, asupan serat
yang rendah, telah dilaporkan menjadi salah satu faktor terjadinya kanker
payudara.

5. Kanker prostat
Mills melaporkan bahwa peningkatan konsumsi kacang-kacangan,
kacang polong, tomat, dan buah-buahan kering dikaitkan dengan penurunan
signifikan risiko kanker prostat pada laki-laki. Sebuah studi prospektif laki-laki
keturunan Jepang yang tinggal di Hawaii telah menunjukkan risiko kanker prostat
menurun setelah mereka mengkonsumsi beras dan tahu. Dan sebuah studi
imigran Jepang ke Amerika Utara melaporkan peningkatan angka kejadian
kanker prostat yang mendukung hipotesis bahwa perubahan lingkungan,
termasuk pola makan, dapat berdampak pada risiko kanker di kemudian hari,
(Murkies, 1998).

15
BAB III
KESIMPULAN

1. Fitoestrogen merupakan komposisi alami yang ditemukan di tumbuhan yang


memiliki banyak kesamaan dengan estradiol, bentuk alami estrogen yang
paling potensial dimana estrogen merupakan hormon yang diperlukan untuk
melahirkan anak dan terlibat dengan tulang dan kesehatan jantung pada
wanita.
2. Ada tiga kelas utama fitoestrogen; isoflavon, lignan dan coumestans, dimana
semua ini ditemukan pada tumbuhan atau biji-bijian.
3. Tumbuhan yang merupakan sumber fitoestrogen adalah tumbuh-tumbuhan
kacang-kacangan, kedelai, Red Clover dan Black Cohosh.
4. Fitoestrogen memiliki manfaat kesehatan termasuk pengurangan potensial
dalam kanker payudara, kanker prostat dan risiko penyakit kardiovaskular,
perlindungan terhadap osteoporosis kemungkinan (keropos tulang) dan
gejala menopause.

16
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono M.2007. Fitoestrogen untuk Wanita Menopause.


(http://www.kesrepro.info/?q=node/32)

Darmoutomo, Endang.2010. Phytoestrogen. (http://endangadi.wordpress.com/)

Descheemaeker, K dan Ignace Debruyne, 2002. Soy and Health. Clinical


Evidence Dietetic Aplications. Garant.

John son, Ian and G. Williamson. 2003. Phytocemical Functional Foods. CRS
Press. England

Murkies, A, etc, 1998. Phytoestrogens. The Journal of Clinical Endocrinology and


Metabolism (http://jcem.endojournals.org/content/83/2/297.full)

Patisaul, H dan Wendy Jefferson, 2010. The Pros and Cons of Phytoestrogens.
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3074428/)

Phapros.2004. Red Clover: Sumber yang Kaya Akan Isoflavone. (http://www.


ptphapros.co.id/article.php?m=Article&aid=48&lg=in)

Thompson, L. U., Boucher, B. A., Lui, Z., Cotterchio, M., and Kreiger, N. 2006.
Phytoestrogen content of foods consumed in Canada, including
isoflavones, lignans and coumestan. Nutrition and Cancer, 54(2), 184-201.
(http://www.dietaryfiberfood.com/phytoestrogen.php)

Warren, Barbour S.2001. Phytoestrogens and Breast Cancer.


(http://envirocancer.cornell.edu/factsheet/diet/fs1.phyto.cfm)

Anonim. 2011. Diunduh di http://www.chem-isy.org/artikel_kimia


berita/antioksidan_dan_radikal_bebas/. Pada tanggal 1 Desember 2011.

17

Anda mungkin juga menyukai