Anda di halaman 1dari 21

Faringitis et causa Viral

Nurul Akma Binti Mohd Nazri


Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA)
Jalan Arjuna Utara No 6 Jakarta Barat 11470
akma_nazri@yahoo.com
______________________________________________________
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahunnya 40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis.
Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan
atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini, viral faringitis merupakan penyebab utama
seseorang absen bekerja atau sekolah. 1
National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan 200 kunjungan ke dokter tiap
1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena faringitis.1
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi
maupun non infeksi. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang
menderita faringitis. Factor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya
tahan tubuh, konsumsi makanan yang kurang gizi dan konsumsi alcohol yang berlebihan. 2
1.2. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan jurnal ini adalah untuk memenuhi tugas Problem Based
Learning pada blok respirasi 2. Dalam tinjauan pustaka ini dibahas tentang definisi, anamnesis,
pemeriksaan, diagnosis, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, gejala klinis, terapi, pencegahan,
komplikasi dan prognosis dari faringitis.

1.3. Manfaat
Jurnal ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
a. Memberikan informasi tentang Faringitis serta berbagai hal lain yang berhubungan dengan
penyakit ini.
b. Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit Faringitis.
BAB 2. PEMBAHASAN ISI
2.1 Anatomi faring
Faring adalah suatu kantong fibromuskuler yang berbentuk seperti corong dengan bagian
atas yang besar dan bagian bawah yang sempit. Faring merupakan ruang utama traktus
resporatorius dan traktus digestivus. Kantong fibromuskuler ini mulai dari dasar tengkorak dan
terus menyambung ke esophagus hingga setinggi vertebra servikalis ke-6.3-5

Gambar 1. Otot-otot faring dan esofagus.

Aliran limfa dari dinding faring dapat melalui 3 saluran, yakni superior, media dan
inferior. Saluran limfa superior mengaalir ke kelenjar getah bening retrofaring dan kelenjar
getahbening servikal dalam atas. Saluran limfa media mengalir ke kelenjar getah bening
jugulodigastrik dan kelenjar servikal dalam atas, sedangkan saluran limfa inferior mengalir ke
kelenjar getah bening servikal dalam bawah. 3-5
Berdasarkan letaknya maka faring dapat dibagi menjadi Nasofaring, Orofaring
danLaringofaring (Hipofaring). 3-5

Gambar 2. Anatomi nasofaring, orofaring dan hypofaring.

Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang secara klinik mempunyai arti
penting yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring. Dinding anterior ruang retrofaring
(retropharyngeal space) adalah dinding belakang faring yang terdiri dari mukosa faring,
fasiafaringobasilaris dan otot-otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia
prevetebralis. 3-5

2.2 Anamnesis
Didefinisikan sebagai sesi wawancara yang seksama terhadap pasiennya atau keluarga
dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien mendatangi pusat pelayanan kesehatan.
Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap
keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk
diwawancarai.2
Anamnesis yang baik akan terdiri dari:
i.

Identitas nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua
atau suami atau isteri atau penanggungjawab, alamat, pendidikan pekerjaan, suku bangsa
dan agama.

ii.

Keluhan utama keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter
atau mencari pertolongan.

iii.

Riwayat penyakit sekarang riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang


kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan
utama sampai pasien datang berobat.

iv.

Riwayat penyakit dahulu mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan


antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.

v.

Riwayat penyakit dalam keluarga penting untuk mencari kemungkinan penyakit


herediter, familial atau penyakit infeksi.

vi.

Anamnesis susunan sistem mengumpulkan data-data positif dan negatif yang


berhubungan dengan penyakit yang diderita pasien berdasarkan alat tubuh yang sakit.
Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan kebiasaan.2

vii.

Anamnesis kasus:
i.

Jenis kelamin perempuan

ii.

Umur 15 tahun

iii.

Keluhan utama demam, tenggorokan sakit, mata kiri merah, dan merasa seperti berpasir
dalam matanya selama 2 hari.

iv.

Keluhan tambahan 2 minggu sebelumnya, pasien ikut camping bersama temantemannya. Menurut ibu pasien, beberapa temannya juga menderita sakit yang mirip
dengan anaknya.
4

2. 3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan
diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.2
Demam akibat infeksi streptokokus biasanya lebih dari 38,30C. Faringitis dengan
penyebab bakteri dan virus biasanya bertahan dalam waktu 1 minggu, namun faringitis dengan
penyebab noninfeksi biasanya lebih lama. Penting untuk menggali informasi mengenai riwayat
penyakit pasien, seperti alergi, demam reumatik, dan penyakit imunokompromis.
Pemeriksaan fisik yang terutama pada faringitis yaitu pemeriksaan tanda vital dan
pemeriksaan THT. Pada pemeriksaan tenggorokan, dapat ditemukan adanya:

Eksudat dan kemerahan pada tonsil

Bercak kemerahan pada palatum molle, tampakan lidah seperti stroberi dengan papila
yang merah dan lidah yang keputihan

Limfadenopati servikal.3

Pada pemeriksaan paru, dapat ditemukan beberapa tanda klinis pada pasien dengan riwayat
demam reumatik, yaitu pembengkakan sendi, nyeri, nodul subkutan, eritema marginatum, atau
murmur jantung. Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis. 1
Pemeriksaan fisik kasus:
Pada pasien tampak mata kiri merah, tenggorokan merah dan teraba pembesaran kelenjar getah
bening dibelakang telinganya.
2.4 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat berupa:

Kultur swab tenggorokan; merupakan tes gold standard.3 Jenis pemeriksaan ini sering
dilakukan. Namun, pemeriksaan ini tidak bisa membedakan fase infektif dan kolonisasi,
dan membutuhkan waktu selama 24 48 jam untuk mendapatkan hasilnya.2

Tes infeksi jamur, menggunakan slide dengan pewarnaan KOH


5

Tes Monospot, merupakan tes antibodi heterofil. Tes ini digunakan untuk mengetahui
adanya mononukleosis dan dapat mendeteksi penyakit dalam waktu 5 hari hingga 3
minggu setelah infeksi.3

Tes deteksi antigen cepat; tes ini memiliki spesifisitas yang tinggi namun sensitivitasnya
rendah

Heterophile agglutination assay

ELISA2

Adapun pemeriksaan penunjang yang lain dapat membantu dalam penegakkan diagnosis antara
yaitu :

pemeriksaan darah lengkap

GABHS rapid antigen detection test apabila dicurigai faringitis akibat infeksi bakteri
streptococcusgroup A

throat culture

Namun pada umumnya peran diagnostic pada laboratorium dan radiologi terbatas.1
Pemeriksaan penunjang kasus:
Pada pemeriksaan usap tenggorok hanya ditemukan Staphylococcus epidermis.
2.5 Working Diagnosis
Diagnosa
Tujuan utama dari pemeriksaan faringitis yaitu untuk membedakan etiologi dari penyakit
ini. Langkah pemeriksaan utama yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
bagi menegakkan diagnosis faringitis.1
Definisi
Fungsi faring yang terutama adalah ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara dan artikulasi. 3-5
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan.
Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.15

Faringitis Viral
Rhinovirus menimbulkan gejala rhinitis dan beberapa hari kemudian akan
menimbulkanfaringitis. Demam disertai rinorea, mual, nyeri tenggorokan dan sulit menelan.
Pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus, dan
cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular
di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.3,5

Gambar 3. Viral Pharyngitis


Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga menimbulkan gejala konjungtivitis
terutama pada anak. Epstein-Barr virus (EBV) menyebabkan faringitis yang disertai produksi
eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh
terutamaretroservikal dan hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV menimbulkan
keluhan nyeri tenggorok, nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring
hiperemis,terdapat eksudat, limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.3-5

2.6 Diferensial Diagnosis


Faringitis Akut
1

Faringitis Bakterial

Nyeri kepala yang hebat, muntah, kadang-kadang disertai demam dengan suhu yangtinggi dan
jarang disertai dengan batuk. Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dantonsil
hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeripada
penekanan.3,5
Faringitis yang disebabkan oleh bakteri biasanya oleh grup S.pyogenes dengan 515%penyebab faringitis pada orang dewasa. Group A streptococcus merupakan penyebab
faringitisyang utama pada anak-anak berusia 5-15 tahun, ini jarang ditemukan pada anak berusia
<3tahun.Bakteri penyebab faringitis yang lainnya (<1%) antara lain Neisseria
gonorrhoeae,Corynebacterium diptheriae, Corynebacterium ulcerans, Yersinia eneterolitica dan
Treponemapallidum, Mycobacterium tuberculosis. 3,5

Gambar 4. Streptococcal Pharyngitis


8

Faringitis akibat infeksi bakteri streptococcus group A dapat diperkirakan dengan


menggunakan Centor criteria, yaitu :
- demam
- Anterior Cervical lymphadenopathy
- Tonsillar exudates
- absence of cough
Tiap kriteria ini bila dijumpai diberi skor 1. bila skor 0-1 maka pasien tidak mengalami
faringitisakibat infeksi streptococcus group A, bila skor 1-3 maka pasien memiliki kemungkian
40%terinfeksi streptococcus group A dan bila skor 4 pasien memiliki kemungkinan 50%
terinfeksistreptococcus group A. 3,5
Kultur swab tenggorokan, dapat ditemukan kuman Streptococcusm -hemolyticus group
A. Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan
extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat
karenafragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan
sarkolemapada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub
jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus
terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.2,3,5
Tabel 1. Perbedaan faringitis virus dan faringitis bakteri.

Faringitis Virus
Biasanya tidak ditemukan nanah di

Faringitis Bakteri
Sering ditemukan nanah di tenggorokan

tenggorokan
Demam ringan atau tanpa demam
Jumlah sel darah putih normal atau agak

Demam ringan sampai sedang


Jumlah sel darah putih meningkat ringan

meningkat
Kelenjar getah bening normal atau sedikit

sampai sedang
Pembengkakan ringan sampai sedang pada

membesar
Tes apus tenggorokan memberikan hasil

kelenjar getah bening


Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif

negatif
Bakteri tidak tumbuh pada biakan di

untuk strep throat


Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

laboratorium
Pada faringitis akibat bakteri terutama bila diduga penyebabnya streptococcus group A
diberikan antibiotik yaitu Penicillin G Benzatin 50.000 U/kgBB/IM dosis tunggal atau
9

amoksisilin 50mg/kgBB dosis dibagi 3kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500mg
selama 6-10 hari atau eritromisin 4x500mg/hari. Selain antibiotik juga diberikan kortikosteroid
karena steroid telah menunjukan perbaikan klinis karena dapat menekan reaksi inflamasi. Steroid
yang dapat diberikan berupa deksametason 8-16mg/IM sekali dan pada anak-anak 0,080,3mg/kgBB/IM sekali. dan pada pasien dengan faringitis akibat bakteri dapat diberikan
analgetik, antipiretik dan dianjurkan pasien untuk berkumur-kumur dengan menggunakan air
hangat atauantiseptik. 1-3
2

Faringitis Fungal

Keluhan nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih diorofaring
dan mukosa faring lainnya hiperemis.3,5
Faringitis Kronik
Terdapat dua bentuk faringitis kronik yaitu faringitis kronik hiperplastik dan faringitiskronik
atrofi. Faktor predisposisi proses radang kronik di faring adalah rhinitis kronik, sinusitis,iritasi
kronik oleh rokok, minum alcohol, inhalasi uap yang merangsang mukosa faring dan
debu.Faktor lain penyebab terjadinya faringitis kronik adalah pasien yang bernafas melalui
mulutkarena hidungnya tersumbat.3,5
3

Faringitis Kronik Hiperplastik


Pasien mengeluh mula-mula tenggorok kering gatal dan akhirnya batuk yang bereak.Pada

faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak kelenjar
limfa di bawah mukosa faring dan lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa
dinding posterior tidak rata dan berglanular.3,5
Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan terapi lokal dengan melakukan kaustik faring
dengan memakai zat kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik(electro cauter). Pengobatan
simptomatis diberikan obat kumur, jika diperlukan dapat diberikann obat batuk antitusif atau
ekspetoran. Penyakit pada hidung dan sinus paranasal harus diobati. Pada faringitiskronik atrofi
pengobatannya ditujukan pada rhinitis atrofi dan untuk faringitis kronik atrofi hanyaditambahkan
dengan obat kumur dan pasien disuruh menjaga kebersihan mulut. 1-3

10

Faringitis Kronik Atrofi


Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitisatrofi,

udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkanrangsangan


serta infeksi pada faring. Pasien umumnya mengeluhkan tenggorokan kering dantebal seerta
mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lender yangkental dan bila
diangkat tampak mukosa kering. 3,5

Tonsilofaringitis

Definisi

Tonsilofaringitis merupakan peradangan pada tonsil atau faring ataupun keduanya yang
disebabkan oleh bakteri (seperti str. Beta hemolyticus, str. Viridans, dan str. Pyogenes) dan juga
oleh virus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur.1

Etiologi

Tonsilofaringitis biasanya disebabkan oleh virus, lebih sering disebabkan oleh virus common
cold (adenovirus, rhinovirus, influenza, coronavirus, respiratory syncytial virus), tapi kadangkadang disebabkan oleh virus Epstein-Barr, herpes simplex, cytomegalovirus, atau HIV. Sekitar
30% kasus disebabkan oleh bakteri. Group A -hemolytic streptococcus (GABHS) adalah yang
paling sering, namun Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Mycoplasma
pneumoniae, dan Chlamydia pneumoniae juga dapat menjadi penyebab.2

Epidemiologi

Tonsilofaringitis dapat mengenai semua umur, dengan insiden tertinggi pada anak-anak usia 5-15
tahun. Pada anak-anak, Group A streptococcus menyebabkan sekitar 30% kasus tonsilofaringitis
akut, sedangkan pada orang dewasa hanya sekitar 5-10%. Tonsilofaringitis akut yang disebabkan
oleh Group A streptococcus jarang terjadi pada anak berusia 2 tahun ke bawah. 1,3

Patofisiologi
11

Penularan terjadi melalui percikan ludah (droplet infection). Mula-mula kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear.1,3

Gejala Klinis

Gejala yang sering ditemukan ialah suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0C, rasa gatal/kering di
tenggorokan, rasa lesu, rasa nyeri di sendi, odinofagia, tidak nafsu makan (anoreksia) , dan rasa
nyeri di telinga (otalgia). Bila laring terkena, suara akan menjadi serak. Pada kasus yang berat,
penderita dapat menolak untuk makan dan minum melalui mulut.1,3,5
Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis ; terdapat detritus
(tonsilitis folikularis), kadang detritus berdekatan menjadi satu (tonsilitis lakunaris), atau berupa
membran semu. Kelenjar submandibula mambengkak dan nyeri tekan; terutama pada anakanak.1,3

Komplikasi

Pada anak sering menimbulkan komplikasi otitis media akut. Komplikasi tonsilitis akut, dapat
berupa abses peritonsil, abses parafaring, toksemia, ruam kulit akibat stroptokok, septikemia,
otitis media akut, bronkitis, nefritis akut, miokarditis serta artritis.3

Prognosis

Penderita biasanya sembuh dengan pengobatan antibiotik yang tepat. Dapat terjadi infeksi yang
berulang. 3

Laringitis

Definisi

Laringitis adalah peradangan pada laring (pangkal tenggorok). Laring terletak di puncah saluran
udara yang menuju ke paru-paru (trakea) dan mengandung pita suara. 3

Diagnosa

12

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dengan cermin kecil
bersudut seperti yang digunakan dokter gigi, dokter bisa melihat kemerahan dan pembengkakan
pada laring. 3

Etiologi

Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (misalnya
common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak
dan difteri. Laringitis juga bisa terjadi akibat:

Penggunaan suara yang berlebihan


Reaksi alergi
Menghirup iritan (misalnya asap rokok). 3
Gejala

Gejala biasanya berupa perubahan suara berupa serak sampai hilangnya suara. Tenggorokan
terasa gatal dan tidak nyaman. Gejala lainnya yang juga bisa ditemukan:
-

demam

tidak enak badan

kesulitan menelan

sakit tenggorokan. 3

Pembengkakan laring menyebabkan terjadinya gangguan pernafasan.

Pengobatan

Pengobatan pada infeksi oleh virus tergantung kepada gejalanya. Penderita sebaiknya
mengistirahatkan pita suaranya dengan tidak bicara atau bicara dengan berbisik. Menghirup uap
bisa meringankan gejala dan membantu penyembuhan daerah yang meradang.
Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik. 3

Trakeitis bakterialis

Definisi

13

Trakeitis bakterialis, suatu infeksi akut saluran pernapasan atas, tidak melibatkan epiglotis.
Penyakit ini mampu menyebabkan obstruksi jalan pernapasan yang dapat mengancam jiwa.1-3

Epidemiologi

Kebanyakkan penderita berumur kurang dari 3 tahun, walaupun anak yang lebih tua kadangkadang telah terkena. Tidak ada perbedaan jenis kelamin yang jelas pada infeksi atau
keparahannya. 1-3

Etiologi

Staphylococcus aureus adalah patogen yang paling lazim diisolasi. Trakeitis bakteri biasanya
pasca infeksi virus pernapasan yang jelas terutama laringotrakeitis. Trakeitis mungkin
merupakan komplikasi bakteri penyakit virus, bukannya penyakit bakteri primer. 1-3

Gejala

Manifestasi klinisnya khas pada anaktimbul batuk keras dan kasar, tampak sebagai bagian dari
laringotrakeobronkitis. Deman tinggi dan toksisitas dengan kegawatan pernapasan dapat terjadi
segera atau sesudah beberapa hari dari perbaikan yang tampak. 1-3

Patofisiologi

Patologi utama yang tampak adalah pembengkakan mukosa pada setinggi kartilago krikoid yang
dikomplikasi oleh sekresi purulen, kental banyak sekali. 1-3

Diagnosa

Diagnosis didasarkan pada bukti adanya penyakit saluran atas bakteri, yang meliputi leukositosis
sedang dengan banyak bentuk batang, demam tinggi dan sekresi jalan napas purulen dan tidak
adanya tanda-tanda klasik epiglottis. 1-3

Komplikasi

14

Komplikasi trakeitis bakterialis yaitu roentgenogram dada sering menunjukkan bercak infiltrat
dan dapat menampakkan kepadatan lokal. Penyempitan subglottis dan kolom udara trakea yang
terobek-robek kasar seringkali dapat diperlihat secara roentgenogram. Sindrom syok toksik telah
dihubungkan dengan trakeitis. 1-3

Prognosis

Prognosis untuk kebanyakkan penderita sangat baik. 1-3

2.7 Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan akibat infeksi
maupun non infeksi. Banyak microorganism yang dapat menyebabkan faringitis, virus (40-60%)
bakteri (5-40%). Respiratory viruses merupakan penyebab faringitis yang paling
banyak teridentifikasi dengan Rhinovirus(20%) dan coronaviruses(5%). Selain itu juga ada
Influenza virus, Parainfluenza virus, adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2, Coxsackie
virus A,cytomegalovirus dan Epstein-Barr virus (EBV). Selain itu infeksi HIV juga dapat
menyebabkanterjadinya faringitis.1-3,5
Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita
faringitis.Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh,
konsumsimakanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.2

Factor penyebab faringitis viral yang menimbulkan gejala klinis:


a)Virus, 80 % sakit tenggorokan disebabkan oleh virus, dapat menyebabkandemam .
b)Batuk dan pilek. Dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuattenggorokan teriritasi.
c)Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease).
d)Alergi. Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifatkronis (menetap).
e)Merokok. 1-3
15

2.8 Epidemiologi
Setiap tahunnya 40juta orang mengunjungi pusat pelayanan kesehatan karena faringitis.
Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami 3-5 kali infeksi virus pada saluran pernafasan
atas termasuk faringitis. Secara global di dunia ini viral faringitis merupakan penyebab utama
seseorang absen bekerja atau sekolah.
National Ambulatory Medical Care Survey menunjukkan 200 kunjungan ke dokter tiap
1000 populasi antara tahun 1980-1996 adalah karena viral faringitis.
Viral faringitis menyerang semua ras, etnis dan jenis kelamin. Viral faringitis menyerang
anak-anak dan orang dewasa dan lebih sering pada anak-anak. Puncak insidensi bacterial dan
viral faringitis adalah pada anak-anak usia 4-7tahun. Faringitis yang disebabkan infeksi grup
streptococcus jarang dijumpai pada anak berusia <3 tahun.1,9

Frekuensi Faringitis akut memberikan konstribusi 40 juta kunjungan penderita berobat ke


tenaga kesehatan tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak danorang dewasa mengalami
3-5 infeksi saluran nafas atas (termasuk didalamnyafaringitis akut) tiap tahunnya.

Mortalitas

Faringitis akut merupakan salah satu penyebab terbesar absensi anak disekolah dan absensi di
tempat kerja bagi orang dewasa.

Ras faringitis akut mengenai semua golongan ras dan suku bangsa secara merata

Jenis kelamin faringitis akut mengenai kedua jenis kelamin dalam komposisi yang sama

Usia faringitis akut mengenai semua golongan usia, tetapi yang terbesar mengenaianakanak.

Waktu di musim pancaroba suhu udara sering berubah-ubah, tiba-tiba panas, dingin,dan
lembab. Perubahan udara dan temperatur sedikit banyak berpengaruh pada tubuh, karena
tubuh otomatis akan berusaha keras menyesuaikan dengantemperatur sekitar. Saat itu
pula imunitas (daya tahan tubuh terhadap penyebab penyakit) berkurang, yang seringnya
menyebabkan orang sakit dimusim pancaroba. Selain itu temperatur yang berubah-ubah
adalah salah satukondisi yang memacu virus dan bakteri untuk lebih cepat berkembang

16

biak. Jadi lebih banyak orang terserang penyakit di musim pancaroba dibanding dimusim
yang temperaturnya relatif stabil. 3
2.9 Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara
langsungmenginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat
hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi
menebal dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang
berwarnakuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa
folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral,
menjadimeradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus
dapatmenyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.2-4
Pada stadium awal,terdapat hiperemia, edema, dan sekresi yangmeningkat. Eksudat
mula-mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cenderung menjadi
kering dan dapat melekat padadinding faring.Dengan hyperemia, pembuluh darah dinding faring
menjadimelebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning, atau abu-abuterdapat dalam
folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsila, perhatian biasanya difokuskan pada faring,
dan tampak bahwa folikel atau bercak- bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih
ke lateral, menjadimeradang dan membengkak. Terkenanya dinding lateral, jika tersendiri,
disebut sebagai faringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkanadanya tonsila,
hanya faring saja yang terkena.
Tabel 2. Patofisiologi faringitis.

FARINGITIS

Inflama
si

17

Mukosa
kemerahan

Batu
k

Dema
m

Nye
ri

Edema
mukosa
Kesulitan
menelan

Penguap
an
Resti
penularan
Drople
t

Gangguan
nutrisi
Resti deficit volume
cairan

Sputum
mukosa
Pembersihan
jalan nafas
tidak efektif

Kurangnya
pengetahuan

2.10 Manifestasi klinis


Gejala dan tanda yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme
yangmenginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti
lemas,anorexia, suhu tubuh naik, suara serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang
hiperemis,tonsil membesar, pinggir palatum molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang
bawah teraba dan nyeri bila ditekan dan bila dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai
peningkatan laju endap darah dan leukosit.1-3
Tanda dan gejala faringitis akut termasuk membran mukosa sangatmerah dan tonsil
berwarna kemerahan, serta disertai perbesaran serta tekantekan. Demam dan sakit tenggorok
juga bisa timbul. Serak dan batuk bukanhal yang tidak umum. Baik pada infeksi virus maupun
bakteri, gejalanya sama yaitu nyeritenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi
faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna
keputihan atau mengeluarkan nanah.
Gejala lainnya adalah:

demam

pembesaran kelenjar getah bening di leher

peningkatan jumlah sel darah putih.

18

Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri,tetapi lebih
merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri. Kenali gejala umum radang tenggorokan
akibat infeksi virus sebagai berikut:

rasa pedih atau gatal dan kering.

batuk dan bersin.

sedikit demam atau tanpa demam.

suara serak atau parau.

hidung meler dan adanya cairan di belakang hidung.Infeksi bakteri memang tidak
sesering infeksi virus, tetapi dampaknya bisa lebih serius.

2.11 Penatalaksanaan
Pada viral faringitis pasien dianjurkan untuk istirahat, minum yang cukup dan berkumur dengan
air yang hangat. Analgetika diberikan jika perlu. Antivirus metisoprinol (isoprenosine) diberikan
pada infeksi herpes simpleks dengan dosis 60-100mg/kgBB dibagi dalam 4-6kali pemberian/hari
pada orang dewasa dan pada anak <5tahun diberikan 50mg/kgBb dibagi dalam 4-6 kali
pemberian/hari.1-3
2.12 Pencegahan
Beberapa pencegahan dan perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi radang tenggorokan
antara lain :

cukup beristirahat

berkumur dengan air garam hangat beberapa kali sehari

bagi perokok harus berhenti merokok

banyak minum dan hindari makanan yang dapat menyebabkan iritasi

minum antibiotik, dan jika diperlukan dapat minum analgesik.

2.13 Komplikasi

19

Adapun komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media, epiglotitis,


mastoiditis,pneumonia, abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapat terjadi
komplikasi lain berupa septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut. Hal ini
terjadi secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik. 1
2.15 Prognosis
Umumnya prognosis pasien dengan faringitis adalah baik. Pasien dengan faringitis biasanya
sembuh dalam waktu 1-2 minggu. 1-5
BAB 3. KESIMPULAN
Faringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa
tenggorokan.Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil
dan adenoid. Faringitis dapat menular melalui droplet infection dari orang yang menderita
faringitis. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan tubuh,
konsumsimakanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan.Gejala dan tanda yang
ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yangmenginfeksi. Secara garis besar
faringitis menunjukkan tanda dan gejala-gejala seperti lemas,anorexia, suhu tubuh naik, suara
serak, kaku dan sakit pada otot leher, faring yang hiperemis,tonsil membesar, pinggir palatum
molle yang hiperemis, kelenjar limfe pada rahang bawah teraba dan nyeri bila ditekan dan bila
dilakukan pemeriksaan darah mungkin dijumpai peningkatan laju endap darah dan leukosit.
Untuk menegakkan diagnosis faringitis dapat dimulai dari anamnesa yang cermat dan
dilakukan pemeriksaan temperature tubuh dan evaluasi tenggorokan, sinus, telinga, hidung dan
leher. Pada faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat, tonsil yang membesar dan
hiperemis, pembesaran kelenjar getah bening dileher. Terapi faringitis tergantung pada
penyebabnya. Bila penyebabnya adalah bakteri maka diberikan antibiotik dan bila penyebabnya
adalah virus maka cukup diberikan analgetik dan pasien cukup dianjurkan beristirahat dan
mengurangi aktivitasnya. Dengan pengobatan yangadekuat umumnya prognosis pasien dengan
faringitis adalah baik dan umumnya pasien biasanyasembuh dalam waktu 1-2 minggu.
Komplikasi dari faringitis yaitu sinusitis, otitis media,epiglotitis, mastoiditis, pneumonia,
abses peritonsilar, abses retrofaringeal. Selain itu juga dapatterjadi komplikasi lain berupa
20

septikemia, meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut. Hal ini terjadi secara
perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.1-5
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam, Goerge L. Penyakit-penyakit nasofaring dan orofaring. Buku ajar penyakit THT
EGC. Jakarta 2001 ; 7 : 328-29.
2. Berhman, E. Richard dan Victor C.V. Sistem pernafasan: infeksi-infeksi saluran nafas
bagian atas dalam. Nelson ilmu penyakit anak bagian 2. EGC. Jakarta 2006 ; 11: 211-22.
3. Mansjoer, Nizar N.W, Mangunkusumo E. Ilmu penyakit telinga, hidung, dan tenggorok.
Kapita selekta kedokteran. FK UI. 2000 ; 6 : 76-90.
4. Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrisons
Principles of Internal Medicine. Philadelphia: McGraw-Hill; 2008; 17 : 229-45.
5. Acerra J.R. Pharyngitis in Emergency Medicine 2011 diunduh dari
http://emedicine.medscape.com/article_journal/764304-overview#a0199. 16 Juli 2011.

21

Anda mungkin juga menyukai