Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

Endoftalmitis

Disusun Oleh :
Catherine Osho 11-2015-307
Ricky Sunandar 11-2015-

DOSEN PEMBIMBING KLINIK


dr. Erin Arsianti, Sp.M M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA


RS MATA DR. YAP
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA YOGYAKARTA
PERIODE 8 AGUSTUS 10 SEPTEMBER 2016
1

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya
kami dapat menyelesaikan penyusunan referat yang berjudul Endoftalmitis. Referat ini
penulis susun untuk melengkapi tugas di Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu
Kesehatan Mata. Penulis juga ingin berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
konsulen yaitu dr. Erin

Arsianti, Sp.M M.Sc yang telah membimbing selama

kepaniteraan dan membantu dalam menyusun referat ini.


Penulis berharap referat ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak yang ingin
mengetahui sedikit banyak tentang Endoftalmitis. Akhir kata, referat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan permohonan maaf apabila ada
kesalahan dalam isi dan format dari referat ini. Semoga referat ini memberikan manfaat
bagi pembaca.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

1. Anatomi Bola mata


2. Definisi
3. Etiologi
4. Epidemiologi
5. Patofisiologi
6. Jenis-jenis
7. Manifestasi klinis
8. Differential diagnosis
9. Penatalaksanaan
10. Komplikasi
11. Pencegahan
12. Prognosis

4
6
6
7
7
8
12
15
16
18
19
20

BAB III PENUTUP

20

DAFTAR PUSTAKA

21

PENDAHULUAN
Endoftalmitis ditandai dengan peradangan pada rongga intraokular (aquos humor
dan badan vitreous), yang terjadi akibat endogen (penyakit sistemik, sepsis, dll) dan
eksogen (pasca operasi, trauma, dll). Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata
3

termasuk setelah dilakukannya operasi mata yang merupakan faktor risiko masuknya
mikroorganisme ke dalam mata dan yang paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri dan
jamur. Bila peradangan berlanjut maka akan menjadi panoftalmitis mengenai seluruh
jaringan intraokular (bahkan hingga mengenai sklera dan kapsula tenon). 1,2
Diagnosis endoftalmitis selalu berdasarkan kondisi klinis. Ini biasanya ditandai
dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion atau eksudat pada COA, visus
menurun, dan mata merah. 2
Karena hasil pengobatan akhir sangat tergantung pada diagnosis awal, maka penting
untuk melakukan diagnosis sedini mungkin.2
PEMBAHASAN
Anatomi Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir bulat, dengan diameter anteroposterior 24,2mm.
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis), permukaan anterior sklera
(konjungtiva bulbaris)
Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu3:
a

Sklera, pembungkusan fibrosa pelindung mata dari bagian luar, yang hampir seluruhnya
terdiri atas kolagen. Permukaan luar sklera anterior dibungkus sebuah lapisan tipis
jaringan yang disebut episklera. Bagian terdepan sklera disebut kornea yang bersifat
transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. Kornea memiliki 5
lapisan yang berbeda. Lapisan epitel, lapisan bowman, stroma, membran descement
dan lapisan endotel. Endotel cukup rentan terhadap trauma dan kehilanan sel-selnya
seiring dengan penuaan. Kegagalan fungsi endotel dapat menyebabkan edema kornea.
Sumber-sumber nutrisi untuk korena adalah pembuluh darah limbus, humor aqueous
dan air mata.

b Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris, badan siliar dan
koroid. Iris adalah perpanjangan corpus siliaris ke anterior. Pada iris didapatkan pupil
yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu
otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot dilatatur,
sfingter iris dan otot siliar. Ukuran pupil pada prinsipnya ditentukan oleh keseimbangan
4

antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatis yang dihantarkan melalui N. III dan
dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatis. Badan siliar yang terletak di belakang
iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui
trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera.
c

Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai
susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang
akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.3

Gambar 1. Anatomi Bola Mata

Vitreous Humor
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang membentuk dua
pertiga volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh lensa, retina,
dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus dilapisi membran hyaloid yang normalnya
berkontak dengan struktur-struktur berikut: kapsul lensa posterior, serat-serat zonula, pars
plana lapisan epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreus mempertahankan
penempelan yang kuat seumur hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di
belakang ora serrata. Di awal kehidupan, vitreus melekat kuat pada kapsul lensa dan caput
nervi optici, tetapi segera berkurang di kemudian hari. Sesungguhnya fungsi badan kaca
5

sama dengan fungsi cairan mata, yaitu mempertahankan bola mata agar dapat tetap bulat.
Perananya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.3
Vitreus mengandung air sekitar 99%. Sisa 1% meliputi dua komponen, kolagen dan
asam hialuronat, yang memberi bentuk dan konstensi mirip gel pada vitreus karena
kemampuannya mengikat banyak air.3 Kebeningan vitreus disebabkan tidak terdapatnya
pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan vitreus akan
memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi.4
Aqueos Humor
Aqueous humor diproduksi oleh corpus ciliare. Setelah memasuki bilik mata
belakang, aqueous humor melalui pupil dan masuk ke bilik mata depan, kemudian ke
perifer menuju sudut bilik mata depan.4

Definisi
Endoftalmitis adalah inflamasi bola mata yang melibatkan vitreus dan segmen depan, yang
mana pada umumnya dibagi menjadi endoftalmitis eksogen dan endogen.4
Etiologi
Penyebab peradangan pada endoftalmitis :

Endogen : Terjadi akibat penyebaran bakteri, jamur, ataupun parasit dari fokus
infeksi didalam tubuh, yang menyebar secara hematogen ataupun penyakit sistemik

lainnya.
Eksogen : Dapat terjadi akibat trauma tembus (20%) atau infeksi sekunder pada
tindakan yang membuka bola mata (operasi intraokular (62%), setelah filtration
anti-glaucoma surgeries (10%), sedangkan sebagian kecil kasus terjadi setelah
melakukan operasi lainnya (Keratoplasty, vitrectomy, intraokular sekunder
implantasi lensa)).1

Mayoritas kasus endoftalmitis disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang sering adalah
stafilokokus, streptokokus, pneumokokus, pseudomonas, dan bacillus spesies. Bila
endoftalmitis terjadi dalam 2 minggu setelah trauma, maka keadaan ini mungkin
disebabkan karena infeksi bakteri, sedangkan bila gejala terlambat mungkin infeksi
6

disebabkan oleh jamur.1 Jamur yang sering mengakibatkan endoftalmitis supuratif adalah
aktinomises, aspergillus sporothrix, dan kokioides.
Epidemiologi
Operasi katarak adalah yang paling sering dilakukan adalah intraokular surgery.
Sekitar 90% kasus endophthalmitis pascaoperasi berkembang setelah prosedur operasi
katarak. Angka kejadian endoftalmitis, setelah operasi terbuka bola mata di Amerika adalah
5-14% dari semua kasus endoftalmitis1. Sedangkan endoftalmitis yang disebabkan oleh
trauma sekitar 10-30%, dan endoftalmitis yang disebabkan oleh reaksi antibody terhadap
pemasangan lensa yang dianggap sebagai benda asing oleh tubuh adalah 7-31%.3
Di Amerika Serikat, endophthalmitis postcataract adalah bentuk paling umum,
dengan sekitar 0,1-0,3% dari operasi dengan komplikasi tersebut, telah meningkat selama 3
tahun terakhir.5 Meskipun ini adalah sebagian kecil, sejumlah besar operasi katarak
dilakukan setiap tahun sehingga dapat menungkinkan bahwa infeksi ini lebih tinggi.2
Endophthalmitis pasca trauma terjadi pada 4-13% dari semua trauma tembus.
Insiden endophthalmitis dengan perforasi trauma di daerah pedesaan lebih tinggi.2
Secara endogen, endoftalmitis dapat terjadi melalui penyebaran bakteri lewat aliran
darah atau jamur saat septikemia. Risiko terjadinya endoftalmitis endogen meningkat pada
pasien dengan infeksi kronis, diabetes atau gagal ginjal kronis dan gangguan sistem imun.
Berhubungan dengan pemilihan material lensa, terdapat studi yang melaporkan bahwa
lensa intraokular dengan bahan silikon dan polymethyl methacrylate memiliki risiko 3-4
kali lebih besar untuk terkena endoftalmitis dibandingkan dengan lensa acrylic, namun ada
juga beberapa laporan yang mengatakan tidak adanya hubungan kejadian endoftalmitis
dengan bahan lensa.4
Patofisiologi Endoftalmitis
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan
ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam endophthalmitis endogen,
mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh invasi
langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium vaskular yang
disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan jaringan intraokular
7

dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme dan atau dari mediator
inflamasi dari respon kekebalan. Hal ini terjadi ketika mikroorganisme dalam aliran darah
masuk ke mata, melewati sawar darah-retina, dan menginfeksi jaringan okular. Karena
aliran darah yang lebih tinggi, choroids dan badan ciliary adalah fokus utama infeksi pada
mata dengan keterlibatan hal sekunder yaitu retina dan vitreous.5
Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris, retina,
atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular, mengarah
kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan dapat menyebar
ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata
dapat menyebabkan endophthalmitis eksogen.5
Secara historis, pengobatan endophthalmitis eksogen adalah terutama terdiri dari
antibiotik intravena,1 Namun demikian, antibiotik sistemik diberikan paling tidak cukup
untuk mencapai intraokular dengan konsentrasi tinggi terutama pengobatan infeksi
intraokular berat seperti endophthalmitis. Cara yang lebih efektif untuk mencapai
konsentrasi tinggi dari zat antimikroba dalam mata dan jaringan yang terinfeksi adalah
aplikasi obat intravitreal. Oleh karena itu, injeksi intravitreal antibiotik telah menjadi
metode utama dalam pengobatan eksogen endophthalmitis.5

Jenis-Jenis Endoftalmitis
Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak
Merupakan bentuk yang paling sering dari endoftalmitis, dan hampir selalu
disebabkan oleh infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi dapat muncul dalam waktu satu
sampai dengan enam minggu dari operasi. Namun, dalam 75-80% kasus muncul di minggu
pertama pasca operasi. Sekitar 56-90% dari bakteri yang menyebabkan endoftalmitis akut
adalah gram positif, dimana yang paling sering adalah Staphylococcus epidermis,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada pasien dengan endoftalmitis akut pasca
operasi biasa ditemui Injeksi silier, hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan
kelopak mata, fotofobia, penurunan visus dan kekeruhan vitreus.6

Gambar 2 Endoftalmitis Akut Pasca Bedah Katarak

Endoftalmitis Pseudofaki Kronik


Endoftalmitis pseudofaki kronik biasanya berkembang empat minggu hingga enam
minggu. Biasanya, keluhan pasien ringan dengan tanda-tanda mata merah, penurunan
ketajaman visus dan adanya fotofobia. Sedangkan tanda-tanda yang dapat ditemui yaitu
adanya eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat dapat diamati, dihubungkan
dengan adanya hipopion dan tanda-tanda moderat dari kekeruhan dan opacity dalam
vitreous body .
Salah satu yang khas dari endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya plak kapsul
putih dan secara proporsional tingkat kekeruhan badan vitreous yang lebih rendah
dibandingkan dengan endophthalmitis akut. Hal ini dianggap bahwa penyebab
endoftalmitis pseudofaki kronik adalah adanya beberapa bakteri yang memiliki virulensi
rendah, dengan tanda-tanda inflammation yang berjalan lambat. Frekuensi paling sering
yang menjadi penyebab dari chronic endiphthalmitis adalah Propionibacterium acnes dan
Corynebacterium species.7

Gambar 3 Endoftalmitis Pseudofaki Kronik


Endoftalmitis Pasca Operasi Filtrasi Antiglaukoma
Diantara semua kasus endoftalmitis pasca operasi, komplikasi ini terjadi pasca
operasi filtrasi antiglaukoma yang terjadi sebanyak 10% dari kasus. Dari total jumlah kasus
dengan operasi filtrasi antiglaukoma, endoftalmitis terjadi dalam persentase yang sama
seperti di Katarak (0,1%). Trabeculectomy dan trepanotrabeculectomy, sebagai metode
yang tersering, membentuk

filtrasi fistula yang mengarahkan cairan ke ruang bawah

konjungtiva. Akumulasi cairan ini memungkinkan menjadi tempat peradangan yang dapat
disebabkan oleh inokulasi bakteri selama operasi, atau bisa terjadi selama periode pasca
operasi. Tanda-tanda endoftalmitis muncul empat minggu setelah operasi pada 19% pasien,
atau bahkan kemudian dalam sebagian besar kasus. Infeksi juga dapat terjadi satu tahun
berikutnya setelah operasi. Manfestasi klinis yang terjadi sangat mirip dengan salah satu
endoftalmitis akut dengan tanda-tanda kumpulan pus di tempat akumulasi cairan dan
kerusakan nekrotik dari sclera sebagai konsekuensi dari efek toksik. Bakteri penyebab
paling umum adalah jenis Streptococcus dan Staphylococcus aureus, disamping itu
Haemophilus influenza juga menjadi salah satu penyebabnya.8
Endoftalmitis Pasca Trauma
Setelah terjadinya cedera mata, endoftalmitis terjadi dalam persentase tinggi (20%),
terutama jika cedera ini terkait dengan adanya benda asing intraokular. Dengan temuan
klinis berupa luka perforasi, infeksi berkembang sangat cepat. Tanda-tanda infeksi biasanya
berkembang segera setelah cedera, tapi biasanya diikuti oleh reaksi post-traumatic jaringan
mata yang rusak. Informasi yang sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien
berasal dari lingkungan pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih
sering diikuti oleh endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan
perkotaan. (11%). Secara klinis, Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit,
10

hiperemi ciliary, gambaran hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam kasus
endoftalmitis pasca-trauma, agen causative paling umum adalah bakteri dari kelompok
Bacillus dan Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatik, khususnya dengan
masuknya benda asing, sangat

penting untuk dilakukan vitrekomi sesegera mungkin,

dengan membuang benda asing intraokular dan aplikasi terapi antibiotik yang tepat.9
Endoftalmitis Endogen
Pada bentuk endoftalmitis ini tidak ada riwayat operasi mata ataupun trauma mata.
Biasanya ada beberapa penyakit sistemik yang mempengaruhi, baik melalui penurunan
mekanisme pertahanan host atau adanya fokus sebagai tempat potensial terjadinya infeksi.
Dalam kelompok ini penyebab tersering adalah; adanya septicaemia, pasien dengan
imunitas lemah, penggunaan catethers dan Kanula intravena kronis. Agen bakteri yang
biasanya menyebabkan endoftalmitis endogen adalah Staphylococcus aureus, Escherichia
coli dan spesies Streptococcus. Namun, agen yang paling sering menyebabkan
Endoftalmitis endogen adalah jamur (62%), gram positive bakteri (33%), dan gram negatif
bakteri dalam 5% dari kasus.9

Gambar 4 Endoftalmitis Endogen

Fungal Endoftalmitis
Fungal endoftalmitis dapat berkembang melalui trauma atau prosedur bedah
dengan inokulasi langsung ke ruang anterior atau vitreous body, atau transmisi secara
hematogen dalam bentuk candidemia. Tidak seperti fungal chorioretinitis yang disebabkan
11

oleh kandidiasis, yang disertai dengan tanda peradangan minimal pada vitreous body,
fungal endoftalmitis merupakan penyakit serius. Dapat ditemukan masa putih abu-abu,
hipopion ringan, bentuk abses satelit dalam badan kaca dengan proyeksi sinar masih baik.
Biasanya fungal endoftalmitis berhubungan dengan penggunaan antibiotik broadspectrum,
steroid, cvc dan pasien dengan penggunaan obat intravena. Pada fungal keratitis yang
disebabkan fungi apportunistik dapat menyebar ke bagian dalam mata sehingga
menyebabkan

fungal

endoftalmitis.

Gejala

klinis

fungal

endoftalmitis

adalah

perkembangan gambaran putih kekuningan yang bersifat fokal atau difus.5

Gambar 5 Fungal Endoftalmitis

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif
yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Secara
umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah1,3,4:
- Fotofobia
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka:
Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai dengan atau
tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya kemungkinan
12

penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu di anamnesis


mengenai ada atau tidaknya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya. Penyakit yang
merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah diabetes melitus,
AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan
beberapa penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis endogen akibat
penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokorditis, infeksi saluran kemih,
infeksi paru-paru dan pielonefritis3. untuk endoftalmitis fakoanafilaktik, dapat ditanyakan
tentang adanya riwayat segala subjektif katarak yang diderita pasien sebelumnya.
Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang
terkena dan derajat infeksi/peradangan2. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan
luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat berupa3:
- Udem Palpebra Superior
- reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis
- Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva
- Udem Kornea
- Kornea keruh
- keratik presipitat
- Bilik mata depan keruh
- Hipopion
- Kekeruhan vitreus
- Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun hilang sama
sekali.
Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca ditemukan masa putih
abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar
yang baik1.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium

13

Endoftalmitis eksogen: sampel vitreous (vitreous tap) diambil untuk diteliti


mikroorganisme penyebab dari endoftalmitis.

Endoftalmitis endogen: darah lengkap dan kimia darah mengetahui sumber infeksi

Studi Imaging

B-scan (USG): tentukan apakah ada keterlibatan peradangan vitreous. Hal ini juga
penting untuk mengetahui dari ablasi retina dan Choroidal, yang nantinya penting
dalam pengelolaan dan prognosis.

Chest x-ray - Mengevaluasi untuk sumber infeksi

USG Jantung - Mengevaluasi untuk endokarditis sebagai sumber infeksi

Prosedur Diagnosa (evaluasi ophtalmologi)

Periksa visus

Slit lamp

Tekanan intraokular

Melebar funduscopy

Ultrasonografi.1,3

Diagnosis
Pedoman diagnostik endoftalmitis akut virulen menurut ESCRS Multisenter Study, apabila
pasien dengan keluhan:

nyeri, kabur, kelopak mata bengkak, adanya radang pada konjungtiva, kornea
edema kadang dengan infiltrat atau abses cincin, bilik mata depan yang berkabut
penuh dengan cell, hipopion atau klot fibrin, afferent pupillary defect, vitreous
berkabut, keteribatan segmen posterior dengan retinitis, ada atau retinal periplebitis,
retina edem dan edem papil.
14

Tidak adanya refleks fundus merupakan penanda buruk untuk keadaan vitreous,
dimana kekeruhan anterior merupakan tanda proses awal adanya inflamasi. Bila
pada pemeriksaan pupil dengan transluminasi sklera, ada reflek fundus dapat
menjadi petunjuk lebih baik pada kasus ini.

Segera lakukan USG B scan untuk melihat adanya vitritis dan ablasio retina. Kemudian
buat diagnosis klinis endoftalmitis, waspadai keterlambatan diagnosis dengan mencoba
tetes kortikosteroid. Sadari bahwa hal ini adalah keadaan gawat darurat. Lakukan
pengambilan cairan intravitreal dalam 1 jam, kirim cairan aquous dan vitreous untuk
pemeriksaan gram dan kultur serta PCR. Gunakan antibiotik secara empiris dan
deksametason.4
Pedoman diagnostik endoftalmitis kronik menurut ESCRS Multisenter Study,apabila
pasien menderita keluhan:

Nyeri, kabur, kamera okili anterior berkabut penuh dengan cell, rekuren hipopion
uveitis yang gagal dengan steroid, plak pada kapsular bag, vitreous berkabut.

Lakukan pemeriksaan USG B scan untuk meliat adanya vitritis atau ablasioretina, buat
diagnosis klinis endoftalmitis kronik. Ambil cairan aquous dan viterous untuk pemeriksaan
mikrobiologi. Jika keputusannya adalah pengambilan IOL, kirim fragmen kasul untuk
pemeriksaan mikrobiologi dan histopatologi untuk mengetahui ada tidaknya bakteri
intraseluler.4

Diagnosis Banding
Endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri dan jamur seringkali sulit untuk
dibedakan dengan peradangan intraokular lainnya. Peradangan berlebihan tanpa
endoftalmitis sering ditemui pasca operasi yang rumit, uveitis yang sudah ada sebelumnya
dan keratitis, diabetes, terapi glaucoma, dan bedah sebelumnya. Toxic anterior segment
syndrome (TASS) juga termasuk dalam diagnosis diferensial endoftalmitis. TASS
disebabkan oleh pengenalan substansi zat beracun selama operasi yang umumnya
disebabkan oleh instrumen, cairan, atau lensa intraokular. Keratitis dan infeksi pasca
operasi sering disertai dengan hipopion tanpa infeksi intraokular. Ini penting untuk
15

menghindari memperkenalkan infeksi eksternal (seperti dalam kasus keratitis bakteri) ke


mata dengan melakukan paracentesis yang tidak perlu. Sel tumor dari limfoma mungkin
menumpuk di vitreous, atau sel retinoblastoma dapat terakumulasi di ruang depan, simulasi
perandangan intraokular. Pada retinoblastoma intraokular biopsi merupakan kontraindikasi.
Karakteristik yang paling membantu untuk membedakan endoftalmitis yang benar adalah
bahwa vitritis ini progresif dan keluar dari proporsi lain temuan segmen anterior. Jika ragu,
dokter harus menangani kondisi ini sebagai suatu proses infeksi.10

Penatalaksanaan
Medikamentosa
Keadaan

visus

yang

buruk

pada

endoftalmitis,

dikarenakan

virulensi

mikroorganisme penyebab yang memiliki enzim proteolitik dan produk toksin yang dapat
merusak retina, serta kemampuan multiplikasi yang cepat, juga jarak antara ditegakkannya
diagnosis sampai pada saat terapi diberikan. Oleh karena itu pengobatan ditujukan bukan
untuk memperbaiki visus, tapi untuk mengatasi proses inflamasi yang terjadi, serta
membatasi infeksi agar tidak terjadi penyulit dan keadaan yang lebih berat. Teknik
pengobatan pada endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai pemberian antibiotik
empiris yang sudah terbukti efektif terhadap organisme spesifik yang diduga secara
intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang diketahui. Pada endoftalmitis yang disebabkan
oleh bakteri, terapi obat-obatan secara intraviteral merupakan langkah pertama yang
diambil. Pemberian antibiotik dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada,
dan antibiotik yang sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik yang
dapat diberikan dapat berupa antibiotik yang bekerja terhadap membran set, seperti
golongan penicilin, Cephalosporin dengan antibiotik yang dapat menghambat sintesa
protein dengan reseptor ribosomal, seperti golongan Chloramphenicol, Aminoglycosida.3
Antibiotik tersebut dapat diberikan secara tunggal ataupun kombinasi. Kombinasi yang
dianjurkan adalah gabunan antara golongan aminoglikosida. Pilihan kombinasi tersebut
merupakan yang terbaik, karena:

Toksisitas minimal terhadap retina dan jaringan ocular


16

Kombinasi tersebut lebih memiliki arti klinis dibandingkan pemberian antibiotic

tunggal maupun kombinasi lainnya.


Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan jaringan intraokular
yang luas, karena kadang mikroorganisme sulit di identifikasi dari endoftalmitis.

Biasanya endoftalmitis fungal terdiagnosis bila respon pasien setelah pemberian antibiotik
dosis tunggal atau kombinasi tidak ada. Ataupun ditemukan faktor-faktor predisposisi
seperti, pasien sedang dalam pengobatan antibiotik spektrum luas dalam jangka waktu
lama, pasien menderita keganasan ataupun dalam keadaan imunitas yang buruk.
Tabel . Tabel dosis antifungi okular
Antibiotik

Sistemik (mg)

Topikal

Subkonjungtiva

Amtoferisin
Econazol

(%)
0.25-0.5 mg/kg/hr IV
0.1-0.5
30 mg/kg/hr IV 200 mg 1

0.75
5-10

(mg)
0.005-0.01
-

Clotrimazol
Fluconazol
Flucitosin
Itrakonazol
Ketokonazol
Terconazol

PO
60-100 mg/kg/hr PO
50-400 mg/kg/hr PO/IV
0.125-0.5 g/6jPO/IM
50-150 mg/kg/hr PO
200-1200 mg/hr PO
-

0.1
0.1
0.001
0.54
10

1
1
1
-

(mg)

Intravitreal

Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi yang disertai eksudet
dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini penting untuk endoftalmitis,
karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi, dimana prognosis visusnya dipengaruhi
oleh inflamasi yang terus berlanjut. Sampai saat ini pemberian kortikosteroid pada
endoftalmitis masih kontroversi walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil
yang memuaskan dari pemberian Dexamethason dalam menghambat reaksi inflamasi dan
reaksi imun abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata3. Dexamethason
dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis 400ug dan 1 mg secara intraokular sebagai
profilaksis.3

17

Pemberian Sikloplegik dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi aliran
darah pada mata, mencegah dan melepas sineksia serta mengistirahatkan iris dan benda
siliar yang sedang mengalami infeksi.
Non Medikamentosa
Perlu dijelaskan bahwa:11
a.

Penyakit yang diderita memiliki prognosa yang buruk yang mengancam bola

b.

mata dan nyawa apabila tidak tertangani.


Penyakit tersebut dapat mengenai mata satunya, sehingga perlu dilakukan
pengawasan yang ketat tentang adanya tanda-tanda inflamasi pada mata seperti
mata merah, bengkak, turunnya tajam penglihatan, kotoran pada mata untuk

c.

segera diperiksakan ke dokter mata.


Penderita menderita diabetes yang memerlukan pengontrolan yang ketat baik
secara diet maupun medikamentosa. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi
hiperglikemia akan meningkat resiko terjadinya bakteremia yang dapat
menyerang mata satunya, atau bahkan dapat berakibat fatal jika menyebar ke

d.

otak.
Perlunya menjaga kebersihan gigi mulut, sistem saluran kencing yang
memungkinkan menjadi fokal infeksi dari endoftalmitis endogen.

Operatif
Pada kasus yang berat dapat dilakukan Vitrektomi Pars Plana, yang bertujuan untuk
mengeluarkan organisme beserta produk toksin dan enzim proteolitiknya yang berada
dalam vitreous, meningkatkan distribusi antibiotik dan mengeluarkan membrane siklitik
yang terbentuk, yang potensial menimbulkan ablasi, serta mengembalikan kejernihan
vitreous.10
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi jika proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata (retina,
koroid dan sklera) dan vitreus dapat menyebabkan panoftalmitis. Panoftalmitis merupakan
radang supuratif intraokular disertai dengan radang jaringan ekstraokular atau kapsul tenon
dan jaringan ikat jarang didalam rongga orbita. Penyebabnya terutama akibat perforasi
18

operasi yang disertai infeksi. Pasien dengan panoftalmitis akan terlihat sakit, mengggigil
disertai demam, sakit kepala berat. Pada mata akan terlihat kornea yang sangat keruh dan
berwarna sangat keruh dan berwarna kuning, hipopion, badan kaca dengan massa purulen
massif disertai reflex kuning didalamnya, konjungtiva dan kelopak mata kemotik dan
hiperemis.12,13
Berikut ini merupakan perbedaan endoftalmitis dan panoftalmitis:13
Tabel . Perbedaan endotalmitis dan panoftalmitis
Gambaran Klinis

Endoftalmitis

Panoftalmitis

Radang

Intraokuler

Intraokuler, Intraorbita

Demam

Tidak nyata

Nyata

Ada

Berat

Masih dapat bergerak

Sakit, tidak dapat bergerak

Eksoftalmus

Tidak ada

Mata menonjol

Bedah

Eviserasi

Enukleasi

Sakit bola mata


Pergerakan bola mata

Pencegahan
Karena permukaan ocular dan adneksa adalah sumber utama bakteri pada kasus
endoftalmitis eksogen, rasio endoftalmitis postopertif secara teori dapat dikurangi dengan
mengurangi flora pada permukaan ocular. Pemberian topical solusio povidone iodine 5%
pada permukaan konjungtiva dapat mengurangi koloni bakteri konjungtiva secara
signifikan. Pegurangan dari organisme konjungtiva juga dapat ditambah dengan pemberian
antibiotik spectrum luas yang diberikan 3 hari secara topical. Tindakan pencegahan
tambahan seperti menutup seluruh bulu mata dengan drape plastic steril, teknik bedah yang
teliti, meliputi penutupan luka yang hati-hati, dan teknik aseptic. Meminimalisir
penumpukan cairan yang berlebihan disekitar luka juga dapat membantu.14
Prognosis
Endoftalmitis endogen lebih buruk daripada endoftalmitis eksogen karena berhubungan
langsung dengan tipe organism, tingkat virulensi, daya tahan tubuh penderita dan

19

keterlambatan diagnosis. Endoftalmitis yang diterapi dengan vitrektomi, 74% pasien


mendapat perbaikan visus sampai 6/30.10

PENUTUP
Kesimpulan
Endoftalmitis adalah adanya peradangan hebat intraocular, terjadi yang diakibatkan dari
bakteri, jamur, atau keduanya. Tanda dan gejala yang ditunjukkan antara lain adanya
penurunan visus, hiperemi konjungtiva, nyeri, pembengkakan, dan hipopion. Konjungtiva
kemosis dan edema kornea. Sedangkan jenis dari endoftalmitis ini sendiri terbagi atas
endoftalmitis

eksogen,

endoftalmitis

endogen

dan

endoftalmitis

fakoanafilaktik.

Pemeriksaan penunjang untuk endoftalmitis adalah vitreus tap untuk mengetahui organism
penyebab sehingga terapi yan diberikan sesuai. Terapi operatif (vitrectomy) dilakukan pada
endoftalmitis berat. Prognosis dari endoftalmitis sendiri bergantung durasi dari
endoftalmitis, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan, virulensi bakteri dan
keparahan dari trauma. Diagnosa yang tepat dalam waktu cepat dengan tatalaksana yang
tepat mampu meningkatkan angka kesembuhan endoftalmitis.

DAFTAR PUSTAKA
1. Daniel J Egan, MD. Endophthalmitis. Associate Attending Physician, Associate
Residency Director, Department of Emergency Medicine, St Luke's Roosevelt
20

Hospital Center; Assistant Professor of Clinical Medicine, Columbia University


College of Physicians and Surgeons.2015;28(3):259-67
2. Englander M, Chen TC, Paschalis EI, Miller JW, Kim IK. Intravitreal injections at
the Massachusetts Eye and Ear Infirmary: analysis of treatment indications and
postinjection endophthalmitis rates. Br J Ophthalmol. 2013:604-28
3. Ilyas, S.H. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke -3. Jakarta;Balai

Penerbit

FKUI:2010.hal.175-8.
4. Hartono, Suhardjo SU, Ilmu Kesehatan Mata. Yogyakarta;Bagian Ilmu Kesehatan
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada:2012.hal.59-64
5. Vilela, Rubens C; Vilela, Luiza; Vilela, Priscila; Vilela, Raquel; Motta, Roberta;
dkk. International Ophthalmology 34.3 (Jun 2014): 707-21.
6. Smith SR, Kroll AJ, Lou PL, Ryan EA. Endogenousbacterial and fungal
endophthalmitis. Int OphthalmolClin 2007;47(2):173-83.
7. Trofa D, Gcser A, Nosanchuk JD. Candida parapsilosis,an emerging fungal
pathogen. Clin Microbiol Rev 2008;21(4):606-25.
8. Maguire JI. Postoperative endophthalmitis: optimal management and the role and
timing of vitrectomy surgery. Eye 2008;22(10):1290-300.
9. Lunstrom M, Wejde G, Stenevi U. Endophthalmitis after cataract surgery: a
nationwide prospective study avaluating incidence in relation to incision type and
location. Ophthalmology 2007;114: 1004-9.
10. Riordan-Eva P, Whitcher J. Vaughan & Asburys general ophthalmology: Wiley
Online Library; 2008.
11. Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistence: Are opthtalmologists
the villiaris? The heroes? Am I Ophtalmologists? 2001.h.131:3:371-6.
12. Rao N, Cousins S, Forster D, Meisler D, Opremcap E, Turgeon P. intraocular
inflammation and uveitis. Basic and Clinical Science Course. San Francisco:
American Academy of Ophthalmology; 1997-1998.h.1997;9:57-80.
13. Sidarta I. Ilmu penyakit mata, edisi ke 4, cetakan ke 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2012.
14. Schlossberg D. Clinical infectious disease, edisi ke-2. United Kingdom : Cambridge

University Press; 2015.h.113-4

21

Anda mungkin juga menyukai