Anda di halaman 1dari 11

Portofolio

PORTOFOLIO MEDIS
GASTROENTERITIS AKUT
PENEGAKKAN DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
Gastroenteritis Akut

Disusun oleh:
dr. Melly

Pendamping:
dr. Afprimadhona

Wahana :
IGD RSUD Sejiran Setason

KOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN
BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN RI

1
HALAMAN PENGESAHAN
Portofolio

Dengan Judul :

GASTROENTERITIS AKUT
PENEGAKKAN DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
Gastroenteritis Akut

Oleh :
dr. Melly

Pendamping:
dr. Afprimadhona

Wahana :
IGD RSUD Sejiran Setason

Bangka Barat, 23 Mei 2019


Pendamping

dr. Afprimadhona

2
Nama Peserta : dr. Melly
Nama Wahana : RSUD Sejiran Setason
Topik : Gastroenteritis Akut
Tanggal (kasus) : 30 April 2019
Nama Pasien : An. F No RM : 10.21.82
Tanggal Presentasi : 23 Mei 2019 Pendamping : dr. Afprimadhona
Tempat Presentasi : IGD RSUD SEJIRAN SETASON
Objektif Presentasi :
Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus  Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil
□ Deskripsi : An. F, 11 Bulan, dibawa dengan keluhan BAB cair > 10x/hari
□ Tujuan : Mendiagnosis dan menatatalaksana Gastroenteritis Akut
Bahan
□ Tinjauan Pustaka □ Riset Kasus □ Audit
Bahasan :
Cara
□ Diskusi Presentasi dan Diskusi □ E-mail □ Pos
Membahas :
Data Pasien : Nama : An. F, laki-laki, 11 Bulan No. Registrasi : 10.21.82
Nama Klinik : RSUD Sejiran Setason Telp : Terdaftar sejak:
Data Utama untuk Bahan Diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Ibu os mengatakan sejak +2 hari SMRS os mengalami BAB cair, frekuensi> 10x/hari
banyaknya ¼ gelas belimbing, air > ampas, darah tidak ada, lendir tidak ada. Ibu os
mengatakan ±4 hari SMRS os mengalami muntah terlebih dahulu, frekuensi 3-4x, banyaknya
¼ gelas belimbing, isi apa yang dimakan dan diminum, tidak menyemprot. Sejak ± 1 har
SMRS ibu os mengatakan anak sedikit panas. Batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-), kejang (-)
mimisan (-). Ibu os mengatakan os terlihat sangat haus dan rewel. BAK tidak ada keluhan
frekuensi ganti popok masih seperti biasa. Os kemudian dibawa keluarga ke IGD RSUD
Sejiran Setason
2. Riwayat Pengobatan
- Os sudah diberi sirup penurun panas
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit
Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal
4. Riwayat Keluarga
Riwayat sakit dengan keluhan yang sama disangkal
5. Lain-lain
-
Daftar Pustaka :
1. Panduan Praktek Klinin (PPK) Divisi Gastrohepatologi.Departemen Kesehatan Anak. RSUP

3
Dr.Mohammad Hoesin Palembang.2014
2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1998. hal 283-293.
3. Alfa, Yasmar. 2010. Diare Akut Pada Anak. Bandung : SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
UNPAD/RSHS.
4. Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan Kemenkes RI. Pengendalian
Diare di Indonesia. Buletin Diare Kementrian Kesehatan RI. Jakarta.2011. hal 1-33.

Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis gastroenteritis akut
2. Melakukan penatalaksanaan terhadap gastroenteritis akut

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :
Keluhan Utama
Pasien mengeluh BAB cair > 10x/hari

2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Kesadaran : compos mentis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Berat badan : 8,8 kg
Panjang Badan : 75 cm
Keadaan gizi : Gizi Baik
Frekuensi nadi : 138 x/ menit, reguler, isi cukup.
Frekuensi nafas : 32 x/menit
Suhu : 37,7 oC
Kepala
Bentuk : Normosefali, simetris, dismorfik (-), UUB cekung (+)
Mata : Cekung (+/+), air mata (+/+), pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya +/+,
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-)
Telinga : Sekret (-)

4
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (+), sianosis (-)
Tenggorokan: Faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 normal
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi -/-
Auskultasi: Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-).
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Auskultasi: HR: 138 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : redup, batas jantung dalam batas normal
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Auskultasi: Bising usus (+) meningkat
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, cubitan kulit perut kembali lambat > 2
detik, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Lipat paha dan genitalia: Pembesaran KGB (-), eritema perianal (-), prolaps ani (-)
Ekstremitas: Akral hangat, edema (-)

Laboratorium:
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 12,8 g/dL L: 13,5-17,5 P: 12-16
Hematokrit 39 % L: 40-48 P: 37-43
Eritrosit 4,35 juta L: 4,6-6,2 P:4,2-5,4
Trombosit 315.000 /mm3 150.000 – 400.000
Leukosit 9.500 /uL 4.000 – 10.000

3. Assessment :
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya, lebih dari 200 gram atau
200 ml/24 jam. Menurut WHO, diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x sehari baik

5
disertai lendir dan darah maupun tidak. Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak
lebih dari 3 kali per hari, disertai dengan perubahan konsitensi tinja menjadi cair dengan atau
tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari satu minggu.
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden tetinggi
terjadi pada kelompok umur 6 – 11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI.
Pola ini menggambarakan kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya
kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan
kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana keberihan (MCK),
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang
tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik, gizi buruk, imunodefisiensi,
berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4
minggu terakhir dan faktor genetik.
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan
parasit.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion
natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah.
Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolic, dan hipokalemia. Dehidrasi
merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps
kardiovaskular dan kematian bila tidak diobati dengan tepat. Menurut derajat dehidrasinya
bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, dehidrasi berat.
Pada anamnesis perlu ditanyakan lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja,
warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah ditanyakan juga volume dan
frekuensinya; kencing seperti biasa, berkurang, jarang atau tidak kencing dalam 6-8 jam
terakhir; makanan dan minuman yang diberikan selama diare; adakah panas atau penyakit
lain yang menyertai (seperti batuk, pilek, otitis media, campak), tindakan yang telah
dilakukan ibu selama anak diare (memberi oralit, membawa berobat ke puskesmas atau ke
rumah sakit dan obat-obatan yang diberikan), serta riwayat imunisasinya.
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut
jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda dehidrasi,
seperti ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air
mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah.

6
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus
yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena
perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
Penilaian A B C
Lihat:
Keadaan umum Baik,sadar *Gelisah,rewel
*lesu,lunglai/tidak
sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Kering
Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering
Rasa haus Minum biasa, tidak *haus ingin minum *malas minum atau
haus banyak tidak bisa minum
Periksa: turgor Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat
kulit lambat
Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi berat
ringan/sedang Bila ada 1 tanda*
Bila ada 1 tanda* ditambah 1 atau lebih
ditambah 1 atau tanda lain
lebih tanda lain
Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C
Tabel 3. Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi
berat, seperti pemeriksaan darah lengkap, kultur urine dan tinja pada sepsis atau infeksi
saluran kemih.
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare
meskipun pemeriksaan labotarium tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tanpa mucus atau
darah biasanya disebabkan oleh enteroksin virus, prontozoa, atau disebabkan oleh infeksi
diluar saluran gastrointestinal. Tinja yanga mengandung darah atau mucus bias disebabkan
infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin bakteri enteronvasif yang menyebabkan
peradangan mukosa atau parasit usus seperti : E. hystolitica, B.coli , T.trichiura. Apabila
terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E.hystolitica
darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Cryptosporidium dan Strongyloides.

Terdapat empat pilar penting dalam tatalaksana diare yaitu rehidrasi, dukungan nutrisi,
pemberian obat sesuai indikasi dan edukasi pada orang tua. Tujuan pengobatan meliputi
mencegah dehidrasi dan mengatasi dehidrasi yang telah ada, antibiotika selektif, Mencegah
kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare, mengurangi lama

7
dan beratnya diare serta berulangnya episode diare, dengan memberikan suplemen zinc, dan
edukasi.
Pengobatan Diare Tanpa Dehidrasi
Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga untuk
mencegah dehidrasi seperti larutan gula garam, kuah sayur-sayuran dan sebagainya.
Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga penderita. Jumlah cairan yang diberikan
adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia <1 tahun 50-100 ml, 1-5 tahun dalah 100-200 ml, 5-
12 tahun adalah 200-300 ml dan dewasa adalah 300-400 ml setiap BAB.
Untuk anak di bawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok setiap 1-2
menit. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dengan gelas dengan tegukan yang
sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-
lahan misalnya 1 sendok setia 2-3 menit. Pemberian cairan dilanjutkan sampai diare berhenti.
Selain cairan rumah tangga ASI dan makanan yang biasa tetap harus diberikan. Makanan
diberikan sedikit-sedikit tapi sering ( lebih kurang 6 kali sehari ) serta rendah serat.
Pengobatan Diare Dehidrasi Ringan-Sedang
Penderita diare degan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana kesehatan dan
segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam
pertama 75 cc/kgBB.
Apabila oleh karena satu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan per oral, oralit
dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang sama dengan kecepatan
20ml/kgBB/jam. Setelah 3 jam keadaan penderita dievaluasi, apakah membaik, tetap atau
memburuk. Bila keadaan membaik dan dehidrasi teratasi, pengobatan dapat dilanjutkan di
rumah dengan memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada pengobatan diare
tanpa dehidrasi.
Pengobatan Diare Dehidrasi Berat
Pasien yang masih dapat minum meskipun sedikit harus diberi oralit sampai cairan
infus terpasang. Selain itu semua anak harus diberi oralit selama pemberian cairan intravena
(5 ml/kgBB/jam), apbila anak dapat minum dengan baik biasanya dalam 3-4 jam (untuk
bayi) atau 1-2 jam (untuk anak yang lebih besar). Untuk rehidrasi parenteral digunakan
cairan Ringer Laktat dengan dosis 100ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk <1tahun 1 jam
pertama 30cc/kgBB, dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 cc/kgBB. Di atas 1 tahun ½ jam
pertama 30cc/kgBB dilanjutkan 2 ½ jam berikutnya 70 cc/kgBB.
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat dipercepat.
Setelah 6 jam pada bayi atau 3 jam pada anak lebih besar, lakukan evaluasi, pilih pengobatan

8
selanjutnya yaitu: pengobatan diare dengan dehidrasi ringan-sedang atau pengobatan diare
tanpa dehidrasi.
Seng (Zinc)
Seng merupakan mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh yang penting
antara lain untuk sintesis DNA. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF telah
merekomendasikan penggunaan seng pada anak dengan diare dengan dosis 20 mg per hari
selama 10-14 hari, dan pada bayi <6 bulan dengan dosis 10 mg per hari selama 10-14 hari.
Pemberian Makanan Selama dan Setelah Diare
Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh.
Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak mampu menerima.
Meneruskan pemberian makanan aan mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal
termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya
status gizi dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Bayi yang minum ASI harus diteruskan
sesering mungkin dan selama anak mau. Bayi yang tidak mium ASI harus diberi susu yang
biasa diminum paling tidak setiap 3 jam. Bila anak umur 4 bulan atau lebih dan sudah
mendapatkan makanan lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Diberikan dalam
porsi kecil atau sering (6 kali atau lebih).
Terapi Medikamentosa
A. Antibiotika
Antibiotika pada umumnya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh karena
sebagian besar diare infeksi disebabkan oleh Rotavirus yang sifatnya self limited dan tidak
dapat dibunuh dengan antibiotika. Namun, apabila diare disebabkan oleh infeksi bakteri, diberikan
antibiotika sesuai dengan bakteri penyebab.
Penyebab Antibiotik pilihan Alternatif
Kolera Tetracycline 12,5 mg/kgBB Erythromycin 12,5
4x sehari selama 3 hari mg/kgBB
4x sehari selama 3 hari
Shigella Disentri Ciprofloxacin 15 mg/kgBB Pivmecillinam 20 mg/kg
2x sehari selama 3 hari BB
4x sehari selama 3 hari
Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB
1x sehari IM selama 2-5
hari
Amoebiasis Metronidazole 10 mg/kgBB
3xs ehari selama 5 hari (10
hari pada kasus berat)
Giadiasis Metronidazole 5mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
B.

9
C. Obat Antidiare
Obat-obat ini meskipun sering digunakan tidak mempunyai keuntungan praktis dan
tidak diindikasikan untuk mengobati diare akut pada anak, beberapa di antaranya:
 Adsorben, Contoh: kaolin, attapulgite. Obat-obat ini dipromosikan untuk mengikat dan
menginaktivasi toksin bakteri atau bahan lain yang menyebabkan diare serta dikatakan
mempunyai kemampuan melindungi mukosa usus.
 Antimotilitas, Contoh: loperamide hydrochloride. Obat ini dapat mengurangi frekuensi
diare pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi volume tinja pada anak.
D. Probiotik dan Prebiotik
a. Probiotik
Probiotik merupakan mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang
menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang
lebih baik. Mekanisme efek probiotik melalui perubahan lingkungan mikro lumen
usus (pH, O2), produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen usus,
kompetisi nutrien, mencegah adhesi kuman patogen pada enterosit, modifikasi toksin/
reeptor toksin efek trofik terhadap mukosa usus melalui penyediaan nutrien dan
imunomodulator.
b. Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme, tetapi bahan makanan, umumnya
kompleks karbohidrat, yang bila dikonsumsi dapat merangsang pertumbuhan flora
intestinal yng menguntungkan kesehatan. Oligosakarida di ASI merupakan prototipe
prebiotik karena dapat merangsang Lactobacilli dan Bifidobacteria di kolon bayi
yang minum ASI.
4. Plan :
Diagnosis :
Gastroenteritis Akut Dehidrasi Ringan Sedang
Rencana Pemeriksaan :
Pemeriksaan Feses Rutin
Pengobatan :
- Rehidrasi dengan RL 660 ml/6 jam
- ASI seperti biasa
- Inj. Ondansetron 3 x 0,8 mg
- Oralit 20 cc tiap BAB cair
- Zinc 1 x 20 mg, selama 10 hari

10
- L-Bio Sachet 2 x ½ Sachet
Edukasi :
Kepada keluarga pasien dijelaskan penyebab timbulnya penyakit yang diderita
anaknya dan menjelaskan penatalaksanaan terhadap penyakit yang diderita pasien.
Dijelaskan juga Gastroenteritis Akut dapat menyebabkan pasien mengalami dehidrasi atau
kekurangan cairan sehingga pasien menjadi demam atau bahkan kejang. Untuk mencegah
komplikasi tersebut maka terapi utamanya adalah rehidrasi atau penggantian cairan. Orang
tua pasien diharapkan memastikan pasien tidak kekurangan cairan dengan banyak memberi
minum (oralit). Gastroenteritis Akut ini juga bisa oleh karena virus, parasit, maupun bakteri,
sehingga orang tua pasien juga harus memperhatikan tinja anaknya apakah berdarah, lendir,
atau berminyak agar dokter dapat memberikan terapi yang tepat. Pengobatan yang diberikan
harus dijalankan sampai tuntas demi kesehatan pasien.
Konsultasi :
Perlunya konsultasi dengan dokter spesialis anak untuk dilakukan pengobatan lebih
lanjut.

11

Anda mungkin juga menyukai