IKTERUS NEONATORUM
DISUSUN OLEH:
Gabriella Hafidha Badruddin
406162007
PEMBIMBING:
dr. Jonas Nara Baringbing Sp.OG
Referat :
Ikterus Neonatorum
Disusun oleh :
Gabriella Hafidha Badruddin (406162007)
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Obstetrik dan
Ginekologi RSUD Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Ciawi, 2017
2
LEMBAR PENGESAHAN
Referat :
Ikterus Neonatorum
Disusun oleh :
Gabriella Hafidha Badruddib (406162007)
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Obstetrik dan
Ginekologi RSUD Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Mengetahui,
Kepala SMF Obstetrik dan Ginekologi
3
BAB I
PENDAHULUAN
Ikterus merupakan salah satu kasus yang paling sering terjadi pada bayi baru
lahir. Pada sebagian neonatus, ikterus dapat ditemukan dalam minggu pertama
kehidupan. Lebih dari 60% bayi cukup bulan dan 80% bayi kurang bulan yang
kembali dirawat karena kasus ini.1 Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat
berwarna kuning, keadaan ini timbul akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna
ikterus pada sklera dan kulit. Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi
secara optimal, sehingga proses glukoroniasi bilirubin tidak terjadi secara maksimal.
Keadaan ini menyebabkan dominasi bilirubin tak terkonjugasi di dalam darah.
Pada kebanyakan bayi baru lahir ini merupakan proses peralihan yang normal, tetapi
pada beberapa bayi, terjadi peningkatan bilirubin secara berlebihan sehingga
berpotensi menjadi toksik dan dapat menyebabkan kematian dan bila bayi tersebut
dapat bertahan hidup pada jangka panjang akan menimbukan komplikasi nerologis.
Dengan demikian setiap bayi yang mengalami kuning, harus dibedakan apakah ikterus
yang terjadi merupakan keadaan yang fisiologis atau patologis serta dimonitor apakah
mempunyai kecenderungan untuk berkembang menjadi hiperbilirubinemia yang berat.2
BAB II
4
PEMBAHASAN
.1 Definisi
Ikterus neonatorum
Ikterus adalah keadaan klinis pada bayi baru lahir yang ditandai oleh
pewarnaan ikterus pada kulit, sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonyugasi
secara berlebihan.2 65% bayi baru lahir mengalami ikterus dengan kadar bilirubin
serum total (TSB) > dari 6 mg / dL selama minggu pertama kehidupan atau disebut
sebagai hiperbilirubinemia.3
Hiperbilirubinemia
Bilirubin adalah antioksidan kuat dapat melindungi bayi dari toksisitas
oksigen pada harihari pertama kehidupan.3 Hiperbilirubinemia adalah terjadinya
peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih kadar yang
diharapkan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90. Biasanya istilah
hiperbilirubinemia dipakai untuk ikterus neonatorum setelah ada hasil laboratorium
yang menunjukkan peningkatan kadar serum bilirubin. Hiperbilirubinemia bisa
disebabkan proses fisiologis atau patologis atau kombinasi keduanya. 2
Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak
terkonjugasi pada minggu pertama > 2 mg/dL. Dalam keadaan normal, kadar bilirubin
indirek dalam serum tali pusat adalah sebesar 1,4 - 1,9 mg/dl. Pada bayi cukup bulan
yang mendapat susu formula kadar bilirubin akan mencapai puncaknya sekitar 6-8
mg/dL pada hari ke-3 kehidupan dan akan menurun cepat selama 2-3 hari diikuti
dengan penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL selama 1-2 minggu. Pada bayi cukup
bulan yang mendapatkan ASI kadar bilirubin akan mencapai puncak yang lebih tinggi
yaitu 7-14 mg/dL dan penurunan terjadi lebih lambat selama 2-4 minggu. Sedangkan
pada bayi yang kurang bulan dan mendapatkan susu formula juga akan mengalami
peningkatan dengan puncak yang lebih tinggi dan lebih lama, begitu juga dengan
penurunannya jika tidak diberikan fototerapi sebagai tindakan pencegahannya.
Peningkatan sampai10-12 mg/dL masih dalam kisaran fisiolofis, bahkan hingga 15
mg/dL tanpa disertai dengan kelainan metabolisme bilirubin, kadar tersebut tidak
5
melewati kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kernikterus
dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. 2
Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus fisiologis dan diduga sebagai
akibat hancurnya sel darah merah janin yang disertai pembatasan sementara pada
konjugasi dan ekskresi bilirubin oleh hati.
Diagnosis ikterus fisiologik pada bayi aterm atau preterm, dapat ditegakkan
dengan menyingkirkan penyebab ikterus berdasarkan anamnesis dan penemuan klinik
dan laboratorium, seperti : 3
1. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
2. Bilirubin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl/24 jam.
3. Puncak bilirubin terjadi pada usia hari ke 3-5, dengan total bilirubin tidak
lebih dari 15 mg/dL
4. Ikterus dapat terlihat membaik se|\telah 1 minggu pada nayi aterm dan 2
minggu pada bayi preterm
6
- Asfiksia, hipoksia, sindroma gawat nafas pada neonatus
- Infeksi
- Trauma lahir pada kepala
- Hipoglikemia
Kernikterus
Kernikterus adalah perubahan neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen
bilirubin indirek/tak terkonjugasi pada beberapa daerah diotal terutama di ganglia
basalis, pons dan serebelum. Kern Ikterus adalah digunakan untuk keadaan klinis
kronik dengan skuele yang permanen karena toksik bilirubin.2
.2 Metabolisme bilirubin
Metabolisme bilirubin mempunyai tingkatan sebagai berikut :
1. Produksi bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jingga ikterus yang merupakan
bentuk akhir dari pemecahan katabolime heme melalui proses reaksi oksidasi-
reduksi. Langkah oksidasi pertama kali adalah biliverdin yang dibentuk dari
heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu suatu enzim yang sebagaian
besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Dalam pembentukkan itu akan
terbentuk besi yang digunakan kembali untuk pembentukkan hemoglobin dan
karbonmonosida (CO) yang diekskresikan kedalam paru. Biliverdin kemudian
akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Biliverdin
bersifat larut dalam air dan secara cepat akan diubah menjadi bilirubin melalui
reaksi bilirubin reduktase. Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan
hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut. Jika tubuh akan
mengekskresikan, diperlukkan mekanisme transport dan eliminasi bilirubin.
Pada bayi baru lahir, sekitar 75% produksi bilirubin berasal dari katabolime
heme haemoglobin dan sisanya 25% disebut early labelled bilirubin yang
berasal dari pelepasan hemoglobin karena eritopoesis yang tidak efektif didalam
sumsum tulang, jaringan yang mengandung protein heme dan heme bebas. Bayi
baru lahir akan memproduksi bilirubin 8-10 mg/kgBB/hari. Peningkatan
produksi bilirubin pada bayi baru lahir disebabkan masa hidup eritrosit yang
pendek (70-90 hari), peningkatan degradasi heme, turn over sitokrom yang
7
meningkat dan juga reabsorbsi bilirubin dari usus yang meningkat. 2 Bilirubin
yangterjadidalamplasmaterdiriatas4jenis,yaitubilirubintidakterkonjugasi,
bilirubinbebasatautidakterikat,bilirubinterkonjugasidanfraksi (bilirubin
terikat secara kovalen ke albumin), yang muncul dalam serumsaat ekskresi
bilirubinterkonjugasiterganggupadapasiendenganpenyakithepatobiliaria. 4
3. Konjugasi bilirubin
Bilirubin tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang
larut dalam air diretikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine
diphospat glucoronosyl transferase (UDPG-T). katalisa oleh enzim ini akan
merubah bentuk bilirubin monoglukoronide menjadi diglukoronide. Bilirubin
kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu. Sedangkan satu molekul
8
bilirubin tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum endoplasmik untuk
rekonjugasi berikutnya. Pada keadaan peningkatan beban bilirubin yang
dihantarkan ke hati akan terjadi retensi bilirubin tak terkonjugasi seperti halnya
pada keadaan hemolisis kronik yang berat pigmen yang tertahan adalah
bilirubin monoglukoronida. 2
4. Ekskresi
Sesudah konjugasi bilirubin ini menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan
di ekskresi dengan cepat ke sistem empedu kemudian memasuki saluran
pencernaan dan diekskresikan melalui feses. Dalam usus bilirubin direk ini tidak
diabsorpsi; sebagian kecil bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek
dan direabsorpsi. Siklus ini disebut siklus enterohepatis. Selain itu pada bayi
baru lahir, lumen usus halusnya steril sehingga bilirubin konjugasi tidak dapat
dirubah menjadi sterkobilin (suatu produk yang tidak dapat diabsorbsi). 2
9
glukoronil transferase atau kekurangan glukosa, kadar bilirubin indirek dalam
darah dapat meninggi. Bilirubin indirek yang terikat pada albumin sangat
tergantung pada kadar albumin dalam serum. Pada bayi kurang bulan biasanya
kadar albuminnya rendah sehingga dapat dimengerti bila kadar bilirubin indek
yang bebas itu dapat meningkat dan sangat berbahaya karena bilirubin indirek
yang bebas inilah yang dapat melekat pada sel otak. Inilah yang menjadi dasar
pencegahan kernicterus dengan pemberian albumin atau plasma. Bila kadar
bilirubin indirek mencapai 20 mg% pada umumnya kapasitas maksimal
pengikatan bilirubin oleh neonatus yang mempunyai kadar albumin normal
telah tercapai. 2
2.3 Etiologi
10
Hiperbilirubinemia bias disebabkan oleh proses fisiologis atau patologis atau
kombinasi keduanya. Resiko hiperbilirubinemia meningkat pada bayi yang mendapat
ASI, bayi kurang bulan dan bayi mendekati cukup bulan. Neonatal hiperbilirubinemia
terjadi karena peningkatan produksi atau penurunan clearance bilirubin dan lebih
sering terjadi pada bayi imatur. 2
Bayi yang diberikan ASI memiliki kadar bilirubin serum yang lebih tinggi
dibandingkan bayi yang diberikan susu formula. Hal tersbut mungkin dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan ikterus fisiologis dan non fisiologis,
yaitu :
Tabel 2. Faktor yang berhubungan dengan ikterus fisiologis
Dasar Penyebab
Peningkatan bilirubin yang tersedia
Peningkatan produksi bilirubin - Peningkatan produksi sel darah
merah
- Penurunan umur sel darah merah
- Peningkatan early bilirubin
Peningkatan resirkulasi melalui - Peningkatan aktifitas B-
enterohepatik shunt glukoronidase tidak adanya flora
bakteri
11
- Pengeluaran mekonium yang
terlambat
Penurunan bilirubin clearance
Penurunan clearance dari plasma - Defisiensi protein karier
Penurunan metabolisme hepatik - Penurunan aktifitas UDPGT
12
b. Faktor Perinatal
- Trauma lahir (sefalhematom,ekimosis)
- Infeksi (bakteri,virus,protozoa)
c. Faktor Neonatus
- Prematuritas
- Faktor genetik
- Polisitemia
- Obat ( streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
- Rendahnya asupan ASI
- Hipoglikemia
- Hipoalbuminemia
13
Prematur Aterm
1 Kepala dan leher 48 48
2 Dada sampai pusat 5 12 5 12
3 Pusat bagian bawah sampai lutut 7 15 8 16
4 Lutut sampai pergelangan kaki dan bahu 9 18 11 18
sampai pergelangan tangan
5 Kaki dan tangan termasuk telapak kaki dan > 10 > 15
telapak tangan
Bila kuning terlihat pada bagian tubuh mananpun pada hari pertama dan
terlihat pada lengan, tungkai tangan dan kaki pada hari kedua, maka dapat dikatakan
sebagai ikterus berat dan memerlukan terapi sinar secepatmya. Sehingga tidak perlu
menunggu hasil pemeriksaan kadar bilurbin serum untuk memulai terapi sinar. Sinar
yang dapat diberikan berupa sinar biru dengan panjang gelombang 420-448 nm yang
dapat mengoksidasi bilirubin menjadi biliverdin.5,6
2.6 Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin
pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit
janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan
sirkulasi enterohepatik.
Bilirubindiproduksidalamsistemretikuloendotelialsebagaiprodukakhirdari
katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Pada langkah
14
pertamaoksidasi,biliverdinterbentukdarihememelaluikerjahemeoksigenase,dan
terjadipelepasanbesidankarbonmonoksida.Besidapatdigunakankembali,sedang
kankarbonmonoksidadiekskresikanmelaluiparuparu.Biliverdinyanglarutdalam
air direduksi menjadi bilirubin yang hampir tidak larut dalam air dalam bentuk
isomerik(olehkarenaikatanhidrogenintramolekul).Bilirubintakterkonjugasiyang
hidrofobikdiangkutdalamplasma,terikateratpadaalbumin. Bilaterjadigangguan
pada ikatan bilirubin tak terkonjugasi dengan albumin baik oleh faktor endogen
maupun eksogen (misalnya obatobatan), bilirubin yang bebas dapat melewati
membranyangmengandunglemak(doublelipidlayer),termasukpenghalangdarah
otak,yangdapatmengarahkeneurotoksisitas.
2.7 Diagnosis
Metodevisual
15
Metode vis
ual memiliki angka kesalahan yang cukup tinggi, namun masih
dapat digunakan bila tidak tersedia alat yang memadai. Pemeriksaan ini sulit
diterapkan pada neonatus kulit berwarna, karena besarnya bias penilaian. Secara
evident base, pemeriksaan metode visual tidak direkomendasikan, namun bila
terdapatketerbatasanalatmasihbolehdigunakanuntuktujuanskrining.Bayidengan
skriningpositifharussegeradirujukuntukdiagnosisdantatalaksanalebihlanjut.7
PanduanWHOmengemukakancaramenentukanikterussecaravisual,sebagai
berikut:
1.Pem
eriksaandilakukanpadapencahayaanyangcukup(disiangharidengancahaya
matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan
buatandanbisatidakterlihatpadapencahayaanyangkurang.
2.Kulitbayiditekandenganjarisecaralembutuntukmengetahuiwarnadibawah
kulitdanjaringansubkutan.
3.Keparahanikterusditentukanberdasarkanusiabayidanbagiantubuhyangtampak
kuning.
Bilirubinserum
Bilirubinometertranskutan
PemeriksaanbilirubinbebasdanCO
16
Bilirubin bebas dapat melewati sawar darah otak secara difusi. Oleh karena itu,
ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah.
Beberapametodedigunakanuntukmencobamengukurkadarbilirubinbebas,antara
lain dengan metode oksidase peroksidase. Prinsip cara ini yaitu berdasar kan
kecepatan reaksi oksidasi peroksidasi terhadap bilirubin dimana bilirubin menjadi
substansitidakberwarna.Denganpendekatanbilirubinbebas,tatalaksanaikterus
neonatorumakanlebihterarah. PemecahanhememenghasilkanbilirubindangasCO
dalamjumlahyangekuivalen.Berdasarkanhalini,makapengukurankonsentrasi
COyangdikeluarkanmelaluipernapasandapatdigunakansebagaiindeksproduksi
bilirubin.7
17
Tes yang sederhana yang dapat kita lakukan adalah melihat warna urin dan
melihat apakah terdapat bilirubin di dalam urin atau tidak.
- Bilirubin
Penyebab ikterus yang tergolong pre-hepatik akan menyebabkan peningkatan
bilirubin indirek. Kelainan intrahepatik dapat berakibat hiperbilirubin indirek
maupun direk. Kelainan posthepatik dapat meningkatkan bilirubin direk.
- Aminotransferase dan alkali fosfatase
- Tes serologi hepatitis virus
IgM hepatitis A adalah pemeriksaan diagnostik untuk hepatitis A akut.
Hepatitis B akut ditandai oleh adanya HBSAg dan deteksi DNA hepatitis B.
- Biopsi hati
Histologi hati tetap merupakan pemeriksaan definitif untuk ikterus
hepatoseluler dan beberapa kasus ikterus kolestatik (sirosis biliaris primer,
kolestasis intrahepatik akibat obat-obatan (drug induced).
- Pemeriksaan pencitraan
Pemeriksaan pencitraan sangat berharga ubtuk mendiagnosis penyakit
infiltratif dan kolestatik. USG abdomen, CT Scan, MRI sering bisa
menemukan metastasis dan penyakit fokal pada hati.
Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang setiap 4-24 jam tergantung usia bayi
dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga perlu diukur untuk
menentukan pilihan terapi sinar ataukah tranfusi tukar. 8
18
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan laju peningkatannya dengan :
1) Pencegahan primer
- Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya paling sedikit 8-12 kali perhari
untuk beberapa hari pertama. PemberianAirSusuIbu(ASI)segerasetelah
lahirataubiasadisebutIMDsertapemberianASIEksklusifadalahsalahsatu
tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan pemerintah untuk
meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Hal ini
didukungolehpernyataan UnitedNationsChildrensFund(UNICEF),bahwa
sebanyak30.000kematianbayidiIndonesiadan10jutakematiananakbalita
di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI secara
eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus
memberikanmakanansertaminumantambahankepadabayi.9
- Tidak memberikan cairan rutin seperti dekstrose atau air pada bayi yang
mendapatkan ASI dan tidak mengalami dehidrasi
2) Penccgahan skunder
- Melakukan penilaian sistematis terhadap resiko kemungkinan terjadinya
ikterus atau hiperbilirubinemia berat selama periode neonatal yaitu :
Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus
serta penyaringan serum untuk antibodi isoimun yang tidak biasa
- Harus memastikan bahwa semua bayi secara rutin dimonitor terhadap
timbulnya ikterus dan menetapkan protokol terhadap penilaian ikterus yang
harus dinilai saat pemeriksaan tanda vital bayi, tetapi tidak kurang dari 8-12
jam.2
3) Evaluasi laboratorium
- Pengukuran bilirubin transkutan dan atau bilirubin serum total harus
dilakukan pada setiap bayi yang mengalami ikterus dalam 24 jam pertama
setelah lahir. Penentuan waktu dan perlunya pengukuran ulang bilirubin
transkutan atau bilirubin serum total tergantung pada daerah dimana kadar
bilirubin serum total terletak, umur bayi dan evolusi hiperbiliruinemia.
- Pengukuran bilirubin transkutan dan atau bilirubin serum total harus
dilakukan bila tampak ikterus yang berlebihan, jika derajat ikterus
meragukan dan pada kulit hitam oleh karena pemeriksaan derajat ikterus
secara visual sering sekali salah. 2
4) Penyebab kuning
19
- Memikirkan kemungkinan penyebab ikterus pada bayi yang menerima
fototerapi atau bilirubin serum total meningkat cepat dan tidak dapat
dijelaskan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Bayi yang mengalami peningkatan bilirubin direk atau konjugasi harus
dilakukan analisis dan kultur urin. Pemeriksaan laboratorium tambahan
untuk mengevaluasi sepsis harus dilakukan bila terdapat indikasi
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis.
Bayi sakit dan ikterus pada atau umur lebih 3 minggu harus dilakukan
pemeriksaan bilirubin total dan direk atau bilirubin konjugasi untuk
mengindentifikasi adanya kolestasis. Juga dilakukan penyaringan terhadap
tiroid dan galaktosemia.
Pemeriksaan terhadap G6PD direkomendasikan untuk bayi ikterus
yang mendapat fototerapi dan dengan riwayat keluarga atau etnis/asal
geografis yang menunjukkan kecenderungan defisiensi G6PD atau pada
bayi dengan respon terhadap fototerapi yang buruk. 2
20
perawatan, ada atau tidaknya faktor resiko untuk hiperbilirubinemia
dan resiko masalah neonatal lainnya.
Saat tindak lanjut : berdasarkan tabel dibawah ini
Bayi keluar RS Harus dilihat saat umur
Sebelum umur 24 jam 72 jam
Antara umur 24 dan 72 jam 96 jam
Antara umur 48 dan 72 jam 120 Jam
Tabel 5. Saat tindak lanjut
Pengelolaan ikterus dini (early jaundice) pada bayi yang mendapat ASI
1. Observasi semua feses awal bayi. Pertimbangkan untuk merangsang pengeluaran jika
feses tidak keluar dalam waktu 24 jam
2. Segera mulai menyusui dan beri sesering mungkin. Menyusui yang sering dengan waktu
yang singkat lebih efektif dibandingkan dengan menyusui yang lama dengan frekuensi
yang jaranh walaupun total waktu yang diberikan adalah sama
3. Tidak dianjurkan pemberian air, dekstrosa atau formula penganti
21
4. Observasi berat badan, bak dan bab yang berhubungan dengan pola menyusui
5. Ketika kadar bilirubin mencapai 15mg/dL, tingkatkan pemberian minum, rangsang
pengeluaran/produksi ASI dengan cara memompa dan menggunakan protokol penggunaan
fototerapi yang dikeluarkan AAP
6. Tidak terdapat bukti bahwa early jaundice berhubungan dengan abnormalitas ASI,
sehingga penghentian menyusui sebagai suatu asupan upaya hanya diindikasikan jika
ikterus menetap lebih dari 6 hari atau meningkat di atas 20 mg/dL atau ibu memiliki
riwayat bayi sebelumnya terkena kuning.
MONITORING
22
1) Bentuk akut :
a. Fase 1(hari 1-2) : tidak kuat menyusui, stupor, hipotonia, kejang.
b. Fase 2 (pertengahan minggu I) : hipertoni otot ekstensor, opistotonus,
retrocollis, demam.
c. Fase 3 (setelah minggu I) : hipertoni.
2) Bentuk kronis :
a. Tahun pertama : hipotoni, active deep tendon reflexes, obligatory tonic
neck reflexes, keterampilan motorik yang terlambat.
b. Setelah tahun pertama : gangguan gerakan (choreoathetosis, ballismus,
tremor), gangguan pendengaran.
Oleh karena itu terhadap bayi yang menderita hiperbilirubinemia perlu
dilakukan tindak lanjut sebagai berikut:
1. Penilaian berkala pertumbuhan dan perkembangan
2. Penilaian berkala pendengaran
3. Fisioterapi dan rehabilitasi bila terdapat gejala sisa
DAFTAR PUSTAKA
23
4. Robert M. Kliegman, MD. Nelson Textbook of Pediatrics. Edisi ke 20.
Philadelphia, 2016 : 871-875
5. Neonatal Jaundice: JournalOfTropicalPediatrics.Vol.58,No.5,2012
6. Karen E. Muchowski, Md. Evaluation and Treatment of Neonatal
Hyperbilirubinemia.Volume89,Number11.California:June,2014
7. Stevry Mathindas, Rocky Wilar, Audrey Wahani. Hiperbilirubinemia
PadaNeonatus.JurnalBiomedik.Volume5,Nomor1.Maret,2013:410
8. Sharada S. Neonatal Hyperbilirubinemia. Janapriya Journal of
InterdsciplinaryStudies,Vol.5.December,2016:7582
9. MercedesNaaharaniPohlman.HubunganInisiasiMenyusuDiniDengan
IkterusNeonatorumDiRsudWatesYogyakarta.MediailmuKesehatan.
Volume4,No.2.Agustus,2015:96103
24