Anda di halaman 1dari 21

Nyeri Pada Saraf Perifer Ekstremitas Atas

Disusun Oleh :
Sania Tiara Dhita 112015257
Zeni Ansona 112016065
Melly 112015465

Pembimbing :
dr. Humisar S, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI FAKULTAS


KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT IMANUEL WAY HALIM

PERIODE 27 MARET 15 APRIL 2017

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keluhan nyeri merupakan keluahan yang paling umum kita temukan ketika kita sedang
melakukan tugas kita sebagai bagian dari tim kesehatan, baik itu di tataran pelayanan rawat jalan
maupun rawat inap, yang karena seringnya keluhan itu kita temukan kadang kala kita sering
menganggap hal itu sebagai hal yang biasa sehingga perhatian yang kita berikan tidak cukup
memberikan hasil yang memuaskan di mata pasien.

Nyeri sesunggguhnya tidak hanya melibatkan persepsi dari suatu sensasi, tetapi berkaitan
juga dengan respon fisiologis, psikologis, sosial, kognitif, emosi dan perilaku, sehingga dalam
penangananyapun memerlukan perhatian yang serius dari semua unsur yang terlibat di dalam
pelayanan kesehatan.

Mononeuropati yaitu gangguan saraf perifer tunggal akibat trauma, khususnya akibat
tekanan atau gangguan suplai darah ( vasa nervosum) gangguan sistemik yang secara umum dapat
menyebabkan saraf sangat sensitive terhadap tekanan, misalnya diabetes mellitus atau penyakit lain
yang menyebabkan gangguan perdarahan yang menyebar luas misalnya vaskulitis yang dapat
menyebabkan neuropati multifokal.

Polineropati yaitu gangguan beberapa saraf perifer yang sering diakibatkan oleh proses peradangan,
metabolik atau toksik yang menyebabkan kerusakan dengan pola difus, distal san simetris dimulai
dari ekstremitas bawah.

2
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Menurut IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri adalah suatu
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan dari definisi
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa
itu nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka (injury) yang dimulai dari
awal masa kehidupannya.

Pada tahun 1999, the Veterans Health Administration mengeluarkan kebijakan untuk
memasukan nyeri sebagai tanda vital ke lima, jadi perawat tidak hanya mengkaji suhu tubuh, nadi,
tekanan darah dan respirasi tetapi juga harus mengkaji tentang nyeri.

Sternbach (1968) mengatakan nyeri sebagai konsep yang abstrak yang merujuk kepada
sensasi pribadi tentang sakit, suatu stimulus berbahaya yang menggambarkan akan terjadinya
kerusakan jaringan, suatu pola respon untuk melindungi organisme dari bahaya.

McCaffery (1979) mengatakan nyeri sebagai penjelasan pribadi tentang nyeri ketika dia
mengatakan tentang nyeri apapun yang dikatakan tentang nyeri dan ada dimanapun ketika dia
mengatakan hal itu ada.

TIPE NYERI

Pada tahun 1986, the National Institutes of Health Consensus Conference on Pain
mengkategorisasikan nyeri menjadi dua tipe yaitu Nyeri akut, adalah nyeri dengan onset segera
dan durasi yang terbatas memiliki hubungan kausal dengan adanya cedera atau penyakit. Nyeri
kronik, adalah nyeri yang bertahan untuk periode yang lama. Nyeri kronik adalah nyeri yang
dirasakan terus menerus meskipun sudah terjadi proses penyembuhan dan seringkali tidak diketahui
penyebab yang pasti.

PATOFISIOLOGI NYERI

Patofisiologi nyeri ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujungujung saraf bebas yang
berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis, deformasi, suhu yang ekstrim,
dan berbagai bahan kimia. Pada rangsangan yang intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan

3
Pacini dan Meissner juga mengirim informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri. Zat-zat kimia yang
memperparah nyeri antara lain adalah histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin, ion
kalium, dan ion hydrogen. Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat cedera, hipoksia, atau
kematian sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat
(slow pain) disalurkan ke korda spinalis oleh serat C lambat. Serat-serat C tampak mengeluarkan
neurotransmitter substansi P sewaktu bersinaps di korda spinalis. Setelah di korda spinalis, sebagian
besar serat nyeri bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen. Namun, sebagian serat
berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di korda spinalis sebelum bersinaps. Setelah
mengaktifkan sel-sel di korda spinalis, informasi mengenai rangsangan nyeri dikirim oleh satu dari
dua jaras ke otak - traktus neospinotalamikus atau traktus paleospinotalamikus. Informasi yang di
bawa ke korda spinalis dalam serat-serat A delta di salurkan ke otak melalui serat-serat traktus
neospinotalamikus. Sebagian dari serat tersebut berakhir di reticular activating system dan
menyiagakan 19 individu terhadap adanya nyeri, tetapi sebagian besar berjalan ke thalamus. Dari
thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke korteks sensorik somatik tempat lokasi nyeri ditentukan dengan
pasti. 24 Informasi yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh serat A
delta, disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus. Serat-serat ini berjalan ke
daerah reticular dibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang disebut daerah grisea
periakuaduktus. Serat- serat paleospinotalamikus yang berjalan melalui daerah reticular berlanjut
untuk mengaktifkan hipotalamus dan system limbik. Nyeri yang di bawa dalam traktus
paleospinotalamik memiliki lokalisasi difus dan menyebabkan distress emosi berkaitan dengan
nyeri.

ASESMEN NYERI

a. Asesmen nyeri dapat menggunakan Numeric Rating Scale


i. Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang dapat
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya.
ii. Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan dilambangkan
dengan angka antara 0 10.
1. 0 = tidak nyeri
2. 1 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
3. 4 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
4. 7 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)3

4
Gambar 1. Numeric Rating Scale3

b. Wong Baker FACES Pain Scale


i. Indikasi: Pada pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak dapat menggambarkan intensitas
nyerinya dengan angka, gunakan asesmen
ii. Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang paling sesuai dengan
yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri
1. 0 - 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
2. 23 = sedikit nyeri
3. 45 = cukup nyeri
4. 67 = lumayan nyeri
5. 89 = sangat nyeri
6. 10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)

Gambar 2. Wong Baker FACES Pain Scale4

c. COMFORT scale
i. Indikasi: pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang rawat intensif / kamar operasi / ruang rawat
inap yang tidak dapat dinilai menggunakan Numeric Rating Scale Wong-Baker FACES Pain
Scale.
ii. Instruksi: terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki skor 1-5, dengan skor total antara 9
45.
1. Kewaspadaan
2. Ketenangan
3. Distress pernapasan
4. Menangis
5. Pergerakan
6. Tonus otot
7. Tegangan wajah
8. Tekanan darah basal

5
9. Denyut jantung basal
COMFORT Scale5

Kategori Skor Tanggal / waktu

Kewaspadaa 1 tidur pulas / nyenyak


n
2 tidur kurang nyenyak

3 gelisah

4 sadar sepenuhnya dan waspada

5 hiper alert

Ketenangan 1 tenang

2 agak cemas

3 cemas

4 sangat cemas

5 panik

Distress 1 tidak ada respirasi spontan dan tidak ada batuk


pernapasan
2 respirasi spontan dengan sedikit / tidak ada
respons terhadap ventilasi

3 kadang-kadang batuk atau terdapat tahanan


terhadap ventilasi

4 sering batuk, terdapat tahanan / perlawanan


terhadap ventilator

5 melawan secara aktif terhadap ventilator, batuk


terus-menerus / tersedak

Menangis 1 bernapas dengan tenang, tidak menangis

2 terisak-isak

3 meraung

6
4 menangis

5 berteriak

Pergerakan 1 tidak ada pergerakan

2 kedang-kadang bergerak perlahan

3 sering bergerak perlahan

4 pergerakan aktif / gelisah

5 pergrakan aktif termasuk badan dan kepala

Tonus otot 1 otot relaks sepenuhnya, tidak ada tonus otot

2 penurunan tonus otot

3 tonus otot normal

4 peningkatan tonus otot dan fleksi jari tangan


dan kaki

5 kekakuan otot ekstrim dan fleksi jari tangan


dan kaki

Tegangan 1 otot wajah relaks sepenuhnya


wajah
2 tonus otot wajah normal, tidak terlihat tegangan
otot wajah yang nyata

3 tegangan beberapa otot wajah terlihat nyata

4 tegangan hampir di seluruh otot wajah

5 seluruh otot wajah tegang, meringis

Tekanan 1 tekanan darah di bawah batas normal


darah basal
2 tekanan darah berada di batas normal secara
konsisten

3 peningkatan tekanan darah sesekali 15% di


atas batas normal (1-3 kali dalam observasi
selama 2 menit)

4 seringnya peningkatan tekanan darah 15% di

7
atas batas normal (>3 kali dalam observasi
selama 2 menit)

5 peningkatan tekanan darah terus-menerus


15%

Denyut 1 denyut jantung di bawah batas normal


jantung basal
2 denyut jantung berada di batas normal secara
konsisten

3 peningkatan denyut jantung sesekali 15% di


atas batas normal (1-3 kali dalam observasi
selama 2 menit)

4 seringnya peningkatan denyut jantung 15% di


atas batas normal (>3 kali dalam observasi
selama 2 menit)

5 peningkatan denyut jantung terus-menerus


15%

Skor total

b. Pada pasien dalam pengaruh obat anestesi atau dalam kondisi sedasi sedang, asesmen dan
penanganan nyeri dilakukan saat pasien menunjukkan respon berupa ekspresi tubuh atau verbal
akan rasa nyeri.
c. Asesmen ulang nyeri: dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut:
i Lakukan asesmen nyeri yang komprensif setiap kali melakukan pemeriksaan fisik pada pasien
ii Dilakukan pada: pasien yang mengeluh nyeri, 1 jam setelah tatalaksana nyeri, setiap empat jam
(pada pasien yang sadar/ bangun), pasien yang menjalani prosedur menyakitkan, sebelum
transfer pasien, dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit.
iii Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak (jantung), lakukan asesmen ulang setiap 5 menit
setelah pemberian nitrat atau obat-obat intravena
iv Pada nyeri akut / kronik, lakukan asesmen ulang tiap 30 menit 1 jam setelah pemberian
obat nyeri.6
d. Derajat nyeri yang meningkat hebat secara tiba-tiba, terutama bila sampai menimbulkan perubahan
tanda vital, merupakan tanda adanya diagnosis medis atau bedah yang baru (misalnya komplikasi
pasca-pembedahan, nyeri neuropatik).

8
Pemeriksaan Fisik

a Pemeriksaan umum
i Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh
ii Ukurlah berat badan dan tinggi badan pasien
iii Periksa apakah terdapat lesi / luka di kulit seperti jaringan parut akibat operasi,
hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas jarum suntik
iv Perhatikan juga adanya ketidaksegarisan tulang (malalignment), atrofi otot, fasikulasi,
diskolorasi, dan edema.
b Status mental
i Nilai orientasi pasien
ii Nilai kemampuan mengingat jangka panjang, pendek, dan segera.
iii Nilai kemampuan kognitif
iv Nilai kondisi emosional pasien, termasuk gejala-gejala depresi, tidak ada harapan, atau
cemas.
c Pemeriksaan sendi
i Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
ii Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi, perhatikan adanya keterbatasan gerak, diskinesis, raut
wajah meringis, atau asimetris.
iii Nilai dan catat pergerakan pasif dari sendi yang terlihat abnormal / dikeluhkan oleh pasien
(saat menilai pergerakan aktif). Perhatikan adanya limitasi gerak, raut wajah meringis, atau
asimetris.
iv Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri
v Pemeriksaan stabilitas sendi untuk mengidentifikasi adanya cedera ligamen.
d Pemeriksaan motorik
i Nilai dan catat kekuatan motorik pasien dengan menggunakan kriteria di bawah ini.
Derajat Definisi
5 Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan tahanan kuat
4 Mampu melawan tahanan ringan
3 Mampu bergerak melawan gravitasi
2 Mampu bergerak / bergeser ke kiri dan kanan tetapi tidak mampu
melawan gravitasi
1 Terdapat kontraksi otot (inspeksi / palpasi), tidak menghasilkan
pergerakan
0 Tidak terdapat kontraksi otot

e Pemeriksaan sensorik
i Lakukan pemeriksaan: sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum-pin prick), getaran, dan suhu.
f Pemeriksaan neurologis lainnya
i Evaluasi nervus kranial I XII, terutama jika pasien mengeluh nyeri wajah atau servikal dan
sakit kepala
ii Periksa refleks otot, nilai adanya asimetris dan klonus. Untuk mencetuskan klonus
membutuhkan kontraksi > 4 otot.

9
Refleks Segmen
spinal
Biseps C5
Brakioradialis C6
Triseps C7
Tendon patella L4
Hamstring medial L5
Achilles S1

i Nilai adanya refleks Babinski dan Hoffman (hasil positif menunjukkan lesi upper motor
neuron)
ii Nilai gaya berjalan pasien dan identifikasi defisit serebelum dengan melakukan tes
dismetrik (tes pergerakan jari-ke-hidung, pergerakan tumit-ke-tibia), tes disdiadokokinesia,
dan tes keseimbangan (Romberg dan Romberg modifikasi).

g Pemeriksaan khusus
i Terdapat 5 tanda non-organik pada pasien dengan gejala nyeri tetapi tidak ditemukan
etiologi secara anatomi. Pada beberapa pasien dengan 5 tanda ini ditemukan mengalami
hipokondriasis, histeria, dan depresi.
ii Kelima tanda ini adalah:
Distribusi nyeri superfisial atau non-anatomik
Gangguan sensorik atau motorik non-anatomik
Verbalisasi berlebihan akan nyeri (over-reaktif)
Reaksi nyeri yang berlebihan saat menjalani tes / pemeriksaan nyeri.
Keluhan akan nyeri yang tidak konsisten (berpindah-pindah) saat gerakan yang sama dilakukan
pada posisi yang berbeda (distraksi).

Lesi Saraf Perifer Terisolasi dan Blok Saraf Perifer

Carpal Tunnel Syndrome


Lesi nervus medianus (Carpal tunnel syndrome (CTS)) atau sindroma terowongan karpal
adalah salah satu gangguan pada lengan tangan karena terjadi penyempitan pada terowongan
karpal, baik akibat edema fasia pada terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-
tulang kecil tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus dipergelangan tangan.
Carpal tunnel syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang disertai nyeri pada daerah
ditribusi nervus medianus. Pasien dengan sindrom carpal tunnel mungkin mengeluhkan rasa geli
dan baal pada jari- jari tangan dan/atau kelemahan pada ibu jari tangan yang paling berat saat
terjaga. Seringkali unilateral saat timbul dan tetap bertahan bila idiopatik. Nyeri pada aspek fleksor

10
dari pergelangan tangan kadang-kadang menjalar ke siku dan pada keadaan tertentu sampai kebahu.
Anda haru memeriksa adanya:

Kerusakan motorik: atrofi dan kelemahan otot tenar pada abduksi dan oposisi ibu jari
tangan.

Kerusakan sensoris: hanya pada permukaan telapak tangan , di ibu jari dan dua setengah
jari( sampai bagian tengah jari manis)

Tanda tinel: lakukan perkusi atas retinakulum fleksor untuk memperoleh rasa geli di
daerahsensoris yang sama.
Sindrom carpal tunnel bilateral pada umumnya disebabkan oleh artis rheumatoid pada pemeriksaan
pertimbangkan juga spondilosis servikalis (lesi T1)

Etiologi
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh saraf medianus juga dilalui beberapa
tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin padatnya terowongan ini dapat
menyebabkan terjadinya penekanan pada saraf medianus sehingga timbul carpal tunnel syndrome.
Pada sebagian kasus, etiologinya tidak diketahui terutama pada penderita lanjut usia.
Beberapa penulis menghubungkan gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dengan
bertambahnya resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk carpal tunnel
syndrome.

Terapi
Terapi yang ditujukan pada carpal tunnel syndrome adalah terapi terhadap penyakit yang
mendasari keadaan tersebut atau penyakit yang menyebabkan terjadinya carpal tunnel syndrome.
Oleh karena itu sebaiknya terapi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:7
Terapi langsung terhadap carpal tunnel syndrome

a. Terapi konservatif
1. Istirahatkan pergelangan tangan
2. Obat anti inflamasi non steroid
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang terus-
menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.
4. Injeksi steroid. Deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg atau metilprednisolon 20
mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23
atau 25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah medial

11
tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2
minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat dipertimbangkan bila hasil terapi belum
memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.
5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretik
6. Vitamin B6. Beberapa hipotesis menyatakan bahwa CTS terjadi karena adanya defisiensi
vitamin B6 sehingga dianjurkan pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
Tetapi beberapa penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat
bahkan dapat menimbulkan neuropati bila diberikan dalam dosis besar
7. Fisioterapi. Dianjurkan untuk perbaikan vaskularisasi tangan.

b. Blok saraf medianus


Blok saraf perifer selain untuk anestesi , dapat digunakan untuk analgesia dan tatalaksana
untuk nyeri kronik. Anestesi daerah tangan dapat dengan anestesi local di nervus medianus.
Nervus medianus mempersarafi sensorik terbanyak di telapak tangan.
Alat dan bahan :

a) Penggaris dan pulpen untuk mengukur dan menentukan lokasi dan titik injeksi;

b) Alkohol usap dan 1% Lidokain siring 25G untuk anastesi kulit ;

c) Khlorheksidin glukonat sebagai antimikroba kulit;

d) Siring untuk sedasi (5 mg midazolam dan 250 mcg fentanyl untuk sedasi);

e) Anastesi lokal ;

f) Stimulator saraf perifer;

g) G Jarum stimulator,

h) Sarung tangan steril.

12
Persiapan :
1.Pasien dievaluasi dimana tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain
penyakit yang akan dioperasi.
2.Pemberian obat analgesik berguna untuk mengurangi rasa sakit selama jarum dimasukan
untuk melakukan blok saraf perifer.
3. Ruang tempat melakukan blok saraf harus terdapat monitor,alat dan obat jika terdapat
reaksi obat anestesi lokal yang tidak diinginkan (adverse reactions), obat obat sedasi atau
anestesi umum dapat disediakan jika sewaktu-waktu diperlukan.
4.Lakukan pemasangan IV line
5.Pemilihan obat anestesi lokal tergantung pada onset, durasi, dan derajat blok konduksi.
Lidokain dan mepivacaine untuk operasi 10-20 menit dengan durasi 2-3 jam, ropivakain dan
bupivakain memiliki onset kerja lambat, kurang memblok sistem motorik tapi memiliki efek
anestesi 6-8 jam.
6.Pemberian epinefrin 1:200.000(5 g /ml IV dapat meningkatkan durasi blok konduksi .

7. Setiap pemberian 5ml anestesi lokal harus diaspirasi terlebih dahulu untuk meminimalkan
resiko injeksi intravaskular.
8. gambaran USG dengan resolusi tinggi akan menghasilkan visualisasi saraf perifer , letak
jarum blok dan distribusi cairan anestesi lokal sehingga meningkatkan keberhasilan blok
dan meminimalkan pemberian obat anestesi.
9. Dipergelangan tangan nervus medianus diblok dengan memberi 3-5 ml anestesi lokal
antara tendon palmaris longus dan fleksor karpi radialis

13
Gambar 3. Blok saraf medianus
c. Terapi operatif
Tindakan operasi pada carpal tunnel syndrome disebut neurolisis nervus medianus pada
pergelangan tangan. Operasi hanya dilakukan pada kasus yang tidak mengalami perbaikan
dengan terapi konservatif atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-
otot thenar. Indikasi relatif tindakan operasi adalh hilangnya sensibilitas persisten.

Radial Tunnel Syndrome


Radial tunnel syndrome (sindrom terowongan radial) adalah suatu kumpulan gejala yang
timbul akibat tertekannya saraf radialis di terowongan yang berada di lengan bawah dekat sendi
siku.
Nervus ulnaris mempersarafi semua otot kecil pada tangan kecuali tiga dari empat otot pada
eminensia tenar ( yang dipersarafi m. Aduktor polisis). Saraf ini bisa mengalami penekanan pada
saluran ulnaris di pergelangan tangan atau pada sulkus ulnaris disiku ( misalnya jika lengan
diletakan dalam posisi yang tidak benar dalam anastesi umum).pasien bisa mengeluhkan rasa geli
atau mati rasa dan kelemahan pada jari manis dan kelingking.
Harus memeriksa adanya keadaan berikut:
Kerusakan motorik dengan pendataran kontur tangan akibat atrofi otot. Jari manis dan
kelingking sedikit fleksi , dan terdapat kehilangan kekuatan abduksi dan aduksi jari-jari tangan
(tangan seperti cakar).
Kerusakan Sensorik dibagian belakang dan depan , pada satu setengah jari ulnaris(yaitu
kelingking dan setengah bagian jari manis).
Pengisisan sulkus ulnaris pada siku dan terbatasnya pergerakan pada siku, foto rontgen siku
bisa menunjukan os teoartritis atau fraktur lokal.
Pada 2-3 % orang, nervus ulnaris mempersarafi semua otot tangan. Jika ragu mengenai diagnosis
maka pertimbangkan leso pada leher dan cari keterbatasan gerak pada vertebra servikalis.

14
Gambar 4. Nerves radialis

Etiologi
Radial tunnel syndrome terjadi karena ada penekanan pada saraf radialis. Penekanan ini
dapat terjadi di beberapa tempat sepanjang terowongan dan akan menimbulkan rasa nyeri. Gerakan
mendorong dan menarik dengan kuat dan berulang, gerakan menegangkan pergelangan tangan,
mencengkeram, gerakan mencubit yang dilakukan secara berulang dengan kuat, dan gerakan
memutar lengan secara konstan dan berulang (dalam pekerjaan perakitan) juga dapat menyebabkan
penekanan dan mengiritasi saraf radialis. Pukulan langsung (trauma) ke bagian luar siku juga dapat
melukai saraf radialis. Kelainan lain berupa lipoma, ganglia, tumor tulang, dan peradangan otot
atau bursa di sekitarnya juga dapat menyebabkan penekanan secara langsung pada saraf radialis.

Terapi
a. Penanganan konservatif dilakukan untuk mengurangi tekanan pada saraf:
1. Obat-obatan untuk mengurangi inflamasi atau peradangan dengan obat anti inflamasi non
steroid (OAINS), ataupun pemberian kortikosteroid injeksi untuk mengurangi peradangan,
pembengkakan dan penekanan pada saraf radialis secara langsung.
2. Penggunaan penyangga (splint) untuk pergelangan tangan dan atau siku, serta
menghindari gerakan memutar pergelangan tangan dan menekuk lengan pada sendi siku,
karena gerakan ini dapat memperparah iritasi pada saraf radialis yang sedang tertekan.
3. Terapi fisik (fisioterapi) dan latihan fisik. Terapi ini dilakukan oleh dokter ahli, meliputi
pemberian terapi pemanasan, pendinginan, atau ultrasound untuk mengatasi nyeri dan
penderita juga akan diajarkan berbagai latihan untuk menjaga kesehatan otot tangan dan
lengan, antara lain dengan latihan peregangan untuk mengurangi penekanan pada saraf.
b. Blok saraf radialis
Anestesi daerah tangan dapat dengan anestesi local di nervus radialis. Banyak pasien
dominan sensasi nervus radialis didaerah dorsal tangan.

15
Alat dan bahan :

i) Penggaris dan pulpen untuk mengukur dan menentukan lokasi dan titik injeksi;

j) Alkohol usap dan 1% Lidokain siring 25G untuk anastesi kulit ;

k) Khlorheksidin glukonat sebagai antimikroba kulit;

l) Siring untuk sedasi (5 mg midazolam dan 250 mcg fentanyl untuk sedasi);

m) Anastesi lokal ;

n) Stimulator saraf perifer;

o) G Jarum stimulator,

p) Sarung tangan steril.

Persiapan :
1.Pasien dievaluasi dimana tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain
penyakit yang akan dioperasi.
2.Pemberian obat analgesik berguna untuk mengurangi rasa sakit selama jarum dimasukan
untuk melakukan blok saraf perifer.
3. Ruang tempat melakukan blok saraf harus terdapat monitor,alat dan obat jika terdapat
reaksi obat anestesi lokal yang tidak diinginkan (adverse reactions), obat obat sedasi atau
anestesi umum dapat disediakan jika sewaktu-waktu diperlukan.
4.Lakukan pemasangan IV line
5.Pemilihan obat anestesi lokal tergantung pada onset, durasi, dan derajat blok konduksi.

16
Lidokain dan mepivacaine untuk operasi 10-20 menit dengan durasi 2-3 jam, ropivakain dan
bupivakain memiliki onset kerja lambat, kurang memblok sistem motorik tapi memiliki efek
anestesi 6-8 jam.
6.Pemberian epinefrin 1:200.000(5 g /ml IV dapat meningkatkan durasi blok konduksi .

7. Setiap pemberian 5ml anestesi lokal harus diaspirasi terlebih dahulu untuk meminimalkan
resiko injeksi intravaskular.
8.Gambaran USG dengan resolusi tinggi akan menghasilkan visualisasi saraf perifer , letak
jarum blok dan distribusi cairan anestesi lokal sehingga meningkatkan keberhasilan blok
dan meminimalkan pemberian obat anestesi.
9.blok nervus radialis dapat dilakukan dengan infiltrasi subkutan 3-5 cm proksimal sendi
pergelangan tangan.selain dengan infiltrasi subkutan dapat dilakukan dengan blok cabang
sensorik kearah sisi lateral ibu jari yang berada di antara arteri radialis dan tendon fleksor
karpi radialis. Kemudian masukan 1-2 ml anestetik lokal di daerah tersebut, pada sebagian
orang nervus ini akan terpalpasi dari volar ke dorsal maka dapat diberikan 2-3 ml anestetik
local langsung ke nervus dilateral radius. Anestesi ini akan memblok punggung tangan 3
jari lateral.

Gambar 5. Blok saraf radialis


c.Terapi operatif dilakukan apabila pergelangan tangan menjadi lemah dan cenderung untuk
turun (wristdrop) atau jika gejala-gejala tidak membaik setelah 3 bulan dilakukan terapi, maka
mungkin diperlukan pembedahan untuk menghilangkan/membebaskan tekanan pada
saraf.Setelah menjalani pembedahan, lengan bawah harus diistirahatkan dari aktivitas dengan
penggunaan splint atau brace. Secepat mungkin lengan bawah juga harus dilatih untuk
meningkatkan kisaran gerakannya (range of motion) dan setelahnya baru dilakukan latihan untuk
meningkatkan kekuatan dari lengan bawah dan tangan melalui pelatihan-pelatihan yang akan
diajarkan oleh dokter Spesialis yang merawat.

Cubital Tunnel syndrome

17
Cubital tunnel syndrome sendiri adalah efek dari tekanan pada nervus ulnaris,yang
merupakan salah satu nervus utama pada tangan. Gejalanya termasuk nyeri ( rasa nyeri nya sendiri
bisa di dapatkan karena terbenturnya siku yang dapat dirasakan sebagai sensasi tersetrum )
bengkak, lemah otot dari tangan, kesemutan atau mati rasa di jari manis dan kelingking. Dan sering
didapatkan juga nyeri di daerah bahu

Etiologi
Penyebab cubital tunnel syndrome sendiri dapat disebabkan karena konstriksi dari pengikat
jaringan, subluksasi dari nervus ulnaris di daerah medial epycondilus, cubitus valgus, penulangan
( bony spurs), hipertrofi synovium, tumor, trauma (Cubital tunnel syndrome didapatkan nervus
ulnaris dimana melewati terowongan cubital ( terowongan dari otot, ligamen, dan tulang ) didalam
siku, terjadi karena iritasi dari luka atau karena tekanan. Kondisi ini sering didapatkan pada orang
yang biasa mendapatkan tekanan pada daerahsikunya, seperti gerakan menarik, mengangkat, dan
melempar), dan invasi bakteri.

Terapi
Penanganan dapat dikerjakan dengan prosedur non operatif dan kooperatif.
Prosedur non kooperatif :
Pemberian NSAID , neurotonik, penyuntikan kortikosteroid local serta pemasangan night
spint dalam posisi sedikit fleksi.
Blok saraf ulnaris
Anestesi daerah tangan dapat dengan anestesi local di nervus ulnaris Nervus ulnaris
mempersarafi semua otot kecil pada tangan kecuali tiga dari empat otot pada eminensia tenar
( yang dipersarafi m. Aduktor polisis). Saraf ini bisa mengalami penekanan pada saluran ulnaris
di pergelangan tangan atau pada sulkus ulnaris disiku ( misalnya jika lengan diletakan dalam
posisi yang tidak benar dalam anastesi umum).pasien bisa mengeluhkan rasa geli atau mati rasa
dan kelemahan pada jari manis dan kelingking.. Banyak pasien dominan sensasi nervus radialis
didaerah dorsal tangan.

Alat dan bahan :

a) Penggaris dan pulpen untuk mengukur dan menentukan lokasi dan titik injeksi;

b) Alkohol usap dan 1% Lidokain siring 25G untuk anastesi kulit ;

c) Khlorheksidin glukonat sebagai antimikroba kulit;

18
d) Siring untuk sedasi (5 mg midazolam dan 250 mcg fentanyl untuk sedasi);

e) Anastesi lokal ;

f) Stimulator saraf perifer;

g) G Jarum stimulator,

h) Sarung tangan steril.

Persiapan :
1.Pasien dievaluasi dimana tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain
penyakit yang akan dioperasi.
2.Pemberian obat analgesik berguna untuk mengurangi rasa sakit selama jarum dimasukan
untuk melakukan blok saraf perifer.
3. Ruang tempat melakukan blok saraf harus terdapat monitor,alat dan obat jika terdapat
reaksi obat anestesi lokal yang tidak diinginkan (adverse reactions), obat obat sedasi atau
anestesi umum dapat disediakan jika sewaktu-waktu diperlukan.
4.Lakukan pemasangan IV line
5.Pemilihan obat anestesi lokal tergantung pada onset, durasi, dan derajat blok konduksi.
Lidokain dan mepivacaine untuk operasi 10-20 menit dengan durasi 2-3 jam, ropivakain dan
bupivakain memiliki onset kerja lambat, kurang memblok sistem motorik tapi memiliki efek
anestesi 6-8 jam.
6.Pemberian epinefrin 1:200.000(5 g /ml IV dapat meningkatkan durasi blok konduksi .

7. Setiap pemberian 5ml anestesi lokal harus diaspirasi terlebih dahulu untuk meminimalkan
resiko injeksi intravaskular.

19
8.Gambaran USG dengan resolusi tinggi akan menghasilkan visualisasi saraf perifer , letak
jarum blok dan distribusi cairan anestesi lokal sehingga meningkatkan keberhasilan blok
dan meminimalkan pemberian obat anestesi.
9.Memasukan jarum 3-4 cm kearah medial antara tendon fleksor karpi ulnaris dan arteri
ulnaris , berikan 3-5 ml anestesi local

.
Gambar 6. Blok Saraf Ulnaris
Prosedur kooperatif :
Insisi pada atap ligamen dengan menurunkan tekanan dan meluaskan permukaan cubital
tunnel
Transposisi n.ulnaris ke anterior.

KESIMPULAN

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan
kerusakan jaringan. Nyeri dibagi menjadi dua tipe yaitu, nyeri akut dan nyeri kronik. Berdasarkan
skala nyeri dibagi menjadi ringan, sedang, berat.pemeriksaan fisik dapat kita lakukan untuk menilai
nyeri meliputi pemeriksaan sendi, motorik, sensorik dan neurologis. Nyeri pada ekstremitas atas
dapat disebabkan karena terjadinya lesi pada saraf perifer ekstremitas atas. Untuk itu kita dapat
memblok saraf perifer meliputi blok nerves medianus,radialis dan ulnaris. masing masing nervus
memiliki tempat blok yang berbeda-beda. Tujuan akhir yang kita harapkan dari blok saraf perifer
ini adalah untuk mengurangi penggunaan obat-obatan analgesik dan modulasi respon nyeri
penderita.

20
DAFTAR PUSTAKA

1.Joint Commission on accreditation of Healthcare Organization Pain: curren


tu n d e r s t a n d i n g o f a s s e s s m e n t , m a n a g e m e n t , a n d t r e a t m e n t s . N a t i o
n a l pharmaceutical council, Inc ; 2001.

2. Irawan Hendri. Tehnik Blok Saraf Perifer.CDK-211 vol(40) 12; 2013.

3. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture Note On Clinical Medicine Ed. 06. Jakarta:
EMS;2007

4. Muhardi M, Rusli T, Sunatrio S. Anastelogi. Balai penerbit FK UI: Jakarta ; 2004.

5. Tamsuri, Anas. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC ; 2007.

2penekanan
inflamasi
nonuntuk
peradangan
obat
ataupun
saraf
secara
gerakan
inflamasi
peradangan
obat
ataupun
penyangga
untuk
tangan
serta
gerakan
ini
pada
yang
ahli,
menjaga
otot
lain
bawah anti
penyangga
siku,
dan
memperparah
pada
yang
ini
dokter
kesehatan
tangan
antara
latihan
untuk
saraf.
operatif
apabila
lemah
cenderung
setelah
mungkin mengurangi
kortikosteroid
peradangan,
pembengkakan
sedang
saraf
tertekan.
(fisioterapi)
dilakukan
terapi
mengatasi
juga
berbagai
akan
menjaga
pembedahan
bebaskan dan
lain
merawat.
anti
kortikosteroid
peradangan,
secara saraf
pergelangan
dan sendi
dapat
memperparah
saraf
sedang
(fisioterapi)
latihan
dilakukan
tangan
dengan
peregangan
mengurangi
penekanan
operatif
apabila
(wristdrop)
gejala-gejala
membaik
bulan
pembedahan
diperlukan
ebaskan
aktivitas
splint
Secepat
harus
kisaran
(range
setelahnyaharus
diistirahatkan
atau
meningkatkan
kekuatan
lengan
pelatihan-
diajarkan
Spesialis
merawat atau
inflamasi
radialis
serta
pergelangan
menekuk
sendi ini
fisik.
ahli,
pemanasan,
pendinginan,
ultrasound
mengurangi
dan
(wristdrop)
jika
tidak menjadi
menghilangkan/mem
saraf.Setelah
pembedahan,
menjalani
bawah
diistirahatkan
aktivitas
penggunaan
atau
Secepat
kisaran
(range
kekuatan harus
brace.
harus
meningkatkan
lengan
pelatihan-
akan atau
langsung.
pergelangan
dan
memutar
menekuk
fisik.
meliputi
pemanasan,
pendinginan,
ultrasound
mengatasi
akan
berbagaidiajarkan dengan
pemberian
otot
peregangan injeksi
pada
langsung.
pergelangan(splint)
atau
memutartangan
siku,
dapat
dengan
gejala-gejala
membaik
3 pada
pergelangan
dilakukan
atau
bulan
diperlukan
untuk
tekanan
gerakannya
setelahnya
dilakukan of bawahdari
melalui
diajarkan
Spesialis
dengan
inflamasi
pemberian
mengurangi
penekanan siku,
olehdan
kesehatan
dilakukan
cenderung
menjadi
dilakukan
menghilangkan/memb
menjalani
pembedahan, tekananlatihan
untuk
pada
atau
setelah
mungkin
dilatih
ofgerakannya
motion)
bawah baru
dari
melalui
oleh
yang dan
lengan
iritasi
radialis
dan
Terapi
meliputi
oleh
untuk
latihanatau
nyeri
diajarkan dan
lengan
dari
splint
mungkin
dilatih
motion) baru
oleh
injeksi
radialis
(splint)
atau
tangan
lengan
radialis
untuk
nyeri
latihan iritasi
tertekan.
Terapi
dokter
dannon
siku,
ini
untuk
saraf.
lemah
tidak
lengan
dari
brace. jika
juga
dan
dan
dokter 3 21

Anda mungkin juga menyukai