Anda di halaman 1dari 10

Nama Peserta : dr.

MH Yuda Alhabsy
Nama Wahana: RSUD dr. Soedarsono Pasuruan
Topik: Appendicitis akut perforasi
Tanggal (kasus) : 28 November 2015
Nama Pasien: An. Oktavia Indrasari No. RM:
Tanggal Presentasi: Nama Pendamping: dr. Tina Soelistiani

Tempat Presentasi : Aula lantai 2 RSUD dr. Soedarsono Pasuruan


Objek Presentasi
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Anak perempuan usia 6 tahun datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah dan tidak bisa BAB sejak 3 hari yang lalu. Mual (+), muntah
(+) 2x muntah cairan.
Tujuan : Untuk menegakkan diagnose appendicitis akut secara cepat dan tepat
Bahan Bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas Diskusi Presentasi dan Email Pos
Diskusi
Data Pasien Nama: An. Oktavia Indrasari No. Registrasi: 10-87-48
Nama Klinik : RSUD dr. Soedarsono Pasuruan Telp: (0321)321635 Terdaftar sejak: 28 Juli 2015
Data Utama untuk bahan diskui:
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Appendicitis akut perforasi
2. Riwayat Pengobatan: Tidak Ada
3. Riwayat kesehatan/ penyakit: Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya
4. Riwayat keluarga: Tidak terdapat riwayat penyakit dengan gejala yang sama pada keluarga
5. Riwayat pekerjaan: Pasien merupakan pelajar kelas TK B
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: : Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tua dan kakaknya. Pasien merupakan anak kedua dari dua
bersaudara. Lingkungan tempat tinggal pasien sudah cukup bersih. Pasien sering jajan sembarangan saat di sekolah, dan suka makanan pedas
dan berminyak. Pasien jarang makan buah dan sayur-sayuran.
7. Riwayat imunisasi: Ibu pasien mengatakan imunisasi yang diberikan lengkap
8. Lain-lain (lab, rontgen, dll):
Lab :
Hb : 10,4
Hematokrit : 34,7
Trombosit : 429.000
Leukosit : 15.400
Thorax Foto : dalam batas normal
BOF : dalam batas normal

Daftar Pustaka
1. Katz S Michael, Tucker Jeffry. Appendicitis. Diakses dari: www.emedicine.com, tanggal 3 Oktober 2015.
2. Craig Sandy, Lober Williams. Appendicitis, Acute. Diakses dari www.emedicine.com, tanggal 3 Oktober 2015.
3. Chapter II. Universitas Sumatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19162/4/Chapter%20II.pdf Diakses tanggal 5 Oktober
Pembahasan Portofolio
Subjektif
Pasien datang kiriman dr. Sp.A. Pasien datang ke IGD dengan posisi agak membungkuk menahan kesakitan. Pasien datang
dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak kemarin. Nyeri perut dirasakan menetap dan terus menerus. Nyeri dirasakan bertambah
hebat sejak tadi pagi. Pasien tidak bisa BAB sejak 3 hari yang lalu. BAK (+) normal, flatus (+) jarang. Pasien mual (+), muntah (+) 2x
cairan sejak kemarin, sebelumnya pasien nafsu makan sudah menurun. Badan pasien lemah dan demam (+) sejak kemarin.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU:


Riwayat penyakit serupa disangkal
Riwayat terdapat gangguan BAB (+)
Riwayat konstipasi (+)

KEBIASAAN:
Kebiasaan makan sayur-sayuran (-)
Kebiasaan makan buah-buahan (+) jarang
Kebiasaan makan makanan pedas (+)
Riwayat minum kopi dan alcohol (-)
Riwayat banyak minum air putih (+)

RIWAYAT KELUARGA:
Riwayat penyakit serupa dengan pasien disangkal
Riwayat konstipasi disangkal
Riwayat memiliki gangguan kronis disangkal

Objektif
I. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos mentis; GCS 15 (E=4; V=5; M=6)

Tanda-tanda vital
Berat badan : 21 kg
Pulsasi : 100 x/menit (teratur, kuat dan penuh)
Laju pernafasan : 26 x/ menit
Suhu : 38,7oC

KEPALA DAN WAJAH


Kepala : Normocephali, deformitas (-), simetris (+), edema (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter3mm/3mm
Telinga : Deformitas (-/-), sekret (-/-), serumen (-/-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-), Septum nasi di tengah
Mulut : Mukosa oral tidak hiperemis,
Leher : Trakea ditengah, tidak tampak jejas ataupun lesi kulit lain, KGB tidak teraba

THORAKS-PARU
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga ()
Palpasi : Gerak nafas teraba simetris, stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru,
Auskultasi : Bunyi nafas vesikular ( +/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

THORAKS-JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, gallop (-), murmur (-)

ABDOMEN
Inspeksi : Datar, sikatriks (-), pelebaran vena (-), rash (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal di seluruh kuadran
Perkusi : Timpani diseluruh kuadran
Palpasi : Soepel, hepatosplenomegali (-), nyeri tekan titik Mc burney (+), Psoas sign (+), Rovsign sign (+), Obturator sign (+)
EKSTREMITAS:
Akral hangat (+) di keempat ekstremitas, capillary refill time <2 detik
Edema (-) di keempat ekstremitas

PEMERIKSAAN PENUNJANG

NO DARAH LENGKAP NILAI HASIL PEMERIKSAAN NILAI NORMAL


1. Haemoglobin (Hb) 10,4 11,0-16,5
2. Hematokrit (PCV) 34,7 35-50 %
3. Trombosit 429.000 150-390 rubu/UL
4. Leukosit 15.400 3.500-10.000/UL
5. LED/BBS 40/70 0-20 mm/jam l
6. Urea-UV 38 10-50 mg/dl
7. Creatinin 0,52 0,5-1,0 mg/dl
8. SGOT 40 <36 mg/dl
9. SGPT 32 <52 mg/dl

THORAX FOTO : dalam batas normal


BOF : dalam batas normal

Assessment
Diagnosis :
Appendicitis akut Perforasi
Apendisitis biasa disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing,
striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Apendisitis akut adalah proses radang bakteria yang timbul
secara mendadak, apendisitis disebabkan oleh berbagai faktor.1,2
Appendicitis akut dapat disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang bacteria yang dicetuskan oleh beberapa factor
pencetus diantaranya Hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor dan cacaing askaris yang menyumbat. Ulserasi mukosa merupakan tahap
awal dari penyakit ini. 2,3
Apendisitis Akut Perforasi yaitu pada dinding apendiks telah teIjadi ruptur, tampak daerah perforasi yang dikelilingi oleh jaringan
nekrotik. Perforasi disebabkan keterlambatan penanganan terhadap paslen apendisitis akut. Perforasi disertai dengan nyeri yang lebih
hebat dan demam tinggi (sekitar 38,3 0C). Biasanya perforasi tidak terjadi pada 12 jam pertama. Pada apendiktektomi yang dilakukan
pada pasien usia kurang dari 10 tahun dan lebih dari 50 tahun, ditemukan 50 % nya telah mengalami perforasi . Akibat perforasi ini
sangat bervariasi mulai dari peritonitis umum, sampai hanya berupa abses kecil yang tidak akan mempengaruhi manifestasi kliniknya.1,3

Plan
Diagnosa : dilakukan pemeriksaan fisik seperti suhu, abdomen terdapat nyeri titik mcburney, psoas sign, rovsign sign,dan obturator sign
untuk mendiagnosis secara tepat dan segera mendapatkan penanganan yang tepat serta untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Diagnosis appendisitis memiliki kemiripan dengan diagnosa penyakit lainnya, karena itulah pada sekitar 15-20% kasus terjadi
kesalahan diagnosis klinis. Penyakit yang memiliki gejala mirip antara lain:

- Gastroenteritis
Terjadi mual, muntah, diare mendahului rasa sakit. Sakit perut lebih ringan dan terbatas tegas. Hiperperistaltis sering ditemukan. Panas
dan leukosit kurang menonjol dibandingkan apendisitis akut. laboratorium biasanya normal karena hitung normal.
- Limfedenitis Mesenterika
Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai dengan sakit perut, terutama kanan disertai dengan perasaan mual, nyeri
tekan, perut samar terutama kanan.
-Demam Dengue
Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis. Di sini didapatkan hasil positif untuk Rumple Leed, trombositopeni, hematokrit yang
meningkat.
- Infeksi Panggul
Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada apendisitis dan nyeri perut bagian
bawah lebih difus. Infeksi panggul pada wanita biasanya disertai keputihan dan infeksi urin. Pada gadis dapat dilakukan pemeriksaan
melalui dubur jika perlu untuk diagnosis banding. Rasa nyeri pada pemeriksaan melalui vagina jika uterus diayunkan.
-Gangguan alat kelamin perempuan
Folikel ovarium yang pecah dapat memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Tidak ada tanda radang dan
nyeri biasa hilang dalam waktu dalam 24 jam, tetapi mungkin dapat mengganggu selama dua hari, pada anamnesis nyeri yang sama
pernah timbul lebih dahulu.
- Kehamilan di luar kandungan
Hampir selalu ada riwayat terlambat haid dengan keluhan tidak yang tidak menentu Ruptur tuba, abortus kehamilan di luar rahim disertai
pendarahan maka akan timbul nyeri mendadak difus di pelvis dan bisa terjadi syok hipovolemik. Nyeri dan penonjolan rongga Douglas
didapatkan pada pemeriksaan vaginal dan didapatkan pada kuldosintesis.
-Divertikulosis Meckel
Gambaran klinisnya hampir serupa dengan apendisitis akut. Pembedaan sebelum operasi hanya teoritis dan tidak perlu, sejak
diverticulosis Meckel dihubungkan dengan komplikasi yang rnirip pada apendisitis akut dan diperlukan pengobatan serta tindakan bedah
yang sama.
-Intussusception
Ini harus dibedakan dengan apendisitis akut karena pengobatan berbeda umur pasien sangat penting, apendisitis jarang pada umur di
bawah 2 tahun sedangkan hampir seluruh Intususception idiopatik terjadi di bawah umur 2 tahun.
-Ulkus Peptikum yang Perforasi
Ini sangat mirip dengan apendisitis jika isi gastroduodenum terbalik mengendap turun ke daerah usus bagian kanan (Saekum).
-Batu Ureter
Jika diperkirakan mengendap dekat apendiks, ini menyerupai apendisitis retrocecal. Nyeri menjalar ke labia, scrotum, atau penis,
hematuria dan / atau demam atau leukosotosis membatu. Pielography biasanya untuk mengkofirmasi diagnosa.1,2,3

Pengobatan :
IGD Informed consent
Infus D5 NS 1500 cc/24 jam
Injeksi Antrain jika suhu diatas 38,5C 300mg
Injeksi Tricefin 2x250 mg
Cek DL
Konsul dr Sp.B OP CITO!
RUANGAN
Tx dr. Sp.B Terapi Lanjut
Infus Metronidazole3x125 mg
Injeksi Rantin 2x25 mg
Lab Lengkap, BOF, Thorax Foto, Puasa

Pemberian antibiotik intravena diberikan untuk antisipasi bakteri patogen, antibiotik initial diberikan termasuk gegerasi ke 3
cephalosporins, ampicillin sulbaktam, dll, dan metronidazol atau klindanisin untuk kuman anaerob. Pemberian antibiotik postops harus
di ubah berdasarkan kulture dan sensitivitas. Antibiotik tetap diberikan sampai pasien tidak demam dengan normal leukosit. Setelah
memperbaiki keadaan umum dengan infus, antibiotik serta pemasangan pipa nasogastrik perlu di lakukan pembedahan sebagai terapi
definitif dari appendisitis perforasi. 2

LAPORAN OPERASI
Hasil Eksplorasi : Appendix retrocaecal, perforasi di bagian tengah, pus 100 CC
Tindakan : Dilakukan cuci pus, cuci cavum abdomen, Appendiktomi double ligasi
Diet post OP : Bubur halus-bubur kasar-bubur Tim

Terapi bedah meliputi apendiktomi dan laparoskopik apendiktomi. Apendiktomi terbuka merupakan operasi klasik pengangkatan
apendiks. Mencakup Mc Burney, Rocke-Davis atau Fowler-Weir insisi. Dilakukan diseksi melalui oblique eksterna, oblique interna dan
transversal untuk membuat suatu muscle spreading atau muscle splitting, setelah masuk ke peritoneum apendiks dikeluarkan ke lapangan
operasi, diklem, diligasi dan dipotong. Mukosa yang terkena dicauter untuk mengurangi perdarahan, beberapa orang melakukan inversi
pada ujungnya, kemudian sekum dikembalikan ke dalam perut dan insisi ditutup.3
Mengenai pemilihan metode tergantung pada ahli bedahnya. Apendiks kemudian diangkat dari abdomen menggunakan sebuah
endobag. Laparoskopik apendiktomi mempunyai beberapa keuntungan antara lain bekas operasinya lebih bagus dari segi kosmetik dan
mengurangi infeksi pascabedah. Beberapa penelitian juga menemukan bahwa laparoskopik apendiktomi juga mempersingkat masa
rawatan di rumah sakit. Kerugian laparoskopik apendiktomi antara lain mahal dari segi biaya dan juga pengerjaannya yang lebih lama,
sekitar 20 menit lebih lama dari apendiktomi terbuka. Namun lama pengerjaanya dapat dipersingkat dengan peningkatan pengalaman.
Kontraindikasi laparoskopik apendiktomi adalah pada pasien dengan perlengketan intra-abdomen yang signifikan. 3

Edukasi
- Hindari makan makanan yang pedas
- Perbanyak makan makanan tinggi serat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran
- Perbanyak minum air putih
- Obat yang diberikan diminum secara teratur dan kontrol post operasi
- Hindari minum-minuman beralkohol dan kopi

Gaya hidup individu pun dapat menyebabkan terjadinya apendisitis, kebiasaan individu mengkonsumsi makanan rendah serat dapat
menyebabkan konstipasi yang akan menyebabkan meningkatnya tekanan intraluminal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional
apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa dan terjadilah apendisitis. 1,2
Dalam menangani usus buntu sebaiknya jangan terlalu banyak makan zat non hidrohenik, seperti cabai-cabaian. Bila sering makan
satu cabai, maka zat ini akan awet dalam tubuh sampai meninggal dunia, tidak keluar; kenyang terus; sehingga tidak ada gantian zat.
Tetapi bila cabai dibuat sambal dengan seluruh jenis cabai merah, cabai hijau, cabai kuning; cabai hitam dan lain-lain, maka tidak
berpengaruh terhadap kesehatan tubuh. Pasca operasi hindari makan makanan yang dapat menyebabkan alergi, konsumsi makanan anti-
oksidan (tomat, dll.) Hindari konsumsi makanan yang menstimulasi (kopi, alkohol, rokok), dan minum air 6-8 gelas/hari. 1,2

Prognosis
Bila ditangani dengan baik, prognosis apendiks adalah baik. Secara umum angka kematian pasien apendiks akut adalah 0,2-0,8%, yang
lebih berhubungan dengan komplikasi penyakitnya daripada akibat intervensi tindakan.1

Anda mungkin juga menyukai