6. Pemeriksaan Fisik : Tampak sakit sedang, compos mentis, TD 110/70 mmHg, Nadi
98x/menit, RR 20x/menit, T 380 C. Skala nyeri VAS 7/10.
Thorax: paru ves +/+ Rh-/- wiz -/-
Abdomen: flat, supel, nyeri tekan Mc burney, psoas sign (+), rovsing sign (+),
blumberg sign (+), obturator sign (+).
RT: mukosa licin, nyeri arah jam 10-11, darah (-), lendir (-)
7. Pemeriksaan penunjang :
DL : Leukosit 22.440
Daftar Pustaka :
1. Sjamsuhidajat R, Jong D, 2010, buku ajar ilmu bedah, Edisi 3, Jakarta, EGC.
2. Jones MW, Lopez RA, Deppen JG, 2019, Appendicitis, In: StatPearls, Treasure Island
Vol.36 46–49
5. Spirt MK, 2010, appendicitis, national institute of diabetes and digestive and kidney
Digestif, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah, Edisi IV, Surabaya, Pusat
7. Sjukur A, Wibowo S, ALrasjid H et al, 1994, radang usus buntu dalam bedah digestif
dan anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah, Surabaya, Pusat Penerbitan
8. Sjamsuhidajat R, Jong D, 2010, buku ajar ilmu bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC.
Hasil Pembelajaran :
Menegakkan diagnosis, melakukan manajemen serta mencegah komplikasi dari Appendicitis
akut.
LAPORAN KASUS
Identitas pasien:
Nama : Sdr. I
Usia : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Nama Ibu : Ny S
Usia Ibu : 42 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Ds. Ngadirejo, Kec. Kota, Kota Kediri.
Tanggal Pemeriksaan : 21 September 2020
No. RM : 1521**
Subjektif:
Keluhan Utama: Nyeri perut
RPS: Pasien mengeluh nyeri perut kanan bawah sejak 4 hari sebelum MRS. Nyeri
berawal dari ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah. Pasien juga mengeluh
demam sejak 2 hari. Demam sumer-sumer tapi terus menerus. Panas turun
sebentar ketika pasien minum paracetamol, kemudian demam lagi. Pasien juga
mengeluh mual sejak 4 hari. Mual terus menerus dan memberat terutama ketika
setelah makan. Muntah juga dialami pasien sejak 2 hari ini, muntah terutama
setelah makan. Muntah sehari kurang lebih 3 kali, muntah berupa makanan dan
tidak ada darah. Selama sakit berat badan tidak mengalami penurunan. BAK (+)
terakhir 1 jam sebelum ke RS dan BAB (+) dalam batas normal.
RPD: pasien belum pernah sakit seperti ini
Riwayat alergi :
o Bahan injektan : disangkal
o Bahan kontaktan : disangkal
o Bahan ingestan : disangkal
o Bahan inhalan : disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga: tidak ada yang riwayat sakit serupa dalam keluarga
Riwayat Pengobatan : pasien sudah mimum paracetamol yang dibeli di apotek
tetapi demam hanya turun sebentar kemudian naik kembali
Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien merupakan anak ke 1 dari 2
bersaudara. Pasien tinggal bersama orang tuanya. Tidak ada riwayat merokok,
minuman keras atau narkoba. Pasien suka makanan pedas.
Objektif:
PEMERIKSAAN FISIK (21 September 2020 jam 10.00 WIB)
Keadaan umum: tampak sakit sedang (VAS 7/10)
GCS 456 Compos Mentis, Gelisah
Tanda vital
o TD : 110/70 mmHg
o Nadi : 98 x/menit
o RR : 20x/menit
o Temp ax : 38°C
Kepala leher:
o AICD -/-/-/- , RC +/+ PBI 3mm/3mm
Thorax:
o Pulmo:
Inspeksi: simetris, normochest, jejas (-)
Palpasi: ekspansi dinding dada simetris, fremitus raba simetris
Perkusi: sonor/sonor
Auskultasi: ves/ves, rhonki (---/---), wheezing (---/---)
o Cor:
Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi: ictus cordis tidak teraba
Perkusi: batas jantung normal
Auskultasi: s1 s2 tunggal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
o Inspeksi: datar
o Auskultasi: BU (+) normal
o Palpasi: supel, nyeri tekan Mcburney (+), psoas sign (+), rovsing sign (+),
blumberg sign (+), obturator sign (+).H/L tidak teraba membesar, turgor
kulit normal
o Perkusi: timpani
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 detik
Pemeriksaaan neurologi: Meningeal sign (-)
Motorik :
5 5
5 5
RT: mukosa licin, nyeri arah jam 10-11, darah (-), lendir (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (21-09-2020)
Darah Lengkap
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Neutrofil 73,6 46 – 73 %
Limfosit 18,6 17 – 48 %
Monosit 8,1 4 – 10 %
Alvarado score: 7
BT: 1 menit 00 detik
CT: 6 menit 00 detik
SGOT: 11
SGPT: 16
HbsAg: negatif
HIV: NR
BUN: 10
SC: 0,82
Rapid covid: NR
Assesment:
Working Diagnosis : Appendicitis Akut
Secondary Diagnosis :
- Nausea & vomiting
Planning:
1. Planning diagnosis:
Appendicogram
2. Planning therapy:
MRS
Infus RL 14 tpm
Inj. Santagesik 3x 500mg
Inj. Ceftriaxon 2x 1gr
Inj. Ranitidin 2x 50mg
Inj. Ondancetron 2x 4mg
Pro Laparotomi
3. Planning monitoring:
Cek DL, keluhan, tanda-tanda vital
4. Edukasi:
Mengenai kondisi terkini pasien, tatalaksana apa yang akan dilakukan,
komplikasi yang mungkin terjadi.
FOLLOW UP
Tgl Subyektif Obyektif Assessment Planning
21/09 Panas turun, KU sedang, GCS 456 Appendicitis Infus RL 14 tpm
/2020 nyeri perut TD: 110/70, N:80, RR 20 Akut Inj. Santagesik 3x
berkurang, T 36,8 500mg
makan K/L: AICD -/-/-/- pKGB – Inj. Ceftriaxon 2x 1gr
minum Thorax Inj. Ranitidin 2x 50mg
sedikit, (P) ves/ves, rh-/-, wh---/--- Inj. Ondancetron 2x
mual sedikit sonor/sonor 4mg
(C) S1S2 tunggal m- g-
Diet TKTP 3x/hari oral
Abd : supel, timpani, BU +
Pro laparotomi besok
normal
Eks : AHKM, CRT< 2detik
VAS 4/10
22/09 Keluhan (-) KU sedang, GCS 456 Appendicitis Infus RL 14 tpm
/2020 TD: 120/80, N:84, RR 20 akut post Infus D5 20 tpm
T 36,2 laparotomi Inj. cefotaksim 2x1gr
K/L: AICD -/-/-/- pKGB – appendictomi Inj. metronidazol 3x
Thorax 500 mg
(P) simves/ves, rh-/-, wh---/--- Inj. Ranitidin 2x50mg
sonor/sonor
Inj. Santagesik
(C) S1S2 tunggal m- g-
3x500mg
Abd : supel, timpani, BU +
Diet TKTP 3x/hari oral
normal
Eks : AHKM, CRT< 2detik
Telah dilakukan laparotomi
appendictomi
VAS 2/10
Terpasang drain (+)
PEMBAHASAN
Appendicitis Akut
1.1 Definisi
yang terletak di ujung sekum, biasanya di kuadran kanan bawah perut. Appendicitis
merupakan penyakit sering yang bersifat akut, biasanya dalam 24 jam, tetapi juga dapat
muncul sebagai kondisi yang lebih kronis jika telah terjadi perforasi dengan abses2.
Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur. Paling sering terjadi antara usia 5
dan 45 dengan usia rata-rata 28 tahun. Insidensinya sekitar 233 / 100.000 orang. Laki-laki
dibandingkan dengan perempuan, dengan kejadian 8,6% untuk pria dan 6,7% untuk
wanita. Ada sekitar 300.000 kunjungan rumah sakit setiap tahun di Amerika Serikat untuk
masalah terkait Appendicitis2. 75% persen pasien datang dalam 24 jam setelah timbulnya
gejala. Risiko pecah adalah variabel tetapi sekitar 2% pada 36 jam dan meningkat sekitar
Penyebab Appendicitis biasanya berasal dari obstruksi lumen apendiks. Ini bisa berasal
dari beberapa etiologi. Hambatan aliran lender di muara apendiks tampaknya berperan
Tumor apendiks seperti tumor karsinoid, parasit usus, dan jaringan limfatik yang
mengurangi gerakan dari apendiks dapat berkembang dari Appendicitis mukosa menjadi
1.2 Etiologi
a. Hiperplasia KGB
Appendicitis1,5.
b. Fekalit
bisa berasal dari beberapa etiologi. Konstipasi menyebabkan tekanan di dalam sekum
mukosa1,2,5.
dan Appendicitis2.
d. Pencetus lain
penyebab pasti Appendicitis akut tidak diketahui. Ketika lumen apendiks terhambat,
bakteri akan menumpuk di usus buntu dan menyebabkan peradangan akut dengan
perforasi dan pembentukan abses1. Hematogen dari proses infeksi diluar apendiks7
1.3 Epidemiologi
Appendicitis dapat ditemukan pada semua umur. Paling sering terjadi antara usia 5
dan 45 dengan usia rata-rata 28 tahun. Insidensinya sekitar 233 / 100.000 orang. Laki-laki
dibandingkan dengan perempuan, dengan kejadian 8,6% untuk pria dan 6,7% untuk wanita.
Ada sekitar 300.000 kunjungan rumah sakit setiap tahun di Amerika Serikat untuk masalah
terkait Appendicitis2. 75% persen pasien datang dalam 24 jam setelah timbulnya gejala.
Risiko pecah adalah variabel tetapi sekitar 2% pada 36 jam dan meningkat sekitar 5% setiap
1.4 Patofisiologi
dinding apendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Patofisiologi Appendicitis kemungkinan
berasal dari obstruksi lubang appendiks. Obstruksi ini dapat disebabkan oleh hiperplasia
limfoid, infeksi (parasit), fecaliths, atau tumor jinak atau ganas. Obstruksi menyebabkan
peningkatan tekanan intraluminal dan intramural, yang mengakibatkan oklusi pembuluh kecil
dan stasis limfatik. Setelah dihalangi, apendiks terisi lendir dinding apendiks menjadi
iskemik, nekrosis dan perforasi6. Pertumbuhan berlebih bakteri dengan organisme aerob
mendominasi pada radang usus buntu awal dan campuran aerob dan anaerob di kemudian
hari. Organisme yang umum termasuk Escherichia coli, Peptostreptococcus, Bacteroides, dan
Pseudomonas. Setelah peradangan dan nekrosis yang signifikan terjadi, apendiks berisiko
perforasi yang menyebabkan abses terlokalisasi dan kadang-kadang peritonitis. Posisi paling
umum dari apendiks adalah retrocecal. posisi ujung apendiks dapat bervariasi. Posisi-posisi
yang mungkin termasuk retrocecal, subcecal, pre dan post-ileal2. Upaya pertahanan tubuh
berusaha membatasi proses radang ini dengan omentum, usus halus atau adnexa sehingga
terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk
abses Appendicitis akan sembuh dan massa periapendikular akan menguraikan diri secara
lambat. Apendiks yang meradang akan membentuk jaringan parut dan melengket dengan
jaringan sekitarnya. Perlnegketan ini menimbulkan keluhan berulang di perut kanan bawah.
Suatu saat organ ini dapat meradang akut dan dinyatakan sebagai eksaserbasi akut1
1.5 Diagnosis
1.5.1. Anamnesis
Gejala klasik Appendicitis ialah nyeri visceral pada epigastrium di sekitar
distimulasi, dan ini menyebabkan nyeri terpusat yang samar. Karena apendiks
Keluhan ini sering disertai mual dan kadang ada muntah, demam 37,5◦-38,5◦.
Umumnya nafsu makan menurun dalam beberapa jam dan nyeri akan berpindah
ke kanan bawah ke titik mc burney (Ligart’s sign). Disini nyeri teraba lebih tajam
dan lebih jelas letaknya. Bila terdapat perangsangan peritoneum biasanya pasien
mengeluh nyeri saat berjalan,batuk,bersin, dan semakin memberat dalam beberapa
jam. Bila apendiks terletak retrosekal, retroperitonel, tanda nyeri perut kanan
bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritonneal karena
apendiks terlindung oleh sekum. Rasa nyeri lebih kearah perut sisi kanan atau
nyeri timbul saat berjalan karena kontraksi otot psoas mayor yang menegang dari
menjadi lebih cepat serta berulang. Jika appendix menempel pada vesica urinaria
kemih. Gejala Appendicitis akut pada anak tidak spesifik. Biasanya hanya rewel
dan tidak mau makan kaena anak tidak dapat melukiskan rasa nyerinya beberapa
jam kemudia anak akan muntah dan lemah serta letargis. Karena gejala yang tidak
khas biasanya Appendicitis pada anak diketahui setelah terjadi perforasi. Pada
bayi 80%-90% baru diketahui setelah perforasi. Pada ibu hamil keluhan nyeri
perut, mual, muntah pada trimester pertama perlu di cermati. Pada kehamilan
lanjut sekum dan apendiks akan terdorong ke kranial sehingga keluhan tidak
dirasakan pada perut kanan bawah melainkan pada regio lumbal kanan. Beberapa
pasien mungkin datang dengan fitur yang tidak biasa seperti nyeri yang
terlokalisasi di kuadran kanan bawah. Pada pasien ini, rasa sakit mungkin
membangunkan pasien dari tidur. Selain itu, pasien yang jarang dapat mengeluh
a. Vital Sign
Tampak sakit, nadi meningkat, demam biasanya sekitar 37,5◦ – 38,5◦. Bila suhu
temukan pada penderita perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada
abses periapendikular1.
c. Palpasi abdomen
Rovsing sign
Menekan sisi kiri bawah perut dan akan terasa nyeri pada sisi kanan perut5.
Psoas sign
Pemeriksaan uji psoas dan uji obturatir merupakan pemeriksaan yang lebih di
anjurkan untuk mengetahui letak apendiks. Nyeri saat otot psoas mayor
hiperekstensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan
kemudian paha kanan ditahan atau dapat dicoba dengan mengangkat paha
kanan pada saat berbaring Bila apendiks yang meradang menepel di otot
belakang
Obturator sign
Gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang akan
Dunphy sign
Colok dubur
Pemeriksaan colok dubur arah jam 10 dan 11 menyebabkan nyeri bila daerah
infeksi dapat di capai dengan jari telunjuk misal pada Appendicitis pelvica.
Pada Appendicitis pelvica tanda perut sering meragukan maka kunci diagnosis
akibat adanya ileus paralitik pada peritonitis generalisata yang disebabkan oleh
apendsitis perforasi1.
1.5.3 Pemeriksaan Penunjang
d. Foto BOF Tidak khas, tampak appendicolith, bila ada udara bebas sudah terjadi
proses perforasi1
akurasi lebih dari 95% untuk diagnosis Appendicitis. USG kurang sensitif dan
h. MRI juga dapat berguna untuk pasien hamil dengan dugaan Appendicitis 2. Cara
terbaik untuk mendiagnosis Appendicitis akut adalah dengan riwayat yang baik
dan pemeriksaan fisik rinci. Namun hari ini, sangat mudah untuk melakukan CT
scan di bagian gawat darurat. Sudah menjadi praktik umum untuk mengandalkan
a. Gatroenteritis Akut7
Dimulai dengan mual dan muntah barudisusul dengan rasa sakit. Sebaliknya pada
Appendicitis akut dimuali dengan rasa sakit di ikuti oleh mual dan muntah
- Limfadenitis mesenteric
- Enterokolitis
- Ileitis terminalis
- KET
- Tukak peptic
- Kolesistitis
- Pangkreatitis
- Diverticulitis
- Perforasi ca colon
- Pneumonia
- Pleuritis
- Infark miokard
- Kista ovarium
1.7 Terapi
Saat berada di unit gawat darurat, pasien harus tetap diberi rehidrasi secara
leukosit >20.000
3. Foie appendiculare terjadi emboli kuman lewat system porta kehepar sehingga
timbul mikroabses di hepar. Penderiata jatuh kedalam keadaan toksik dan icterus7.
Pengobatan gold standart untuk Appendicitis akut adalah dengan melakukan operasi
apendektomi2.
b. Persiapan pembedahan3,7
- Pemberian infus
- Pemasangan kateter
- Premedikasi anestesi
dinding abdomen dengan cara dan teknik dan baik. Bila terjadi
operasi (dehiscense)8
1. Accessibility (keterdekatann)
diperlukan
3. Security (keamanan)
operasi
4. Kosmetik
- Macam irisan8
A. Median
B. Paramedian kanan transrektal
C. Paramedian kiri trapdoor
D. Transversal
E. Gridiron
F. Subcostal kanan (Kocher)
G. Torakotomi
H. Pfannenstiel
a. Sedikit perdarahan
alba
a. Irisan gridiron
c. Irisan pfannenstiel
d. Irisan transversal
3. Abdominothoracic
proximal gaster.
- Prosedur
kanan
juga irisan gridon. Irisan lain yang dapat dilakukan adalah irisan
midclavicula-midingunal
di bawah peritoneum.
8. Setelah sekum ditemukan, kita pegang pinset usus dan kita Tarik
Gambar 2.15
Gambar 2.16
13. Pentupan luka operasi. Peritoneum ditutup dengan jahitan
14. Lemak ditutup dengan jahitan simpul cutgut pain 3/0 dan kulit
a. Durante operasi
i. Perdarahan intraperitoneal
b. Pasca bedah
i. Perdarahan
v. Peritonitis
vi. Fistel usus
i. Streng ileus
1.8 Komplikasi
perforasi bebas maupun perforasi pada pendiks yang telah mengalami pendindingan
sehingga membentuk masa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, ileus.
1. Massa Periapendikuler
ditutupi atau dibungkus oleh omentum dan atau ileus. Pada massa periapendicular
generalisata. Oleh sebab itu massa appendicular yang masih bebas (mobile)
sebaiknya dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut. Pada anak dipersiapkan
operasi dalam waktu 2-3 hari. Pada dewasa sebaiknya dirawat terlebih dahulu dan
diberi antibiotic sambil dilakukan observasi terhadap suhu tubuh, ukuran masa
serta luasnya peritonitis. Bila sudah tidak demam, massa apendikular menghilang
dan leukosit normal. Penderita boleh pulang dan apendektomi dilakukan elektif
dalam 2-3 bulan agar perdarahan akibat perlengketan dapat di minimalisir. Bila
terjadi perforasi akan terjadi abses apendiks. Hal ini ditandai dengan kenaikan
pembengkakan massa8.
2. Appendicitis Perforasi
factor yang berperan dalam terjadinya perforasi apendiks. Insiden perforasi pada
penderita usia diatas 60 tahun dilaporkan sekitar 60%. Factor yang mempengaruhi
tingginya insiden perforasi pada orang tua adalah samar, keterlambatan berobat,
tinggi pada anak disebabkan oleh dinding apendiks yang masih tipis, anak kurang
pendindingan kurang sempurna akibbat perforasi yang cepat dan omentum yang
belum berkembang8.
dengan demam tinggi, nyeri perut hebat pada seluruh dinding perut, pungtum
maksimum pada iliaca kanan, bising usus yang menurun atau menghilang akibat
adanya ileus paralitik. Abses rongga peritoneum terjadi apabila pus yang menyebar
dan positif serta anaerob, pemasangan pipa nasogastric perlu dilakukan sebelum
pembedahan. Perlu dilakukan laparotomi dengan insisi yang panjang agar mudah
dibilas dengan mudah hasilnya dilaporkan tidak berbeda jauh dibandingkan dengan
laparotomy terbuka, tetapi keuntungannya adalah lama rawat lebih pendek dan
secara kosmetik lebih baik. Karena kemungkinan terjadi infeksi luka operasi
sebaiknya dilakukan drainase subfasia yaitu kulit dibiarkan terbuka dan nantinya
akan dijahit bila dipastikan tidak ada infeksi. Pemasangan drain intraperitoenal
infeksi8
3. Appendicitis Rekurens
bila serangan Appendicitis akut sembuh sepontan. Namun apendiks tidak pernah
kemabli ke bentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut. Resiko
4. Appendicitis Kronis
berikut terpenuhi : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, bukti
radang kronik baik secara makroskopis atau mikroskopis, keluhan menghilang
pada dinding apendiks, sumbatan parsial atau total pada lumen apendiks, dan
5. Mucocele Apendiks
akibat adanya obstruksi pada pangkal apendiks, biasanya berupa jaringan fibrous
dengan isi lumen steril. Mukokel dapat disebabkan kista adenoma yang dicurigai
dapat berubah kearah ganas. Penderita sering datang dengan keluhan berupa rasa
tidak nyaman di perutkanan bawah dan teraba massa pada regio kanan bawah.
6. Karsinoma Apendiks
hernikolektomi kanan yang akan memberi harapan hidup yang jauh lebih baik
7. Kasinoid Apendiks
akut. Sindrom karsinoid berupa flushing pada wajah, sesak nafas, diare. Sel tumor
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Jong D, 2010, buku ajar ilmu bedah, Edisi 3, Jakarta, EGC.
2. Jones MW, Lopez RA, Deppen JG, 2019, Appendicitis, In: StatPearls, Treasure Island
Vol.36 46–49
5. Spirt MK, 2010, appendicitis, national institute of diabetes and digestive and kidney
Digestif, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah, Edisi IV, Surabaya, Pusat
7. Sjukur A, Wibowo S, ALrasjid H et al, 1994, radang usus buntu dalam bedah digestif
dan anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Bedah, Surabaya, Pusat Penerbitan
8. Sjamsuhidajat R, Jong D, 2010, buku ajar ilmu bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC.
BORANG PORTOFOLIO
APPENDICITIS AKUT
Pembimbing:
dr. Erika Widayanti Lestari
dr. Linda Hapsari
Disusun oleh:
dr. Aulia Akbar