Oleh:
Adhira Ishana Pramesti G991902064
Pembimbing:
dr. Sienny Linawati, M.Kes, Sp. PK
Oleh:
Adhira Ishana Pramesti G991902064
2
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. J
Usia : 9 tahun 10 bulan
Tanggal Lahir : 9 Maret 2010
Berat Badan : 22 kg
Tinggi Badan : 122 cm
Jenis Kelamin : Lelaki
Agama : Islam
Alamat : Sragen
Nomor Rekam Medis : 0149XXX
Tanggal masuk : 21 Januari 2020
Tanggal Pemeriksaan : 24 Januari 2020
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan terhadap ibu pasien (alloanamnesis) di Bangsal Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta pada tangal 24 Januari 2020.
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Empat hari SMRS pasien mengeluhkan demam yang tiba-tiba tinggi.
Demam mulai dirasakan hari Jumat malam dan dirasa terus menerus. Saat
dilakukan pengukuran suhu menunjukkan >380C. Pasien dibawa ke klinik dan
mendapatkan obat penurun panas serta antibiotik, namun pasien hanya
berkeringat dan suhu tubuh tidak pernah turun hingga suhu normal. Sejak
demam, nafsu makan menurun, tetapi masih mau makan sedikit-sedikit.
Tiga hari SMRS, pasien mengalami muntah dan nyeri perut. Muntah lebih
dari lima kali sehari berupa air dan sisa makanan tanpa darah, sekali muntah
kurang lebih ¼ gelas belimbing. Keluhan nyeri perut dirasakan pada seluruh
3
lapang perut dan dirasakan hilang timbul. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala
dan nyeri pada persendian yang hilang timbul.
SMRS, BAB dan BAK normal. Keluhan lain seperti batuk, pilek, gusi
berdarah, mimisan, ruam kemerahan, bintik merah pada badan tidak didapatkan.
Dua belas jam sebelum masuk rumah sakit, pasien dibawa ke klinik untuk
cek laboratorium darah dan disarankan untuk ke IGD RSDM.
Saat di IGD RSDM, pasien sadar penuh, keluhan demam, mual, muntah,
dan nyeri perut masih didapatkan. Saat dilakukan anamnesis terakhir pada
tanggal 24 Januari 2020 di bangsal melati 3 pasien sudah tidak demam, tidak
mual, muntah, diare, batuk, dan pilek. Pasien masih mengeluhkan sakit pada
perut. Nafsu makan mulai bertambah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keluhan serupa : disangkal.
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat alergi susu sapi : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga dan Faktor Lingkungan
Riwayat keluarga : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat keluhan serupa : (+) teman sekolah pasien mengeluhkan
demam
Riwayat demam berdarah di lingkungan: disangkal
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai guru dan ibu pasien sebagai pegawai swasta.
Pasien menggunakan BPJS kelas 2. Kesan sosial ekonomi cukup.
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu rutin kontrol selama masa kehamilan di bidan dan menerima suplemen
vitamin. Tidak didapatkan riwayat sakit selama hamil, tidak ada riwayat demam
saat hamil, tidak ada hipertensi saat kehamilan.
Pasien lahir dari ibu G3P2A0 usia kehamilan 38 minggu secara normal
spontan tanpa ada penyulit, dan ditolong oleh seorang bidan. Berat badan saat
4
lahir 3100 gram, panjang badan 43 cm dan lingkar kepala normal namun ibu
lupa. Pasien lahir langsung menangis kuat, tidak biru, gerak aktif, tidak kuning.
Kesan: persalinan dalam batas normal
7. Riwayat Imunisasi
0 bulan : Hep B 0 (+)
1 bulan : BCG (+), Polio 1 (+)
2 bulan : DPT-HB-Hib 1 (+), Polio 2 (+)
3 bulan : DPT-HB-Hib 2 (+), Polio 3 (+)
4 bulan : DPT-HB-Hib 3 (+), Polio 4 (+)
9 bulan : Campak (+)
Kelas I : DT (-), Campak (-) Pasien demam saat penjadwalan
imunisasi
Kelas II : TT (-) Pasien demam saat penjadwalan imunisasi
Kesan imunisasi dasar lengkap, imunisasi lanjutan ank usia sekolah tidak
lengkap (Jadwal Kemenkes 2017)
9. Riwayat Nutrisi
Pasien makan makanan rumahan dengan nasi lauk ikan, ayam, tempe,
tahu dan sayur mayur seperti kangkung, wortel, bayam sebanyak 3 kali sehari.
Pasien juga mendapatkan makanan selingan seperti kue. Namun selama 4 hari
terakhir nafsu makan pasien berkurang. Jumlah porsi makanan yang diberikan
tetap sama, tetapi seringkali tidak habis.
5
Kesan: Intake kualitas dan kuantitas berkurang saat sakit
Pohon Keluarga
II
III
Keterangan:
Laki-laki Pasien
Perempuan
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tampak lemah
2. Tanda vital
Suhu : 36,8 0C
Denyut nadi : 86x/menit
Frekuensi pernapasan : 20 x/menit
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Saturasi O2 : 99%
3. Kepala
Mesocephal
4. Mata
Mata cekung (-), air mata normal, Pupil isokor 3mm/3mm, sklera ikterik (-/-),
konjungtiva anemis (-/-), refleks cahaya (+/+) .
5. Telinga
Sekret (-/-), hiperemis (-/-)
6. Hidung
6
NCH (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-)
7. Mulut
Mukosa bibir basah (+), stomatitis (-), mouth ulcer (-), tonsil T3-T3 hiperemis
(-), faring hiperemis (-), perdarahan gusi (-)
8. Leher
Pembesaran KGB (-/-)
9. Thorax
Simetris (+), retraksi (-)
10. Cor
Inspeksi : iktus cordis tak tampak
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi Jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)
11. Pulmo
Inspeksi : pengembangan dinding dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : SDV (+/+), suara tambahan (-/-)
12. Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih tinggi dari dinding dada
Auskultasi : bising usus (+) 15 kali
Perkusi : timpani, undulasi (-), pekak alih (-), pekak sisi (-)
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri (+) pada regio
epigastrik, turgor kulit kembali cepat
13. Ekstremitas
ADP teraba kuat, CRT < 2 detik
Akral hangat Peteki
+ + - -
+ + - -
7
14. Status gizi
Perhitungan Status Gizi
Usia 9 tahun, berat badan 22 kg, tinggi badan 122 cm IMT: 14.86 kg/m2
BB/U : P3
TB/U : P3
!! ##
BB/TB : x 100% = 95%, = P10
!" $#
8
9
10
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hematologi (21/01/2020) dari klinik Gemolong
Hitung Jenis
LUC/AMC 0.00 % -
Lain-lain
Hitung Jenis
12
Eosinofil 0.30 % 0.00 – 4.00
E. RESUME MEDIS
Anak lelaki berusia 9 tahun, BB 22 kg, TB 122 cm dengan keluhan
utama demam. Pasien diantar ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan
demam yang terjadi sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam
dirasakan terus menerus, dan tidak membaik meskipun telah diberikan obat
penurunan panas dan antibiotik. Tiga hari SMRS pasien mual dan muntah
lebih dari 5 kali sehari dengan konsistensi cair bening tanpa darah. Pasien
juga mengeluhkan nyeri perut yang hilang timbul. BAB dan BAK normal.
Keluhan lain seperti batuk (-), pilek (-), gusi berdarah (-), mimisan (-), ruam
kemerahan (-), bintik pada badan (-), nyeri sendi (-) disangkal.
F. DAFTAR MASALAH
Anak laki-laki berusia 9 tahun, berat badan 22 kg, panjang badan 122 cm dengan:
- Anamnesis : - Demam hari ke 4
- Mual
- Muntah
- Nyeri perut
- Penurunan nafsu makan
- Pemeriksaan Fisik : Nyeri perut
- Pemeriksaan Penunjang : Trombositopenia, Leukositopenia
G. DIAGNOSIS BANDING
- Dengue fever
- Cikungunya
- ISK
-
14
H. DIAGNOSIS KERJA
- Dengue fever
- Gizi baik, underweight, stunted
I. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
- Diet nasi lauk 2000 kkal/hari
- IVFD D51#2 NS : 64 ml/jam
- Inj Paracetamol (10mg/kg/6jam) à 250mg/6jam
J. PLANNING
- Cek Darah lengkap setiap 24 jam
- Urinalisis dan Feces rutin
K. MONITORING
- Pemantauan tanda syok
- Pemantauan keadaan umum, tanda utama, balance cairan, dan diuresis
- Pemantauan nutrisi
- Pemantauan pemberian terapi, evaluasi respon terapi, dan efek samping terapi
setiap hari
L. PROGNOSIS
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad sanationam : dubia ad bonam
- Ad fungsionam : dubia ad bonam
15
Follow Up 22/01/2020 (DPH I) 23/01/2020 (DPH II) 24/01/2020 (DPH III)
Subjektif Demam (+) ↓ Demam (-) Demam (-)
Nyeri perut (+)↓ Nyeri perut (+)↓ Nyeri perut (+)↓
Diare (-) mual muntah (-) Muntah (-) diare (-) Muntah (-) diare (-)
Makan minum (+) batuk berdahak (+) batuk berdahak (+)
Objektif
Keadaan Tampak sakit sedang, Tampak sakit sedang, Tampak sakit sedang,
umum
Compos Mentis Compos Mentis Compos Mentis
GCS E4V5M6 E4V5M6 E4V5M6
Tanda Vital TD = 110/70 mmHg TD = 95/60 mmHg TD = 100/70 mmHg
HR = 112x/menit HR = 90x/menit HR = 117x/menit
RR = 22x/menit RR = 24x/menit RR = 20x/menit
Suhu = 37,0 C Suhu = 36,9 C Suhu = 36,8 C
SpO2 = 97% SpO2 = 98% SpO2 = 99%
Kepala Mesocephal Mesocephal Mesocephal
Mata Konjungtiva anemis (-/-), Konjungtiva anemis (-/-), Konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterika (-/-), mata sklera ikterika (-/-),(-/-), sklera ikterika (-/-),(-/-),
cekung (-/-), air mata (+/+) mata cekung (-/-), air mata cekung (-/-), air mata
mata (+/+) (+/+)
Hidung epistaksis (-) epistaksis (-) epistaksis (-)
Telinga Sekret (-) Sekret (-),tidak nyeri Sekret (-),tidak nyeri
tekan tekan
Mulut Mukosa basah, Faring Mukosa basah, Faring Mukosa basah, Faring
hiperemis (-) tonsil hiperemis (-) tonsil hiperemis (-) tonsil
T3-T3 hiperemis (-) T3-T3 hiperemis (-) T3-T2 hiperemis (-)
Leher Pembesaran KGB (-) Pembesaran KGB (+) Pembesaran KGB (-)
Thorax Simetris, retraksi (-) Simetris, retraksi (-) Simetris, retraksi (-)
Cor dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal
Pulmo dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal
Abdomen dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal
16
GIT Muntah (-) Muntah (-) Muntah (-)
Ekstremitas Akral hangat, ADP Akral hangat, ADP Akral hangat, ADP
kuat, CRT > 2detik kuat, CRT < 2detik kuat, CRT < 2detik
Assesment1) Dengue Fever 3) Dengue Fever 4) Dengue Fever
2) Gizi baik Gizi baik Gizi baik
Plan - Urinalisa
- Darah rutin
Terapi 1) Diet nasi lauk 2000 2) Diet nasi lauk 2000 3) Diet nasi lauk 2000
kkal/hari kkal/hari kkal/hari
IVFD D51⁄2 NS : 64 IVFD D51⁄2 NS : 64 IVFD D51⁄2 NS : 64
ml/jam ml/jam ml/jam
1) Inj Paracetamol 3) Inj Paracetamol 4) Inj Paracetamol
(10mg/kg/6jam) à (10mg/kg/6jam) à (10mg/kg/6jam) à
250mg/6jam 250mg/6jam 250mg/6jam
2)
Monitoring KUVS/8 jam KUVS/8 jam KUVS/8 jam
BCD/8 jam BCD/8 jam BCD/8 jam
Status Hidrasi / 8 jam Status Hidrasi / 8 jam Status Hidrasi / 8 jam
17
BAB II
ANALISIS KASUS
Pasien demam sejak 4 hari sebelum masuk RS, demam yang dirasakan terus
menerus. Pasien juga mengeluhkan mual dan muntah serta nyeri pada perut. Muntah lebih
dari 5 kali berupa cairan putih tanpa darah. Tidak terdapat ruam kemerahan, mimisan,
maupun gusi berdarah. BAB dan BAK dalam batas normal. Kemudian dilakukan
pemeriksaan darah pada tangal 21 Januari, dan didapatkan Trombosit 133.000/ µL,
Leukosit 2400/ uL. Pada tanggal 22 Januari didapatkan Trombosit 134.000/ µL, Leukosit
2500/ uL dan pada tanggal 24 Januari didapatkan trombosit 121.000/ µL, Leukosit 4000/
uL.
Dengue Fever
Demam dengan 2 tanda v Leucopenia ≤ 5000 v
Nyeri kepala v thrombocytopenia v
<150000
Nyeri retroorbital x peningkatan x
hematokrit
Myalgia v
Arthralgia v
Rash x
Manifestasi hemoragik x
Tidak ada bukti kebocoran v
plasma
DHF Grade 1 18
Demam v Thrombocytopenia x
< 100.000
manifestasi hemoragik x peningkatan x
Hematokrit ≥ 20%
Bukti kebocoran plasma x
DHF grade II
x
Gelisah x
DHF grade IV
Peningkatan x
Hematokrit ≥ 20%
v
Hematokrit ≥ 20%
Berdasarkan Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak
19 di Rumah Sakit diagnosis banding demam
tanpa disertai tanda lokal ialah
Diagnosis Disasarkan pada Keadaan
Infeksi Virus Dengue
- Demam atau riwayat demam mendadak
tinggi selama 2-7 hari
- Manifestasi perdarahan
- Pembesaran hati
- Anemia
- Hepatomegali, splenomegali
- Delirium
ISK
- Demam terutama di bawah usia dua tahun
- Takikardia, takipneu
- Gangguan sirkulasi
22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Etiologi
Virus dengue merupakan virus RNA (single-straded ribonucleid acid)
yang berbentuk enveloped. Virus ini masuk ke dalam genus Flavivirus dan
Flaviviridae family dan klasifikasi arboviruses karena menggunakan artropoda
sebagai vektor persebarannya (Murray et al., 2016).
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4
yang semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah
dengue. Keempat serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan
serotype terbanyak. Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada
perlindungnan terhadap serotipe yang lain. Seseorang yang tinggal di daerah
endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai
daerah di Indonesia (Sudoyo, 2006; Soedarmo, 2012).
Aedes (Stegomyia) aegypti (Ae. Aegypti) dan Aedes (Stegomyia)
23
albopictus merupakan 2 vektor penyebaran dengue. Nyamuk Aedes
aegyptimerupakan nyamuk yang paling sering ditemukan. Nyamuk Aedes
aegypti hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di dalam
rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air
sekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik – bintik
putih, biasanya menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore
hari.Jarak terbang nyamuk ini 100 meter. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus
memiliki tempat habitat di tempat air jernih.Biasanya nyamuk ini berada di
sekitar rumah dan pohon – pohon, tempat menampung air hujan yang bersih,
seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas. Nyamuk ini menggigit pada siang
hari dan memiliki jarak terbang 50 meter (Rampengan, 2008). Sementara itu,
untuk transmisi virus dengue bergantung pada faktor biotik dan abiotik. Faktor
biotik terdiri dari virus, vektor, dan host. Sedangkan faktor abiotik terdiri dari
faktor suhu, kelembaban, dan musim hujan (WHO,2011).
24
D. Mekanisme Infeksi Virus Dengue
Mekanisme cara penularan yang terjadi dalam kasus DBD melalui 4 tahapan ,
yakni:
Aa. Aegypti betina menggigit orang yang terinfeksi DBD, yang masih dalam
periode viremia yaitu 2 hari sebelum manifestasi berupa onset demam,
hingga 4-5 hari setelah demam.
2. Masa Inkubasi Pada Nyamuk
Hanya dalam 8-12 hari nyamuk yang membawa virus dengue, mampu
membawa virus seumur hidup dalam tubuhnya.
Masa inkubasi pada pasien baru terjadi dalam waktu 3-14 hari (rata-rata 4-
7 hari) Selama masa ini, belum menampakkan gejala penyakit.
E. Patofisiologi
a. Volume Plasma
25
masa syok. Pada kasus berat, syok terjadi secara akut, nilai hematokrit
meningkat bersamaan dengan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit pada kasus syok
menimbulkan dugaan bahwa syok terjadi sebagai akibat kebocoran plasma
ke daerah ekstra vaskular (ruang interstisial dan rongga serosa) melalui
kapiler yang rusak. Bukti yang mendukung dugaan ini ialah meningkatnya
berat badan, ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritoneum, pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus, dan terdapatnya edema
(Soedarmo, 2012).
b. Trombositopenia
26
tulang dan pendeknya masa hidup trombosit diduga akibat meningkatnya
destruksi trombosit.
27
1. Pada DBD stadium akut telah terjadi proses koagulasi dan fibrinolisis
d. Sistem Komplemen
28
mempunyai kemampuan stimulasi sel mast untuk melepaskan histamin dan
merupakan mediator kuat untuk menimbulkan peningkatan permeabilitas
kapiler, pengurangan plasma dan syok hipopolemik. Komplemen juga
bereaksi dengan epitop virus pada sel endotel, permukaan trombosit dan
limfosit T, yang menimbulkan waktu paruh trombosit memendek, kebocoran
plasma, syok, dan perdarahan. Disamping itu komplemen juga merangsang
monosit untuk memproduksi sitokin seperti tumor nekrosis faktor (TNF),
interferon gama, interleukin (IL-2 dan IL-1) (Soedarmo, 2012).
e. Respon Leukosit
F. Manifestasi Klinis
Pada dasarnya ada empat sindrom klinis dengue yaitu (Pudjiadi, 2010; WHO,
2011):
29
Gambar 1.1
Pada bayi, anak, dan dewasa yang terinfeksi virus dengue untuk
pertama kali mungkin akan berkembang gejala yang tidak bisa dibedakan
dari infeksi virus lainnya. Bercak maculopapular biasanya mengiringi
demam. Biasanya juga muncul gejala saluran pernafasan atas dan gejala
gastrointestinal.
2. Demam dengue klasik
Demam dengue atau disebut juga dengan demam dengue klasik lebih
sering pada anak yang lebih tua, remaja, dan dewasa. Secara umum, manifestasi
berupa demam akut, terkadang demam bifasik disertai dengan gejala nyeri kepala,
mialgia, atralgia, rash, leukopenia, dan trombositopenia. Adakalanya, secara tidak
biasa muncul perdarahan gastrointestinal, hipermenorea, dan epistaksis masif. Pada
daerah yang endemis, insidensi jarang muncul pada penduduk lokal.
30
gejala yang sama dengan demam dengue. Gejala perdarahan yang muncul
dapat berupa tes torniquet yang positif, ptekie, perdarahan gastrointestinal
yang masif. Saat akhir dari fase demam, ada tendensi untuk berkembang
menjadi keadaan syok hipovolemik oleh karena adanya plasma leakage.
Terdapat tanda bahaya, antara lain : muntah persisten, nyeri
abdomen, letargi, oligouria yang harus diketahui untuk mencegah syok.
Kelainan hemostasis dan adanya plasma leakage merupakan tanda utama
dari demam berdarah dengue. Trombositopenia dan peningkatan hematokrit
harus segera ditemukan sebelum muncul adanya tanda syok. Demam
berdarah dengue biasa terjadi pada anak dengan infeksi sekunder virus
dengue yang mana sudah pernah terinfeksi oleh virus dengue DEN-1 dan
DEN-3
4. Dengue Shock Syndrome (DSS)
Manifestasi yang tidak lazim melibatkan berbagai organ misalnya
hepar, ginjal, otak, dan jantung yang dikaitkan dengan infeksi dengue telah
dilaporkan meningkat pada berbagai kasus yang tidak memiliki bukti
terjadinya plasma leakage. Manifestasi tersebut dikaitkan dengan syok yang
berkepanjangan.
G. Diagnosis
Demam dengan suhu tubuh diantara 39C-40C selama 5-7 hari dengan tipe
demam bifasik (saddleback). Demam diikuti dengan dua tau lebih gejala
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Myalgia
- Athralgia
- Rash
31
- Manifestasi perdarahan
H. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pencitraan
32
beberapa kelainan yang dapat dideteksi yaitu, dilatasi pembuluh darah
paru, efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikard, hepatomegali, cairan
dalam rongga peritoneum, penebalan dinding vesica felea (WHO, 2011).
d. Pemeriksaan Lainnya
33
Viremia pada pasien dengan infeksi dengue sangatlah pendek, yaitu
muncul pada 2 – 3 hari sebelum onset demam dan bertahan hingga 4 – 7 hari saat
sakit. Selama periode ini, asam nukleat virus dan antigen virus dapat
terdeteksi.Respon antibodi dapat dilihat dari 2 jenis imunoglobulin. Antibodi Ig M
dapat terdeteksi pada 3 – 5 hari setelah onset, meningkat cepat selama 2 minggu,
dan menurun hingga tidak terdeteksi pada 2 – 3 bulan. Antibodi Ig G terdeteksi
rendah pada akhir minggu pertama, meningkat kemudian, dan menetap hingga
bertahun – tahun. Pada infeksi sekunder virus dengue, titer antibodi meningkat
cepat. Antibodi Ig G terdeteksi pada level tinggi, pada saat fase inisial, dan
menetap hingga beberapa bulan. Antibodi Ig M biasanya lebih rendah pada infeksi
dengue sekunder. Oleh karena itu, perbandingan Ig M/ Ig G digunakan untuk
membedakan antara infeksi primer dan infeksi sekunder virus dengue. Disebut
infeksi primer jika perbandingan Ig M / Ig G lebih dari 1,2, dan disebut infeksi
sekunder jika perbandingan Ig M / Ig G kurang dari 1,2 (WHO, 2011)
I. Diagnosis Banding
J. Komplikasi
Demam dengue dengan perdarahan dapat muncul akibat underlying disease seperti
peptic ulcers, trombositopenia berat dan trauma.
34
K. Penatalaksanaan
Perbedaan patofisiologik utama antara Demam Dengue/Demam
Berdarah Dengue/Demam Syok sindrom dan penyakit lain, ialah adanya
peningkatan permeabilitas kapiler yang menyebabkan perembesan plasma,
dan gangguan hemostasis. Penatalaksanaan fase demam pada Demam
Berdarah Dengue dan Demam Dengue tidak jauh berbeda, bersifat
simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah
dehidrasi. Berikan nasihat kepada orang tua agar anak diberikan minum
banyak seperti air teh, susu, sirup, oralit, jus buah, dan lain – lain. Selain itu
diberikan pula obat antipiretik golongan parasetamol.Penggunaan antipiretik
golongan salisilat tidak dianjurkan pada penanganan demam.Parasetamol
direkomendasikan untuk mempertahankan suhu di bawah 39 0C dengan dosis
10 – 15 mg/KgBB/kali (WHO, 2011).
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul sebagai akibat demam
tinggi, anoreksia, dan muntah. Pasien perlu diberikan minum 50 ml/KgBB
dalam 4 – 6 jam pertama. Setelah keadaan dehidrasi dapat teratasi, anak dapat
diberikan cairan rumatan 80 – 100 ml/KgBB/hari dalam 24 jam berikutnya.
Bayi yang masih minum ASI, tetap diberikan disamping larutan oralit.Bila
terjadi kejang demam, disamping diberikan antipiretik, diberikan pula
antikonvulsif selama masih demam (WHO, 2011).
Masa kritis ialah pada atau setelah hari sakit yang ke 3 – 5 yang
memperlihatkan penurunan tajam hitung trombosit dan peningkatan tajam
hematokrit yang menunjukkan adanya kehilangan cairan, Observasi tanda
vital, kadar hematokrit, trombosit dan jumlah urin 6 jam sekali (minimal 12
jam sekali) perlu dilakukan. Kunci keberhasilan pengobatan DBD ialah
ketepatan volume replacement atau penggantian volume, sehingga dapat
mencegah syok (WHO, 2011).
Cairan intravena diperlukan apabila :
1. Anak terus muntah, tidak mau minum, demam tinggi sehingga tidak
mungkin diberikan minum per oral
35
2. Nilai hematokrit cenderung meningkat pada pemeriksaan berkala
36
Gambar 2. Tatalaksana tersangka DBD (rawat inap) atau demam Dengue.
L. Prognosis
37
penderita demam berdarah dengue, tetapi kematian lebih banyak ditemukan pada
anak perempuan daripada laki – laki. Penyebab kematian tersebut antara lain
(Rampengan, 2008) :
1. Syok lama
2. Overhidrasi
3. Perdarahan masif
4. Demam Berdarah Dengue dengan syok yang disertai manifestasi yang tidak
syok
M. Pencegahan
38
DAFTAR PUSTAKA
Pudjiadi, Antonius H., dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Jilid 1. Jakarta :
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Rampengan, T.H. 2008.Penyakit Infeksi Tropis pada Anak Edisi 2.Jakarta : EGC
Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis
Edisi Kedua.
Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia
Sudoyo Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV.Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Trihadi, Djoko. 2012. Demam Berdarah Dengue. Semarang : Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Semarang.
39
WHO. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: WHO
40
Wibowo, Krisnanto, dkk. 2011. Pengaruh Tranfusi Trombosit terhadap Terjadinya
Perdarahan Masif pada Demam Berdarah Dengue.Yogyakarta : Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
41