Oleh:
1
Topik : Gastroenteritis akut
Tanggal (Kasus) : 05 April 2019 Presenter : dr. Muhammad Arief
Lubis
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Reni Hidayani M.
Kes
2
makanan serta minuman yang dikonsumsi. Sebelum mengalami demam dan
muntah, 1 minggu yang lalu pasien mengalami mencret. Mencret masih
dialami hingga sekarang dengan frekuensi ± 4 x per hari. Pada BAB terdapat
lendir (+), namun tidak dijumpai darah. Keluhan lain yang dialami yaitu
penurunan nafsu makan dan lemas.
1. Subjektif :
2. Objektif :
A. Status Generalis
3
Berat badan: 7,4 kg
Tinggi badan: 75 cm
Kepala
Kepala : normocephali
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), mata cekung (-
/-)reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3 mm), palpebra
oedema (-/-)
Telinga : normotia, sekret MAE (-/-), serumen MAE (+/+)
Hidung : nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (-), mukosa bibir lembab (), sianosis (-),
pucat (-), granul lidah (-), lidah kotor (-), makroglossy (-
), ukuran tonsil T1/T1, tonsil hiperemis (-), faring
hiperemis (-)
Leher : kaku kuduk (-),pembesaran KGB (-)
Pulmo
Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, bentuk normochest, retraksi
suprasternal (-), retraksi interkostal (-)
Auskultasi : suara pernafasan : bronkovesikuler, suara tambahan : tidak
ada
Jantung
Auskultasi : S1 S2 reguler (+), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (+),
Palpasi : hepar, lien dan ginjal tidak teraba, nyeri tekan (+), turgor
kembali cepat
Perkusi : impani
Auskultasi : peristaltik meningkat (+)
Ekstremitas
Akral hangat, oedem (-/-), deformitas (-), CRT < 2 detik
B. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
HB gr % 9,9
4
Leukosit 103/mm3 12,9
Ht % 31,4
MCV µm3 74
MCH Pg 23,1
RDW-CV % 14,2
3. Diagnosis
4. Penatalaksanaan
⚫ Terapi 5 April 2018
- DPJP : dr. Ahmad Faisal, Sp. A
Rawat di ruangan Meranti
Diet MS
⚫ Medikamentosa
IVFD KaEN 3B 20 gtt/menit (mikro)
Inj Novalgin 150 mg/ 12 jam IV
Inj. Ondanseteron 2 mg/12 jam IV
Inj. Ranitidin 25 mg/ 12 jam IV
Trogyl Syr 3 x ½ cth
L-Bio 2x1 sachet
Zink Syr 2x1 cth
5. FOLLOW UP
S : Demam (+) turun dengan obat, mencret (+), namun sudah berkurang, mual
muntah(-)
O : Kesadaran kompos mentis
5
N : 118 x/menit, RR : 26 x/menit, T : 38,0 ºC
Abdomen : distensi (+), nyeri tekan (-), bising usus (+) meningkat A: Gastroenteritis Akut tanp
P:
IVFD KaEN 3B 20 gtt/menit (mikro)
Inj Novalgin 150 mg/ 12 jam IV
Inj. Ondanseteron 2 mg/12 jam IV
Inj. Ranitidin 25 mg/ 12 jam IV
Trogyl Syr 3 x ½ cth
L-Bio 2x1 sachet
Zink Syr 2x1 cth
S: Demam (-), mencret (-), mual muntah(-), nafsu makan menurun, anak rewel
O: Kesadaran kompos mentis
N : 110 x/menit, RR : 24 x/menit, T : 37,3 ºC
6
Tanggal 8 April 2019
7
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara
berkembang. Sekitar 80 % kematian yang berhubungan diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Penyebab utama diare adalah dehidrasi sebagai akibat
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang
penting adalah disentri, kekurangan gizi dan infeksi yang serius seperti
pneumonia. Menurut laporan departement kesehatan di indonesia setiap anak
mengalami diare 1,6 -2 kali setahun. Dari hasil study morbiditas oleh departenet
kesehatan di 8 propinsi pada tahun 1989, 1990, dan 1995 berturut-turut morbiditas
diare menunjukan 78,5 %, 103 %, 100%.
Untungnya pada saat ini sudah tersedia cara pengobatan yang mudah dan
efective yang dapat menurunkan secara bermakna jumlah kematian diare pada
sebagian besar kasus, sehingga penderita tidak perlu di rawat di rumah sakit dan
serta mencegah efek buruk dari diare pada status gizi anak. Upaya pencegahan
diare juga dapar di turunkan sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
beratnya episode diare. Di Indonesia sejak upaya pembentukan KPD ( kegiatan
pendidikan diare) antara lain dengan pojok URO (Usaha Rehidrasi Oral ). Di
rumah sakit pendidikan, yang dilanjutkan dengan kegiatan PMPD (Pendididkan
8
Medik Pemberantasan Diare) , jumlah kasus diare yang di rawat di bangsal anak
semakin berkurang secara nyata. 4
II. Definisi
Menurut WHO (1998) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih
dari tiga kali sehari
Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya;
dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu
Jenis - jenis diare secara klinik di bedakan tiga (3) yang masig-masing
mencerminkan pathogenesis yang berbeda dan memerlukan pendekatan yang
berlainan dalam pengobatannya.
Diare cair akut adalah diare yang terjadi secara akut dan berlangsung
kurang dari 7 hari dengan pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering tanpa
darah. Mungkin disertai muntah atau panas. Diare cair akut dapat menyebabkan
dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi.
Kematian terjadi karena diare. Peyebab diare cair akut di Negara berkembang
adalah : Eschericia coli enterotoxogenik, Shigella, Campylobacter Jejuni, dan
Crystoporidium . di beberapa tempat Vibrio cholera, Salmonella, dan E.coli
enteropatogenik. Diare melanjut adalah diare yang yang berlangsung antara 7
sampai 14 hari.
Diare Persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Episode
ini dapat di mulai sebagai diare cair atau disentri. penyebab diare pada diare
persisiten E.coli, Shigella, dan Criptosporidium.
9
Diare kronik adalah diare yang diare yang berlangsung lebih dari 14 hari
dan bukan disebabkan oleh non bakterial seperti penyakit sensitive terhadap
glutein dan gangguan metabolism yang menurun. 1,2
Disentri adalah diare yang disertai darah pada tinja. Akibat terpenting
disentri adalah anoreksi , penurunan berat badan dengan cepat , dan kerusakan
mukosa usus karena bakteri invasi. Penyebab utama disentri adalah Shigella, dan
Campilobacter jejuni. Yang jarang adalah E.coli enteroinvasiv atau Salmonella.
Entamoeba Histolytica dapat menyebabkan disentri yang serius pada orang
dewasa muda tapi jarang pada anak-anak.
III. Epidemiologi
Pada tahun 1995, diare akut karena infeksi sebagai penyebab kematian pada
lebih dari 3 juta penduduk dunia. Kematian karena diare akut dinegara
berkembang terjadi terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun
a) Tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk
10
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi AsI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
e) Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang
tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak,
b) Kurang gizi beratnya Penyakit , lama dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi terutama
pada penderita gizi buruk.
11
c) Campak, diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-
anak yang sedang menderita campak dalam waktu 4 minggu terakhir
hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita.
IV. Etiologi
Faktor infeksi
12
Faktor Malabsorpsi
Malabsorbsi karbohidrat
Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
Molabsorbsi lemak
Molabsorbsi protein
Faktor makanan
Makanan beracun
alergi terhadap makanan
Lain-lain
Imunodefisiensi
Gangguan psikologis (cemas dan takut)
Faktor-faktor langsung:
o KEP (Kurang Energi Protein)
o Kesehatan pribadi dan lingkungan
o Sosioekonomi 2,5
V. Patofisiologi
Diare adalah kehilangan banyak cairan elektrolit melalui tinja. Bayi kecil
mengeluarkan tinja kira-kira 5g /kgbb/hari. Jumlah ini meningkat 200 gr /kgbb/
hari pada orang dewasa. Penyerapan air terbanyak terjadi di usus, kolon
memekatkan isi usus pada keadaan pada keadaan osmotik tinggi.kelainan yang
menggangu usus cenderung menyebabkan diare yang lebih banyak. Sedangkan
kelainan yang terjadi di kolon cenderung menyebabkan diare yang lebih sedikit.
Disentri dengan volume sedikit dan sering , tenesmus, rasa ingin buang air besar,
dan tinja betrdarah adalah gejala utama kolitis.
13
osmotik, motilitas, kombinasi dari hal tersebut. Ada 3 prinsip mekanisme
terjadinya diare cair sekretorik dan osmotik. Infeksi usus dapat menyebabkan
diare dengan 3 mekanisme tersebut. Diare sekretori lebih sering terjadi dan
keduanya dapat terjadi pada satu pasien .
Gangguan osmotik , mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat
dilewati air dan elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik
antara isi usus dengan cairan ekstrasellular. Dalam keadaaan ini diare dapat terjadi
apabila suatu bahan yang secara osmotik aktif dan tidak dapat diserap. Jika bahan
semacam itu berupa larutan isotonik, air, dan bahan yang larut didalamnya akan
lewat tanpa diabsorsi sehingga terjadilah diare .
14
3. Gangguan sirkulasi darah akibat diare dengan/tanpa muntah-muntah dapat
terjadi syok hipovolemik. Hal ini menyebabkan perfusi jaringan berkurang
dan dapat menyebabkan hipoksi.2
15
Tabel 1. Gejala dan tanda pada diare akibat infeksi
VII.Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
Kehilangan BB
1. Dehidrasi ringan ; menurun BB 0 - 5%
2. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
16
3. Dehidrasi berat : menurun BB > 10%
Lihat
17
Mikrokopik (leukosit, kista, telur cacing, )
Darah (darah rutin, GDS, elektrolit.) 5
IX. Diagnosis banding
Diare Akut
Diare Persisten
Diare Kronik
Disentri
X. Kriteria
Diagnosis
Anamnesis
Buang air besar lebih cair/ encer dari biasanya, frekuensi > 3 x / hari
Dapat disertai darah (disentri)
Dapat terjadi muntah , nyeri perut atau panas
Pemeriksaan fisik
XI. Komplikasi
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat)
18
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia/ dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,
takikardia
4. Hipoglikemi
5. Kejang, yang biasanya disebabkan oleh hipogloikemik, hiponatremi,
hipernatremia.
6. Malnutrisi energi protein (muntah dan mual bila lama/ kronik) 2
XII. Tatalaksana
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Mencegah terjadinya dehidasi dapat dilakukan mulai dari rumah
dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang
dianjurkan seperti air tajin , kuah sayur, air sup. Bila tidak mungkin
memberikan cairan rumah tangga yang dianjukan , berikan air matang.
c. Memberi makanan
Berikan makanan selama diare untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Berikan cairan termasuk oralit dan makanan
sesuai yang dianjurkan. Anak yang masih mimun ASI harus lebih sering
19
diberi ASI. Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak Usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna sedikit
sedikit tetapi sering Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra
diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.
RENCANA TERAPI A
GUNAKAN
1. Berikan anak lebih CARA
banyak INI UNTUK
cairan MENGAJARI
daripada biasanya untuk
IBU :
mencegah dehidrasi
Teruskan mengobati anak diare dirumah
Gunakan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti larutan
oralit,makanan yang cair (seperti sup, air tajin ) dan kalau tidak ada air
matang. Gunakan larutan oralit untuk anak seperti dijelaskan dalam kotak
dibawah (catatan jika anak berusia kurang dari 6 bulan dan belum makan
makanan padat lebih baik diberi oralit dan air matang dari pada makanan
yang cair ). Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah larutan
20
oralit seperti dibawah. Teruskan pemberian larutan ini hingga diare
berhenti 5
Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat:
21
Tabel 3. Jumlah oralit yang diberikan sesuai dengan usia
Usia Jumlah Oralit yang Jumlah Oralit yang di
diberikan tiap BAB sediakan di rumah
(ml) ((ml/hari)
Berikan sesendok the tiap 1-2 menit untuk usia < 2 tahun
Berikanlah beberapa gelas untuk anak yang lebih tua
Bila anak muntah tunggulah 20 menit. Kemudian berikan caiaran lain
untuk mendapatkankan tambahan oralit.
Glukosa :4g
Atau
K Klorida : 0,3 g
22
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG
ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan berat badan penderita ( kg ) dengan 75 ml
Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit
sesuai tabel dibawah ini
Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI berikan juga 100 200 ml air masak selama masa ini
Setelah 3-4 jam nilai kembali anak menggunakan bagan penilaian kemudian
pilih rencana terapi a , b atau c untuk melanjutkan terapi
Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah hilang
anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur
Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/ sedang ulang Rencana terap B ,
tetapi tawarkan makanan susu dan sari buah seperti rencana terapi A
Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat ganti dengan rencana terapi C
Bila ibu harus pulang sebelum selesai rencana terapi B
Tunjukkan jumlah orait yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di rumah
23
Berikan oralit untuk rehidrasi selama 2 hari lagi seperti dijelaskan dalam
rencana terapi A
Tunjukkan cara melarutkan oralit
Jelaskan 3 cara dalam rencana terapi A untuk mengobati anak dirumah
Memberikan oralit atau cairanlain hingga diare berhenti
Memberi makan anak sebagaimana biasanya
Membawa anak ke petugas kesehatan. 5
RENCANA TERAPI C
UNTUK
DEHIDRASI BERAT
Mulai diberikan cairan IV bila penderita bisa minum segera berikan oralit. Sewaktu
cairan IV di mulai beri 100 ml/kgBB
Nilai lagi penderita 1-2 jam bila nadi belum teraba percepat tetesan intravena
Berikan oralit 5ml/kgBB. Kemudian nilai kembali. Dan pilih rencana terapi yang
sesuai.
24
makanan penuh selama diare dan membantu usaha mereka untuk mengikuti
anjuran ini. Empat kunci utama tatalaksana gizi diare yang benar:
25
XIV. Pencegahan
Air minum yang bersih dari sumber air yang terjaga kebersihannya dan
dimasak. Pengelolaan makanan yang dimasak dengan baik, untuk menghindari
kontaminasi. Cuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan dan
sebelum menyiapkan makanan. Buang cepat tinja dengan cara memasukannya
kedalam jamban atau menguburkan. Berikan hanya ASI selama 4-6 bulan pertama,
teruskan pemberian ASI paling sedikit 1 tahun pertama. Berikan makanan sapihan
yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan. Anak usia > 9 bulan yang tidak
menderita campak untuk imunisasi campak. 4
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman, Kliagman: Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol2 Jakarta 2000
5. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan
Terapi. Edisi 3. Bandung : 2005
7. Rampengan TH, Laurentz IR.. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta :
27