Anda di halaman 1dari 32

PENYAKIT INFEKSI

TROPIS YANG
DISEBABKAN OLEH
HELMINT
FILARIASIS LIMFATIK
DIAGNOSIS

◦ Tes darah tebal pukul 22.00-02.00 untuk melihat


mikrofilaria.
◦ Tes ELISA dan imunocromatographic (ICT)
◦ USG untuk mendeteksi perubahan sistem limfa
dan cacing dalam skrotum.
◦ Biopsi kelenjar dan jaringan limfe: ditemukan
adanya cacing dewasa
TATALAKSANA FILARIASIS
1. Perawatan umum: tirah baring, atasi
simtom (parasetamol,antibiotik)
2. Dietilcarbemazine(DEC) 6
mg/kgBB/hari selama 12 hari
3. Pembedahan: aspirasi hidrokel,
limfangioplasti, oprasi hidrokel
KOMPLIKASI FILARIASIS

1. Infeksi bakteri sekunder


menyebabkan kebutaan
2. Infeksi sistem kulit dan
limfatik.
ONCHOCERCA
VOLVULUS
Patologi dan Gejala Klinik

Lesi yang
ditimbulkan oleh
parasit ini ada dua
macam, yaitu:

1. Ditimbulkan oleh
mikrofilaria atau oleh 2. Ditimbulkan oleh
metabolisme dari cacing cacing dewasa biasanya
dewasa O. volvulus berupa nodal subkutan
biasanya menimbulkan, yang disebut
lesi di mata onkosarkoma.

Ada 4 anggapan tentang patologi kelainan mata, yaitu: Onchocerca volvulus. Juga dikenal sebagai
1) sebagai reaksi mekanik atau reaksi sekret hanging groins, leopard skin, river blindness,
yang dikeluarkan oleh mikrofilaria yang hidup, atau sowda. Gejala klinis akibat adanya
2) toksin yang dikeluarkan mikrofilaria yang microfilaria di kulit dan termasuk pruritus,
coati, bengkak subkutaneous, lymphadenitis, dan
3) toksin dari cacing dewasa, kebutaan.
4) keadaan supersensitif penderita terhadap
parasit.
Akut Kronis

Fotopobi Keratitis

Lakrimasi Glaukoma

Bleparospamos Atrofi

Reaksi radang sangat hebat


Kebutaan
disebabkan mikrofilaria mati

Benjolan dalam jaringan subkutan


Onkosarkoma multipel
(onkosarkoma)

Pruritus dermatitis

Rush

• peradangan mata, Edema pada kulit menebal


• pendarahan,
• kebutaan Likenifikasi

Elastisitas kulit hilang

Hanging groing
Trias gejala klinisnya berupa
dermatitis, nodul kulit (yaitu
onchocercomas), dan lesi
okuler.
Lesi kulit termasuk edema, Nodul kulit biasanya
pruritus, eritema, papula,
erupsi scablike, perubahan diatas tulang
pigmen, dan likenifikasi. prominens.

Lesi pada mata biasanya berkaitan dengan durasi


dan beratnya infeksi dan disebabkan respon imun
hospes yang abnormal terhadap mikrofilariae.
Pada mata ditemukan keratitis punctate, pannus,
fibrosis kornea, iridocyclitis, glaucoma, choroiditis,
and atropi optik
Diagnosis
•Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan adanya gejala klinik seperti nodul
subkutan (onkoserkoma), hanginggroing seperti macan tutul (leopard skin), limbitis,
dan ditemukannya mikrofilaria dalam kornea, dan
•Parasitologi: dapat dengan menemukan cacing dalam nodul (benjolan) subkutan.

Pemeriksaan Fisik
•Dapat dengan biopsi pada benjolan dan memeriksa dengan pewarnaan giemsa.
•Dapat juga dengan test serologi.
• Untuk menentukan beratnya infeksi dilakukan:
• Ultrasonografi (USG)
• Pelacak DNA (Oncho-150 DNA) dengan teknik Polymerase Chain Reaction/PCR.
• Test Mozotti adalah dengan pemberian 50 mg DEC sesudah 24 jam diobservasi adanya
reaksi gatal, erupsi kulit, limfadenopati, dan demam.

Pengobatan
• Obat yang dipakai terutama untuk pengobatan masal adalah Ivermectin. DEC tidak dipakai
sebagai terapi, sebab dapat menimbulkan efek samping yang berat. Ivermectin efektif untuk
membunuh mikrofilaria, tapi tidak membunuh cacing dewasa.
• Suramin merupakan obat yang dapat membunuh cacing dewasa, tapi pemberiannya sulit dan
toksisitasnya tinggi.

Prognosis
• balk bila tidak mengenai mata.
LOIASIS
Respon imun
terhadap filariasis

Individu dengan jumlah Individu yang Pada daerah


mikrofilaria tinggi, tetapi mengalami Callabar hiperendemik dan tidak
respon imun nya rendah Swelling dan memiliki mikrofilaria atau
terhadap parasite angioedema callabar swelling
Manifestasi klinik
Bengkak pada wajah, extremitas, periorbital

Pruritus pada jalur perjalanan cacing dewasa

Reaksi hypersensitivity sekunder

Kerusakan pada bagian macula densa pada mata

cacing dewasa pada konjugtiva dapat


menyebabkan konjugtivitis

Penyumbatan arteri retina


Gambar
Komplikasi
Limphadenitis

Infiltrasi pulmonary

Hidrokel

Callabar Swelling dapat mengakibatkan neuropati

Fibrosis endomyocardial
Kerusakan glomerulus akibat respon imun kompleks atau mikrofilaria

Proteinuria and hematuria.

Meningoencephalitis

Peningkatan eosinophilia dan antibody antifiral

carpal tunnel syndrome


Penegakkan diagnosis
• Mikrofilaria • Callabar • Kultur darah
pada darah Swelling dan
beserta pewarnaan
peningkatan Giemsa dan
Eosinofilia

• IgG4 anti-Loa • Tes Serologis


antibodies dan PCR
Gambar mikrofilaria
Tatalaksana Pencegahan

◦ Penggunaan insektisida dan


◦ Pemberian DEC merupakan pilihan membersihkan hutan untuk mengontrol
utama populasi vector, cth: Repellant
◦ Untuk mengurangi insiden diberikan ◦ Baju pelindung atau pengunaan kelambu
◦ Dosis 1 mg/kg/hari
◦ Pemberian diethylcarbamazine prophylaxis
◦ Dosis ditingkatlan sampai dosis 8-10
pada daerah endemic filariasis
mg/kg/hari
◦ Terapi antihistamine and corticosteroid
untuk mengurangi gejala.
◦ DEC dan Ivermectin atau Albendazole
dapat digunakan untuk mengurangi
microfilaria cacing dewasa
DRUCUNCULIASIS
ETIOLOGY
◦ HELMINTH
◦ PHYLUM : NEMATODA
◦ CLASS : RHABDITAE
◦ ORDO : SPIRUDIDA
◦ SUB ORDOD : CAMALLANIDE
◦ FAMILY DRUNCUNCULIDAE
◦ SPECIES : Druncunculus
medinensis (GUINEA WORM
DISEASE (GWD))
KRITERIA DIAGNOSIS
◦ Orang yang terinfeksi penyakit ini masih
asimtomatik sekitar 1 tahun, lalu mulai
menunjukan Simtom berupa :
◦ demam ringan, ruam yang gatal, mual,
muntah, pusing dan diare.
◦ 80-90% kasus dilaporkan terbentuk adanya kulit
yang melepuh dan terus membesar dengan
rasa panas.
◦ Biasanya penderita meletakan kaki pada air
dingin (ex: sungai) untuk meredakan simtom.
Perubahan suhu membuat kulit yang melepuh
tadi pecah dan mengeluarkan ribuan larva.
TATA LAKSANA
1. PENGELUARAN CACING PARASIT
2.PEMELIHARAAN ATAU
DARI TUBUH ATAU BAGIAN YANG
PERAWATAN TERHADAP LUKANYA
TERINFEKSI

MANAGEMENT
MELIPUTI

4.TIDAK ADA VAKSIN KHUSUS JUGA


3.TIDAK ADA OBAT SPESIFIK UNTUK UNTUK GWD, PENCEGAHAN
PENYAKIT INI (GUINEA Worm INFEKSIS DENGAN MENGHINDARI
Disease) PAPARAN DARI AIR YANG
TERKONTAMINASI
TATA LAKSANA
6.BAGIAN YANG TERINFEKSI
DI BALUT DENGAN KASSA.
1. MENCELUPKAN AREA PROSES INI TERUS DIULANGI
OBAT SEPERTI ASPIRIN DAN
YANG TERINFEKSI UNTUK HINGGA BEBERAPA HARI
IBUPROFEN DIBERIKAN UNTUK
MERANGSANG LEBIH SAMPAI SELURUH CACING
MEREDAKAN RASA SAKIT
BANYAK CACING KELUAR SUKSES DITARIK KELUAR.
DAN MENGURANGI
INFLAMASI

5. LALU APLIKASIKAN
2. SELANJUTNYA BERSIHKAN ANTIBIOTIK TOPIKAL UNTUK
AREA YANG TERINFEKSI MENCEGAH INFEKSI
SEKUNDER BERUPA BAKTERI

3. LAKUKAN PENARIKAN 4.LINGKARKAN CACING


CACING PERLAHAN. PADA LIDI ATAU OBJEK LAIN
BERHENTI BILA ADA SERUPA, UNTUK MENJAGA
PERLAWANAN CACING TEGANGAN CACING DAN
UNTUK MENCEGAH BADAN MENCEGAH PARASIT MASUK
CACING YANG TERLEPAS. LAGI
KOMPLIKASI
MENGELUARKAN • TANPA PEMELIHARAAN YANG BAIK
PADA LUKA SETELAH
CACING SECARA MENGELUARKAN BAKTER LUKA
MANUAL  DAPAT TERINFEKSI OLEH BAKTERI

• MERAH DAN BENGKAK PADA KULIT


INFEKSI PADA LUKA (SELLULITIS)
• ABSES, SEPSIS
OLEH BAKTERI  • SEPSIS ARTHRITIS  CONTRACTURES
• TETANUS

JIKA CACING • PERADANGAN YANG INTENSE


KARENA SISA BAGIAN TUBUH
TERPUTUS SAAT CACING MULAI DI DEGRADASI
DALAM TUBUH  LEBIH SAKIT,
DIKELUARKAN  BENGKAK DAN SELLULITIS
SCHISTOSOMIASIS
(BILHARZIASIS)
Klasifikasi

1. S. 1. S. mansoni
hematobiu
Schistosomiasis
vesikalis
Schistosomiasis
intestinalis
2. S.
m Japonicu
m
Manifestasi klinis
Masa tunas • Urtikaria, edema angioneurotik disertai demam 10 hari
kemudian
• Dapat disertai gejala batuk produktif, hemoptisis, bahkan

biologik serangan asma


• Minggu ke -2 s/d ke- 8 pasca infeksi

Stadium • Mirip serum sickness disertai demam, keringat banyak,


menggigil dan batuk-batuk,limfadenopati generalisata ,
sindrom disentri atau diare dan hepatosplenomegali (6-8 bulan

akut setelah infeksi)


• 4-6 minggu setelah terinfeksi

• Pada S. Mansoni dan S. Japonicum ditemukan diare, nyeri


perut dan berak darah

Stadium
• Pada S.hematobium ditemukan disuri, hematruria terminalis,
proteinuria, dan dapat juga polip buli-buli, sistitis, infeksi
salmonela kronis, pielitis, pielonefritis, urolitiasis, hidronefrosis,

kronis
akibat obstruksi uretra dan gagal ginjal
• Pembentukan jaringan fibrosis, sirosis periportal yang kemudian
hipertensi portal, splenomegali, edema pada tungkai bawah
atau kelamin, asites dan ikterus, serta hematemesis melena
• 6 bulan s/d beberapa tahun setelah infeksi
Pemeriksaan Lab
- Telur dalam tinja atau urin
- Biopsi mukosa buli-buli dan hati Uji serologis (6-8 minggu setelah
infeksi)
• ELISA
• Radioimmunoassay
Test lain: • Indirect immunofluorescence
1. Infeksi S. mansoni dan S. japonicum: • Gel precipitation techniques
esofagoskopi, kolonoskopi, foto dada atau • Indirect haemagghttination test
EKG, USG hatigambaran • Latex agglutination test
patognomonis berupa fibrosis periportal • Circumoval precipitin test
2. Infeksi S.hematobium: tes celup urine
• Cercarienhullen reactions
porsi pertama atau mikroskopik dapat
deteksi adanya hematuria, • Complement fixation test
sistoskopiulkus sandy patches, daerah • Test western blot
yang mengalami metaplasia, foto polos • Fascon assay screening test
abdomen bag bawahperkapuran
dinding buli-buli atau ureter,
CTgambaran patognomonis kalsifikasi
turtleback
Komplikasi
Kontraktur leher buli
Ikterus, asites, koma buli disertai
Hipertensi portal
hepatikum kerusakan
M.detrusor

Hipertensi pulmonal
dengan
splenomegali Batu buli-buli
korpulmonale, gagal
jantung kanan

Striktur, granuloma
Obstruksi ren dan
besar, infeksi
Varises esofagus buli-buli, gagal ginjal
salmonela menetap,
kronik
poliposis kolon
Farmakoterapi
Praziquantel Oxamniquine Artemisinin

•Dosis 2x20 •Efektif hanya pada •Efektif terhadap


mg/kgBB/hr untuk S.mansoni sistosomula dan
S.hematobium dan •Dosis sekali 12-15 bermanfaat
S.mansoni mg/kg/hr atau 40- profilaksis
•Dosis 3x/hr untuk 60 mg/kg/hr dosis •Masih dalam
S.japonicum terbagi 2 atau 3 penelitian
•AE: malaise, sakit selama 2-3 hr, d.c
kepala, pusing, •AE:pusing,vertigo,
anoreksia, mual, mual-muntah,
muntah, nyeri perut, diare, sakit perut,
diare, pruritus, sakit kepala,
urtikaria, artralgia, perubahan tingkah
mialgia laku, halusinasi,
•Bisa diberikan pada kejang-kejang
ibu hamil setelah 2 jam obat
ditelan
•Efek mutagenik dan
teratogeniktidak
boleh ibu hamil

Tindakan bedah: mengeluarkan polip atau sumbatan


saluran kemih, skleroterapiperdarahan varises esofagus,
splenektomipansitopeni
DAFTAR PUSTAKA
◦ L.A Juni Prianto, P.U Tjahaya, Darwanto. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, 1995.

◦ Pedoman penatalaksanaan kasus klinis filariasis. Departemen kesehatan RI. Direktorat


jendral PP& PL. Jakarta 2006
◦ Sandjaja, Bernardus Dr. Helmintologi Kedokteran. Buku II. Jakarta: Penerbit Prestasi Pustaka,
2007.
◦ Sutanto Inge, Ismid Suhariah Is Sjarifuddin Pudji K, Sungkar Saleha (editor). Buku Ajar
Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
◦ Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
◦ https://www.cdc.gov/parasites/guineaworm/index.html. Page Last Updated : February 6, 2017. Terakhir diakses
pada 11.25 PM, November 19, 2017.

Anda mungkin juga menyukai