Anda di halaman 1dari 39

Farmakologi dan Terapi

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung


 Malaria adalah penyakit yang menyerang
manusia, burung, kera dan primata lainnya,
hewan melata dan hewan pengerat
 Disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus
Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala
meriang (panas dingin menggigil) serta
demam berkepanjangan.
 P. Falciparum
Paling banyak
 P. Vivax di indonesia

 P. Ovale
 P. Malariae
1. SCHIZONTOCIDE JARINGAN
▪ prophylaxis Pyrimethamine
Primaquine
▪ Mencegah relaps Primaquine
2. SCHIZONTOCIDE DARAH
▪ Chloroquine
▪ Quinine
▪ Mefloquine
▪ Pyrimethamine
▪ Qinghaosu
3. SPORONTOCIDE
▪ Chloroguanide
 MOA:
 Belum diketahui pasti
 Sebagai oksidan
 Hemolisis dan methemoglobinemia
 Aktivitas antimalaria
 Untuk schizontocid jaringan
▪ Primary bentuk erythrocytic
(P.vivax,P.falciparum)
▪ Sekunder pencegahan recurren (P.vivax,
P.ovale)
 gametocytocidal
 Farmakokinetik
 Diabsorbsi peroral
 Distribusi: jaringan tubuh
 Metab : hati ,Dioksidasi menjadi banyak senyawa
 Dikeluarkan melalui urin
 ESO
 Anemia hemolitik  def G-6-PD
 Nyeri lambung
▪ Jika dosis tinggi
▪ Kombinasi dengan klorokuin
 MOA : tidak diketahui pasti
 menghambat enzim heme polymerase yang
berfungsi untk mengubah toxic heme menjadi
non-toxic hemazoin.
 toxic heme

 menghambat biosintesis asam nukleat


 Mengikat pada ferri protoporphyrin IX merusak
membran
 Farmakokinetik :
 90 % di absorbsi dari GIT ,im, sc
 Distribusi: luas (jar tubuh),plasenta,ASI
 Terikat 60% dengan protein plasma
 dapat melewati plasenta
 Metab : hati ,Dioksidasi menjadi banyak
senyawa (monodesetylchloroquine)
 diekskresi di ginjal tidak berubah
 Aktifitas anti malaria
 Efektif untuk bentuk eritrosit P. vivax,
P. ovale dan P. malariae, sensitive
strains P. falciparum dan gametocytes
P. vivax.
 Efek samping
pusing, sakit kepala, diplopia, kelainan akomodasi
mata, disfagia, malaise, dan pruritus dari tangan,
kaki dan kulit kepala serta meningkatkan angka
kekambuhan epilepsi
 Pusing, skin erruption, GI
upset(nausea,vomiting,diarrhoea), convulsion
 Chronic use(profilaksis >5years):
keratopati,retinopati,
 K.I : penyakit hepatik, ganguan gastro intestinal
kelainan darah.
 DI: halofantrin (aritmia),mefloquine(kejang),
antacid (menurunkan
absorbsi),cimetidine(menurunkan metab dan
clearance)
 MOA:
 mempunyai efek gametosidal
Pada : P. vivax
P. malariae
 karena bersifat basa lemah, bisa memasuki
vakuola makanan dari P. falciparum.
 Kombinasi quinine, pyrimethamine, dan
sulfonamid menyebabkan resisten
chloroquine
 Efek samping :
 Cinchonism :
▪ Sakit kepala
▪ Mual
▪ Gangguan penglihatan.
▪ Persepsi warna terganggu
▪ Fotofobia
▪ Diplopia
▪ Buta malam
▪ Gangguan pada N. VIII
▪ Tinnitus
▪ Vertigo
 MOA : Membentuk toxic kompleks yang
dapat merusak membran plasmodium.
 Efektif pada bentuk darah dari P.falciparum,
termasuk yang resisten chloroquine.
 Di ekskresi di feses
 ES :Mual, muntah, sakit perut, halusinasi, dan
depresi
 K.I pada ibu hamil, terutama trimester
pertama, pada pasien dengan riwayat kejang,
kelainan neuropschiatric, dan yang alergi
pada chloroquine dan quinine.
 MOA : Mengahmbat dihydrofolate
reductase plasmodia dan biosintesis
purin dan pirimidin
 Di berikan tunggal, efektif membunuh
P.falciparum
 Kombinasi sulfonamid P.malariae
T.gondii
 menghambat enzim parasitic
dihydrofolate reductase
 Prophylactic dan aktifitas suppressive
melawan P. falciparum
 Mengobati infeksi akut
 Bersama dengan chloroquine 
prophylaxis P. falciparum.
 Artemisin, dihidroartemisin, artemeter,
artesunat
 MOA : Besi heme intraparasit pada eritrosit
yang terinfeksi mengkatalisis pemutusan
jembatan endoperoksida  menghasilkan
radikal bebas  merusak protein spesifik
plasmodium
 Penggunaan terapi
 P.falciparum resisten klorokuin
 Tidak diberikan untuk profilaksis / malaria ringan
 Toksisitas & Kontraindikasi
 Pemberian terapi selama 7 hari : aman pada manusia
 Blok jantung derajat 1 yang tidak menetap
 Penurunan jmlah neutropil dan retikulosit
 Peningkatan SGOT/SGPT
 Aman untuk wanita hamil dan anak-anak
 Lini I: ACT (artesunat+amodiakuin)+primakuin atau
DHP+primakuin
 Amodiakuin basa: 10 mg/kgBB sediaan: 150
mg,200mg
 Artesunat : 4 mg/KgBB sediaan: 50mg
 Dihidroartemisinine: 2-4 mg/KgBB sediaan:
20mg,60mg,80mg
 Piperakuin: 16-32 mg/KgBB
 Primakuin: 0,75 mg basa/KgBB sediaan:
25mg=15mg basa
Lini kedua
 Kina+doksisiklin atau tetrasiklin+primakuin
 sediaan: kina 200mg, doksisiklin 50 mg & 100
mg (tab/cap)
 Dosis: kina(10 mg/kgBB/kali), doksisiklin (dws
8 mg/KgBB/hari, 8-14th: 4 mg/KgBB/hari)
 Doksisiklin tidak diberikan pd ibu hamil dan
anak<8th
 Tetrasiklin: dosis 4-5 mg/KgBB/kali
sediaan:250 mg &500mg
 Lini I: ACT (artesunat amodiakuin atau DHP)+
primakuin 14 hari(0,25 mg/KgBB)
 Efektif jika setelah 28 hari pengobatan
ditemukan:
 Klinis sembuh (sejak harike-4)dan tidak
ditemukan parasit std aseksual sejak hari ke-7
 Tidak efektif jika dalam 28 hari setelah
pengobatan:
Lini II:
 Kina+primakuin
 Kina: 3x10 mg/KgBB selama 7 hari sediaan:
200 mg kina sulfat atau fosfat
 Primakuin: 1x0,25 mg/KgBB selama 14 hari
 Sama seperti sebelumnya primakuin dosis
ditingkatkan menjadi 0,5 mg/KgBB/hari
selama 14 hari
 Uncomplicated malaria falciparum
1st trimester: quinine+clindamycin (7hari)
jika gagal: artesunat+clindamycin (7hari)
2nd trimester: ACT atau
artesunat+clindamycin (7 hari) atau
quinine+clindamycin (7hari)
 Ibu menyusui: ACT . KI:
dapsone,tetrasiklin,primaquine
 Doksisiklin 2 mg/KgBB 1 hari sebelum
keberangkatan selama < 12 minggu

Anda mungkin juga menyukai