Anda di halaman 1dari 24

FARMAKOLOGI OBAT ANTI MALARIA

PENULIS :
dr. Muhammad Zaim, Sp.FK.
Malaria
Malaria tropika  P. falciparum

Malaria tersiana  P. Vivax dan P. ovale

Malaria kuartana  P. malariae


Klasifikasi Anti Malaria

Skizontosid jaringan dan darah

Gametosid

Sporontosit
Berdasar tujuan pengobatan
1. Mengendalikan serangan klinik  diperlukan yg bekerja
pada fase eritrosit. Contoh : klorokuin, kuinin, meflokuin,
halofantrin, qinghaosu (artemisinin).
2. Pengobatan supresi. Contoh : klorokuin
3. Pencegahan kausal. Contoh : kloroguanid (proguanil) 
malaria falciparum.
4. Pencegahan relaps. Contoh : primakuin
5. Pengobatan radikal
6. Gametosit. Contoh : primakuin
7. Sporontosid. Contoh : primakuin, kloroguanid
1. Klorokuin dan turunannya
= 7- kloro-4-(4 dietilamino-1-metil-butilamino)
Farmakodinamik : antimalaria, antiradang
1. Aktivitas AntiMalaria
 Hanya aktif pada fase eritrosit
 Efektivitas sangat tinggi thd P.vivax, P.malariae, P.ovale
dan sensitif thd P.falciparum
  Gejala klinik dan parasitemia serangan akut  diatasi
dgn klorokuin  demam hilang dalam 24 jam, sediaan
apusan darah negatif dalam waktu 48-72 jam  tdk ada
perbaikan  ganti
 Farmakokinetik
 Kadar puncak  setelah 3-5 jam, 55% dr jumlah
obat dlm plasma akan terikat pd non-diffusible
plasma constituent.
 Waktu paruh terminalnya 30-60 hari
 Efek samping dan kontraindikasi
 > 250 mg/hari dalam jangka waktu lama 
ototoksisitas dan retinopati menetap.
 Dosis tinggi parenteral  toksisitas  hipotensi,
vasodilatasi, penekanan fungsi miokard, henti
jantung.
 Dosis 30-50 mg/kgBB parenteral biasanya fatal 
sebaiknya infus lambat, i.m dan s.k dosis kecil.
Kontraindikasi
 Pada pasien defisiensi G-6-PD  bisa hemolisis
 Klorokuin + fenilbutazon atau yg mengandung emas 
dermatitis.
 Klorokuin + meflokuin  meningkatkan resiko kejang
 Klorokuin + antikonvulsan  menurunkan efektivitas
antikonvulsan
 Klorokuin + amiodaron / halofantrin  meningkatkan
resiko aritmia jantung
 Pada pasien porfiria kutanea tarda atau psoriasis  lebih
berat
Sediaan dan Posologi
Oral  tablet 250 mg dan 500 mg, sirup  50 mg/ 5 mL.
Untuk malaria :
 Dosis awal 10 mg/kgBB klorokuin basa  lalu lanjut 5 mg/kgBB pada 6,
12, 24 dan 36 jam sehingga mencapai 30 mg/kgBB dalam 2 hari.
 Untuk malaria (P. Vivax dan P.ovale)  5 mg/kgBB, yg diulang pada hari
ke-7 dan 14
 Untuk malaria berat  klorokuin hcl (parenteral) 40 mg/ml klorokuin basa
 kecepatan pemberian 0.83 mg/kgBB per jam atau  SK atau IM
berulang dengan dosis ≤ 3.5 mg/kgBB sampai tercapai dosis total 25
mg/kg BB.
 Profilaksis 
Dewasa = 500 mg tiap minggu, dimulai 1 mgg sbelum masuk endemik lalu
diteruskan sampai 4 minggu meninggalkan daerah tersebut.
Anak = 8.3 kg/BB
2. Pirimetamin
 Nama kimia : 2, 4-diamino-5-p-klorofenil-6-etil-pirimidin

 Farmakodinamik
  Cuma efektif sebagai skizontosid darah
 Pirimetamin + sulfadoksin  untuk profilaksis dan supresi malaria, terutama oleh strain P.
Falciparum yg resisten klorokuin.
 Mekanisme kerja : menghambat enzim dihidrofolat reduktase plasmodia  menghambat
sintesis purin  sehingga menghambat gagalnya pembelahan inti pada pertumbuhan skizon
dalam hati dan eritrosit (pirimetamin + sulfadoksin  mengganggu sintesis purin)
 Farmakokinetik
 Absorpsi berlangsung lambat tapi lengkap
 Oral  kadar puncak setelah 4-6 jam.
 Konsentrasi obat berefek supresi menetap di dalam darah kira
kira 2 minggu.
 Utama ditimbun di ginjal, paru, hati, limpa  lalu diekskresi
lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari. Metabolit
diekskresi di urin.
Efek samping
-bisa anemia makrositik  reversibel bila distop
atau dikasi asam folinat (leukovorin).
-Untuk mencegah anemia, trombositopeni 
leukovorin + pirimetamin.
-Dosis tinggi  teratogenik pada hewan coba, pada
manusia belum terbukti  pemberian pirimetamin
sebaiknya disertai pemberian asam folat.
Sediaan dan posologi
-Tablet  25 mg. Selain itu terdapat jg sedian
kombinasi tetap dgn sulfadoksin 500 mg
3. Primakuin

= 8-(-amino-1-metilbutilamino)-6-metakuinolin

 Farmakodinamik
 Penyembuhan radikal malaria vivaks dan ovale  bentuk laten
jaringan plasmodia ini dapat dihancurkan.
 Tidak efektif terhadap fase eritrosit.
 Efektif efek gametosidal terutama P. Falciparum.
 Mekanisme kerja : tidak banyak diketahui 
mungkin berubah menjadi elektrofil yg bekerja
sebagai mediator oksidasi-reduksi  membantu
aktivitas malaria melalui pembentukan oksigen
reaktif atau mempengaruhi transpor elektron
parasit.
 Resistensi  pada beberapa strain P.vivax. Bentuk
skizon jaringan dari strain ini tidak dapat
dimusnahkan dengan dosis tunggal  perlu dosis
berulang dengan dosis yang ditinggikan (mis. 30
mg per hari selama 14 hari untuk penyembuhan
radikal)
 Farmakokinetik
 Tidak pernah dikasi parenteral  bisa hipotensi yg nyata.
 Metabolisme berlangsung cepat dan hanya sebagian kecil dari
dosis yg diberikan.
 Pemberian dosis tunggal  konsentrasi plasma mecapai
maksimum 3 jam, waktu paruh eliminasi 6 jam.
 Metabolisme oksidatif  3 macam metabolit  turunan
karboksil (metabolit utama pada manusia) dan tidak toksik.
Metabolit lain memiliki aktivitas hemolitik.

 Efek samping
  anemia hemolitik akut pada pasien defisiensi G6PD !
 Kontraindikasi
 artritis reumatoid, lupus eritematosus  granulositopenia.
 obat hemolitik, obat depresi sumsum tulang
 Wanita hamil  defisiensi G6PD

 Sediaan dan Posologi


 Primakuin fosfat tersedia  tablet 15 mg basa.
 Profilaksis terminal  15 mg per hari selama 14 hari sebelum atau
segera setelah meninggalkan daerah endemik.
 Untuk penyembuhan radikal P. Vivax dan P.ovale  dimulai setelah
serangan akut, kira-kira hari ke 4, dosis 15 mg per hari (anak 0.3
mg/kgBB/hr) selama 14 hari (sebelumnya telah didahului pemberian
klorokuin 3 hari)
4. Kina dan Alkaloid Sinkona

 Farmakodinamik
- Kina + pirimetamin + sulfonamid  regimen terpilih untuk P.falciparum yang resisten terhadap
klorokuin.
 Kina terutama berefek skizontosid darah dan jg berefek gametositosid terhadap P.vivax,
P.malariae.
 Kina tidak digunakan untuk profilaksis malaria  lebih toksik.
 Farmakokinetik
 Disearap baik terutama melalui usus halus bagian atas.
 Kadar puncaknya 1-3 jam setelah suatu dosis tunggal
 Distribusi luas terutama ke hati. Juga melalui sawar uri
 Waktu paruh eliminasi 11 jam pada org sehat, sedangkan
pada orang sakit 18 jam.
 Diekskresi terutama melalui urin. Ekskresi lengkap dalam
24 jam
 Efek samping
 Dosis terapi kina sering menyebabkan sinkronisme yg tidak selalu
memerlukan penghentian pengobatan.
 Dosis fatal kina per oral untuk orang dewasa berkisar 2-8 g.
 Pada wanita hamil  black water fever dengan hemolisis berat,
hemoglobinemia dan hemoglobinuri.
 Hiperinsulinemia dan hipoglikemia berat.
 Gangguan ginjal, hipoprotrombinemia dan agranulositosis
 Indikasi
 Untuk malari P. Falciparum yg resisten terhadap florokuin
 Jika pasien gagal setelah 48 jam pengobatan , dosis kina
diturunkan 30-50% untuk mencegah akumulasi dan
toksisitas dari obat.

 Sediaan dan posologi


 kina sulfat  3 kali 650 mg/hari selama 3-7 hari,
dikombinasi doksisiklin 2kali 100 mg/hari selama 7 hari atau
klindamisin 2 kali 600 mg/hari selama 7 hari atau dengan
sulfadoksin-pirimetamin 3 tablet sekali pemberian per oral.
 Untuk anak, dosis kina sulfat 10 mg/kg BB per oral setiap 8
jam.
5. Proguanil

 Mudah resisten
 Untuk profilaksis  masih dipakai kombinasi dengan klorokuin
sebagai regimen alternatif untuk meflokuin.
 Tersedia kombinasi tetap 100 mg dengan atovakuon 250 mg.
 Hampir tanpa efek samping
Mekanisme resistensi antimalaria
 Resistensi P. falciparum terhadap kloroquin terjadi secara spontan.
Resistensi P. falciparum terhadap klorokuin bersifat multigenik
karena mutasi terjadi pada gen yang mengkode plasmodium
falciparum chloroquine resistant transporter (pfcrt) transporter
pertama dan plasmodium falciparum multidrug resistant (pfmdr-1)
transporter kedua. Sejumlah laporan penelitian terbaru memprediksi
bahwa resistensi parasit terhadap CQ terjadi karena adanya
peningkatan pada pfcrt dan pfmdr-1.
 Pfmdr-1 merupakan kontributor utama parasit menjadi resisten
terhadap klorokuin Melalui percobaan secara in vitro kedua
transporter tersebut terkait dengan tingkat resistensi.
 Di Malawi penggunaan klorokuin sudah dihentikan sejak 1993
karena prevalensi dari pfcrt mengalami penurunan dari 85% (1992)
menjadi 13% (2000).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai