Anda di halaman 1dari 8

KLORAMFENIKOL

FARMAKODINAMIK
• Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat
ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil
transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis
protein kuman. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik. Bakterisid pada
kuman tertentu.
• Spektrum antibakteri kloramfenikol meliputi D. pneumoniae, S. Pyogenes,
S. Viridans, Neisseria, Haemophilus, Bacillus spp, Listeria, Bartonella,
Brucella, P. Multocida, C. Diphteriae, Chlamydia, Mycoplasma, Rickettsia,
Treponema, dan kebanyakan kuman anaerob.
• Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi
obat oleh asetil transferase yang diperantarai oleh faktor R.
FARMAKOKINETIK
• Setelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar
puncak dalam darah tercapai dalam 2 jam. Untuk anak diberikan
kloramfenikol palmitat atau stearat yang rasanya tidak pahit. Bentuk
ini akan mengalami hidrolisis dalam usus dan membebaskan
kloramfenikol. Untuk pemberian parenteral digunakan kloramfenikol
suksinat yang akan dihidrolisis dalam jaringan dan membebaskan
kloramfenikol.
• Waktu paruh eliminasi pada prang dewasa 3 jam, pada bayi kurang
dari 2 minggu sekitar 24 jam. 50% kloramfenikol dalam darah terikat
dengan albumin. Obat ini didistribusikan secara baik ke berbagai
jaringan tubuh, termasuk jaringan otak, cairan sereborospinal dan
mata.
FARMAKOKINETIK
• Didalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan asam
glukoronat oleh enzim glukoronil transferase, maka waktu paruh
memanjang pada pasien gangguan hati. Dalam waktu 24 jam 80-90%
kloramfenikol yang diberikan oral akan diekskresikan melalui ginjal
dan yang diekskresikan melalui urin hanya 5-10% dalam bentuk aktif.
Sisanya dalam bentuk glukoronat dan hidrosilat lain yang tidak aktif.
Bentuk aktif kloramfenikol diekskresi di filtrat glomerulus dan
metabolitnya di tubulus. Pada gagal ginjal masa paruh kloramfenikol
betuk aktif tidak banyak berubah sehingga tidak diperlukan
pengurangan dosis. Dosis perlu dikurangi bila terdapat gangguan
fungsi hepar
FARMAKOKINETIK
Interaksi
• Dalam dosis terapi, kloramfenikol menghambat biotransformasi
tolbutamid, fenitoin, dikumarol dan obat lain yang dimetabolisme
oleh enzim mikrosom hepar. Dengan demikian toksisitas obat obat ini
lebih tinggi bila diberikan bersama kloramfenikol.
• Interaksi obat dengan rifampisin dan fenobarbital akan
memperpendek waktu paruh dari kloramfenikol sehingga kadar obat
ini dalam darah menjadi subterapeutik.
KLORAMFENIKOL
• Indikasi
• Demam tifoid
• Meningitis purulenta
• Riketsiosis
• Kontraindikasi
• Neonatus
• Gangguan faal hati
• Hipersensitif
KLORAMFENIKOL
• Efek samping
• Reaksi hematologik : depresi sumsum tulang, anemia aplastik dengan pansitopenia
• Reaksi saluran cerna: mual, muntah, glositis, diare, dan enterokolitis
• Sindrom gray: pada neonatus terutama bayi prematur yang mendapat dosis tinggi
(200mg/kgbb)
• Interaksi obat
• Kloramfenikol adalah penghambat poten dari sitokrom P450 isoform CYP2C19 dan
CYP3A4 pada manusia sehingga dapat memperpanjang masa paruh eliminasi
fenitoin, tolbutamid, klorpropamid dan warfarin
• Sediaan dan Posologi
• Kapsul 250 mg dan 500 mg  dewasa 50 mg/kgbb sehari peroral dibagi dalam 3-4
dosis
• Salep mata 1%, obat tetes mata 0.5%, salep kulit 2% dan obat telinga 1-5% dipakai
beberapa kali sehari
OPINI
• Pasien ini diberikan chloramfenicol eye drop 0.5% diteteskan per 2
jam.
• Pasien ini sudah dilakukan hasil pemeriksaan kepekaan terhadap
antibiotik dan hasilnya pasien peka terhadap antibiotik amikasin,
imipenem, cefotaxime, ceftazidime, cefapime, chloramfenikol,
ciprofloxacin, cotrimoksasol, gentamycin.
• Dan dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa pasien ini masih peka
terhadap chloramfenicol dan pasien ini dapat diberikan
chloramfenicol

Anda mungkin juga menyukai