Anda di halaman 1dari 6

FARMAKOLOGI OBAT DAN EFEK SAMPING

1. Ringer Laktat
FARMAKOLOGI
RINGER LAKTAT merupakan larutan infus untuk memelihara keseimbangan atau mengganti
elektrolit dan cairan tubuh. Kalsium merupakan zat yang penting bagi integritas fungsional sistem
saraf, otot dan tulang. Kalsium berperan dalam mengatur fungsi jantung, fungsi ginjal, respirasi,
koagulasi darah, permeabilitas kapiler dan membran sel. Kalsium juga membantu dalam pelepasan
dan penyimpanan neurotransmitter dan hormon, peningkatan asam amino, absorpsi vitamin B12
dan sekresi lambung. Kalium berfungsi untuk memelihara fungsi ginjal dan keseimbangan asam-
basa. Konsentrasi kalium intrasel yang tinggi dibutuhkan untuk proses metabolisme sel. Natrium
berfungsi membantu memelihara keseimbangan cairan tubuh. Klorida merupakan anion terpenting
dalam memelihara keseimbangan elektrolit

INDIKASI
diindikasikan untuk pengobatan kekurangan cairan dimana rehidrasi secara oral tidak mungkin
dilakukan.

KONTRA-INDIKASI
Hipernatremia.

INTERAKSI OBAT
Preparat Kalium dan Kalsium akan meningkatkan efek digitalis.
FARMAKODINAMIK
Sebagai substrat energi yang lebih baik dari glukosa pada keadaan pasca-iskemia, memulihkan
cairan normal atau keseimbangan elektrolit.
FARMAKOKINETIK
Dimetabolisme oleh hati, ginjal dan jantung. Sebagian kecil laktat dibakar untuk hidrogen,
sedangkan sisanya digunakan dalam glukoneogenesis.

EFEK SAMPING
Efek samping yang perlu diperhatikan adalah terjadinya edema perifer
dan edema paru pada jumlah pemberian yang besar
2. Asam Traneksamat

FARMAKOLOGI
Asam traneksamat merupakan analog asam aminokaproat, mempunyai indikasi dan
mekanisme kerja yang sama tetapi 10 kali lebih potent dan dengan efek samping yang lebih ringan.
Asam traneksamat merukapan penghambat bersaing dari aktivator plasminogen dan penghambat
plasmin. Plasmin sendiri memiliki fungsi sebagai penghancur fibrinogen, fibrin dan faktor
pembekuan darah lain. Oleh karena itu, obat ini dapat membantu mengatasi perdarahan berat
akibat fibrinolisis yang berlebihan. Fibrinolisis yang berlebihan dapat diperiksan dengan
pemeriksaan darah yaitu PT dan TT yang memanjang, hipofibrinogen atau kadar plasminogen
yang menurun. Asam traneksamat diabsorbsi dengan baik per oral sampai 40% dan juga dapat
diberikan secara IV sampai 90%. Obat ini dieksresi secara cepat melalui urin. Kadar puncak obat
ini dapat dicapai kurang lebih 2 jam setelah pemberian dosis tunggal.

INDIKASI
Indikasi obat ini digunakan untuk mengatasi hematuria yang berasal dari kandung kemih, prostat,
atau uretra
KONTRA INDIKASI
gangguan ginjal yang berat; penyakit tromboembolik.

INTERAKSI OBAT

 Meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah yang dapat menyumbat pembuluh


darah, jika digunakan bersamaan dengan hormon estrogen dan faktor pembekuan.
 Meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah yang bersifat fatal pada
penderita leukemia jika digunakan dengan tretinoin.

FARMAKODINAMIK

Asam traneksamat merupakan antifibrinolytic yang kompetitif menghambat aktivasi plasminogen


menjadi plasmin. Asam traneksamat merupakan inhibitor kompetitif aktivasi plasminogen, dan
pada banyak konsentrasi yang lebih tinggi, inhibitor nonkompetitif plasmin, yaitu tindakan yang
mirip dengan asam aminokaproat. Asam traneksamat adalah sekitar 10 kali lebih kuat daripada in
vitro aminokaproat. Asam traneksamat mengikat lebih kuat daripada asam aminokaproat untuk
kedua reseptor yang kuat dan lemah dari molekul plasminogen dalam rasio yang sesuai dengan
perbedaan potensi antara senyawa. Asam traneksamat dalam konsentrasi 1 mg per ml tidak agregat
trombosit in vitro. Pada pasien dengan angioedema herediter, penghambatan pembentukan dan
aktivitas plasmin oleh asam traneksamat dapat mencegah serangan angioedema dengan
mengurangi aktivasi plasmin diinduksi protein komplemen pertama (C1).
FARMAKOKINETIK

Asam traneksamat diabsorbsi dari saluran cerna dengan konsentrasi plasma puncak tercapai
setelah 3 jam. Sampai 40% darisatudosis oral.Bioavailabilitasnya sekitar 30-50%, didistribusikan
hampir ke seluruh permukaan tubuh dan mempunyai ikatan protein yang lemah. Berdifusi ke
plasenta dan air susu. Waktu paruh eliminasi adalah 3 jam dan 90% darisatudosis IV diekskresikan
dalam urin dalam 24 jam sebagai obat tidak berubah. Obat ini dapat melalui sawar uri.

EFEK SAMPING

Muntah, diare (kurangi dosis); pusing pada injeksi intravena cepat

3. Doxycyclin

FARMAKOLOGI
Doksisiklin adalah antibiotik golongan tetrasiklin. Doksisiklin bekerja secara bakteriostatik
dengan mencegah sintesa protein mikroorganisme. Doksisiklin mempunyai spektrum kerja yang
luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif.

INDIKASI
Antibiotik yang efektif Untuk mengobati penyakit Mycoplasmosis, Salmonellosis, Colibacillosis,
Pasteurellosis pada unggas dan babi.
KONTRA INDIKASI
-Riwayat hipersensitifitas, fotodermatosis, kerusakan hati,
-Hewan Bunting.

-Golongan Tetracycline tidak stabil dengan calsium, magnesium, riboflavin, heparin dan
bismuth.

INTERAKSI OBAT
o absorpsi Doksisiklin agak berkurang oleh produk-produk susu, antasida, Kolestiramin,
atau preparat/sediaan Kalsium dan Magnesium.
o mengurangi aktifitas lipase pankreatik, peptidase, amilase, pepsin, dan kolin oksidase.

FARMAKODINAMIK
Doxycycline termasuk golongan Tetracycline yang bersifat bakteriostatik dengan cara
menghambat sintesa protein dari bakteri. Mempunyai spektrum bakteri yang lebar, efektif terhadap
kuman gram positif dan negatif, mencakup spektrum penicillin dan streptomycin.
FARMAKOKINETIK

Doxycycline diabsorbsi dengan baik setelah pemberian secara oral. Bioavailability 90-100% pada
hewan Tidak ada data bioavailability pada hewan, tetapi obat ini diabsorbsi pada lambung hewan.
Tidak seperti tetracycline HCl atau oxytetracycline, doxycycline hanya diabsorbsi 20% di dalam
usus. Absorbsi golongan tetracycline sebagian besar terjadi di lambung dan usus halus. Golongan
tetracycline secara luas didistribusikan ke jantung, ginjal, paru-paru, otot,cairan pleura,secresi
bronchial, sputum, empedu, saliva, cairan synovial, cairan ascetic dan vitreous humor. Ekskresi
melalui urin dan empedu. Golongan Tetracycline tidak stabil dengan calsium, magnesium,
riboflavin, heparin dan bismuth.
EFEK SAMPING
Gangguan saluran pencernaan, kerusakan hati, diskrasia darah, fotositisasi & pertumbuhan
berlebihan organisme yang resisten terhadap Doksisiklin, peningkatan tekanan intrakranial yang
berisfat reversibel (akan berhenti bila obat tidak lagi diberikan)

4. Fipronil
FARMAKOLOGI
Fipronil adalah insektisida dari golongan phenylprazole yang bekerja dengan cara menghambat
kerja dari neurotransmitter asam γ–butirat (GABA) ektoparasit, yang menyebabkan ektoparasit
akan mati karena paralisis
INDIKASI
Obat ini diaplikasikan secara spot–on atau topical pada tubuh anjing yang terinfestasi tungau.
Untuk aplikasi spot-on dosis yang digunakan berbeda–beda tergantung bobot anjing.

KONTRA INDIKASI
Kontra indikasi dari obat ini adalah anak anjing yang berusia kurang dari 8 minggu. Pengobatan
untuk anak anjing yang berusia kurang dari 8 minggu, biasanya digunakan collar agar anak anjing
tidak menjilati lokasi obat diaplikasikan. Jika ini terjadi, maka akan timbul efek samping yang
berupa hipersalivasi
INTERAKSI OBAT

Meskipun obat-obat tertentu tidak boleh digunakan bersamaan sekaligus, dalam kasus lain dua
obat yang berbeda dapat digunakan bersama bahkan jika interaksi mungkin terjadi. Dalam kasus
ini, dokter Anda mungkin dapat mengubah dosis atau melakukan tindakan pencegahan lainnya
mungkin diperlukan. Beri tahu ahli kesehatan Anda jika Anda sedang mengonsumsi obat resep
atau obat non resep lainnya yang beredar di pasaran. Peningkatan risiko sindrom serotonin
dengan SSRI, TCA. Peningkatan BP dengan simpatomimetik. Peningkatan konsentrasi triptans.
FARMAKODINAMIK

Fipronil adalah keluarga phenylpyrazole. Bertindak dengan interaksi dengan kompleks yang
terbentuk antara klorida saluran dan mereka ligan, terutama neurotransmitter gaba (gamma
amino asam butirat), Dengan demikian menghalangi transfer ion klorida melintasi membran sel
ke tingkat pra dan pasca synaptic. Itu sehingga menyebabkan tidak terkendali aktivitas pada
sistem saraf pusat dari serangga dan tungau dan menyebabkan kematian mereka. Fipronil
membunuh kutu dalam waktu 24 jam.

FARMAKOKINETIK
Pada anjing, fipronil utama metabolit pada haircoat anjing dan dalam aliran darah adalah sulfon
derivatif. Fipronil sulfon diproduksi pada haircoat (rata-rata konsentrasi <16% dari fpronil selama
bulan pertama setelah pengobatan). S-methoprene secara luas terdegradasi menjadi karbon
dioksida dan asetat yang kemudian dimasukkan ke dalam bahan endogen. Pada anjing setelah
pemberian dari asosiasi secara topikal, fipronil adalah buruk diserap (11%) Dengan rata-rata
maksimum plasma konsentrasi sekitar 35ng/ml untuk fipronil dan 55ng/ml untuk fipronil sulfon.
Pada anjing, plasma fipronil konsentrasi perlahan-lahan mencapai puncak rata-rata sekitar 101 jam
dan menurun perlahan-lahan (radioaktif) oleh sekitar 154 jam.Plasma konsentrasi s-methoprene
umumnya di bawah hitungan (20ng/ml) pada anjing setelah topikal administrasi. Yang konsentrasi
fipronil, fipronil sulfon dan s-methoprene dalam mengupas menurun dengan waktu, tetapi yang
terdeteksi selama minimal 60 hari setelah aplikasi pada anjing. Parasit yang tewas terutama melalui
kontak dan bukan oleh sistemik eksposur.

EFEK SAMPING
Fipronil menyebabkan iritasi membran mukosa, kulit dan mata. Sehingga menghindari kontak
produk dengan mulut, kulit atau mata. Anjing atau mereka yang mengenalnya hipersensitivitas
untuk insektisida atau alkohol harus menghindari kontak dengan obat. Menghindari kontak isi
dengan fingers. Jika hal ini terjadi, mencuci tangan dengan sabun dan air. Paparan disengaja
dengan mata, bilas dengan air bersih dengan hati-hati. Tidak menangani diperlakukan anjing dan
tidak memungkinkan anak-anak untuk bermain dengan diperlakukan anjing sampai situs aplikasi
benar-benar kering. Maka adalah direkomendasikan bahwa anjing tidak dirawat di hari tetapi pada
awal malam dan yang baru-baru ini diperlakukan anjing tidak diperbolehkan untuk tidur dengan
pemilik, Terutama anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Indeks Obat Hewan Indonesia. Edisi VII. Asosiasi Obat Hewan Indonesia.
Jakarta.
Agro FE, Fries D, Vennari M. 2013. Body Fluid Management From Physiology to Therapy. Verlag Italia:
Springer.
Ghubash R. 2008. Parasitic miticidal therapy. Clin Tech Small Anim Pract 21 :135-144.
Kibbe, Arthur H. 2015 Handbook of Pharmaceutical Excipient. Fifth edition. Washington D.C: American
Pharmaceutical Association.

Anda mungkin juga menyukai